Woro menambahkan, rumah sakit rujukan memang bertugas menangani pasien Covid-19 dengan kondisi sedang hingga berat. Namun, jumlah pasien dengan kondisi berat yang dirujuk ke rumah sakit haru ditekan lagi.
Menurutnya, rumah sakit di wilayah Blitar Raya harus memperbaiki sistem rujukan tersebut.
"Kapan pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19. Bagaimana koordinasi, komunikasi antar RS, dan juga kebersamaan antardokter yang merawat (pasien) Covid-19 itu harus sama-sama saling bantu," ujarnya.
Woro mengatakan, rumah sakit di Kabupaten Blitar baru saja mencapai kesepakatan untuk melakukan audit bersama atas setiap kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Blitar.
Baca juga: Detik-detik Guru Oktovianus Tewas Diduga Ditembak KKB Saat Jaga Kios di Rumah
Hal lain yang terkait, ujar Woro, kurangnya peralatan medis dalam penanganan pasien Covid-19.
Ia mencontohkan, RSUD Ngudi Waluyo sebagai rumah sakit rujukan utama Covid-19 di Kabupaten Blitar masih mengalami kekurangan peralatan terapi oksigen jenis HFNC (high flow nasal cannula) meskipun jumlah ventilator yang dimiliki memadai.
Menurutnya, jika saturasi oksigen dalam darah pasien pada tingkat 90 persen atau 80 persen maka oksigenasi bisa menggunakan HFNC.
Namun, lanjutnya, jika kadar oksigen dalam darah pasien sudah berada di bawah 60 persen maka harus diterapi dengan ventilator.
"Dengan tempat tidur pasien Covid-19 kita sebanyak 80 seharusnya kita memiliki 40 HFNC, tapi kita baru punya 10," ujarnya.