PANGANDARAN, KOMPAS.com - Tim gabungan dari Pemkab Pangandaran, TNI-Polri, ormas memusnahkan alat penangkap baby lobster atau benur di Lapangan Katapang Doyong, Pangandaran, Selasa (6/4/2011). Ada 250 alat yang dimusnahkan mulai jaring, genset hingga lampu.
Acara pemusnahan alat tangkap benur ini, dihadiri pula mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.
"Saya menghargai kekompakan dan kearifan pemda, aparat, masyarakat, dan seluruh komponen lainnya," kata Susi kepada wartawan di lokasi pemusnahan alat tangkap baby lobster, Selasa (06/04/2021).
Susi mengatakan, keberlanjutan sumber daya laut sangat penting. Oleh karenanya, dia mengaku senang dan mengapresiasi kegiatan ini.
"Semoga tak hanya hari ini dan terus (dilakukan), dan seluruh Indonesia mengikuti mau saya (menolak penangkapan benur)," jelasnya.
Baca juga: Berawal dari Iseng, Warga Gunungkidul Menjadi Pembudidaya Lobster Air Tawar
Susi menegaskan, jika benur habis maka lobster dewasa enggak bakalan ada lagi. "Harus percaya! Bibit diambil, lobster gak ada," jelasnya.
Adanya pemusnahan alat tangkap benur ini, Susi berharap, di tahun-tahun mendatang bisa melihat lagi lobster di perairan Pangandaran.
"Nelayan melaut (menangkap lobster) dapat 3 kilogram, sudah Rp 3 juta. Lumayan," kata Susi.
Susi juga mengajak masyarakat harus terus mengawasi.
Baca juga: Menteri KP Optimistis Budidaya Lobster di Lombok Mampu Imbangi Vietnam
Dia juga mengatakan jangan percaya bila ada pihak yang menyebut akan membudidayakan lobster.
"Ada yang bilang budidaya-budidaya, itu bohong," tegas Susi.
Susi menyampaikan, tak ada kata lain bagi siapapun yang mendukung penangkapan baby lobster. "Ya ditenggelamin saja," jelas dia.
Di lokasi sama, Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata berharap pemerintah pusat lebih tegas lagi ihwal penangkapan baby lobster.
Penangkapan benur, kata dia, harus dihentikan dengan dalih apapun.
"Budidaya sampai sekarang belum ada yang berhasil dengan baik," kata Jeje.
Akibat penangkapan baby lobster ini, lanjut Jeje, koperasi unit desa (KUD) yang dikelola nelayan mengalami kehilangan pendapatan. Biasanya, kata dia, KUD sanggup mendapat Rp 3 miliar dari hasil laut.
"Sekarang hilang. Saya biasa makan cumi item sekarang sudah tak ada, (ikan) layang kemarau ada sudah hilang, teri hilang, layur juga setahun kemarin tidak lihat. Kalau dibiarkan (penangkapan baby lobster), (permasalahan) ini akan panjang terus," ujar Jeje.
Sejumlah ikan, kata Jeje, memakan baby lobster. Jika lobster hilang, maka ada rantai makanan yang terputus.
"Bukan hanya lobster, dalam ekosistem rantai makanan sangat berpengaruh," kata Jeje.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.