MALANG, KOMPAS.com - Seorang guru dan kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Desa Dadapan, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, melakukan kekerasan dengan menyulut tangan 10 siswanya dengan korek api.
Tindakan itu dilakukan keduanya gara-gara uang Rp 12.500.
Baca juga: 11 Orang Tewas akibat Banjir Lahar Gunung Ile Lewotolok, NTT
Kapolsek Gucialit Iptu Joko Try mengatakan, kejadian itu bermula saat uang tabungan siswa kelas 4 hilang pada Jumat (26/3/2021 ).
Baca juga: Uji Coba Sekolah Tatap Muka di Kendal, 52 Siswa Reaktif Covid-19
Uang Rp 12.500 itu berasal dari tabungan 12 orang siswa di kelas itu.
Saat jam istirahat, uang tabungan siswa itu ditinggalkan di atas meja. Namun, saat kembali diperiksa uang itu telah hilang.
SMu (24) yang merupakan wali kelas yang juga guru di kelas itu menanyakan keberadaan uang tersebut kepada siswanya. Namun, tidak ada satupun yang mengaku.
"Tidak ada yang mengaku. Kemudian ditakut-takuti lah dengan metode yang kurang lazim, disulut dengan korek gas oleh wali kelas," kata Joko melalui sambungan telepon, Selasa (6/4/2021).
Ketika itu, ada 10 siswa yang disulut tangannya. Meski diperlakukan seperti itu, tidak ada dari 10 siswa itu yang mengaku mengambil uang tersebut.
SMu lantas melapor ke kepala sekolah berinisial SMa (45). Kepala sekolah kemudian memanggil tiga dari 10 siswa.
Kepala sekolah tersebut juga menyulut telapak tangan kanan ketiga siswa itu. Akibatnya, tangan mereka melepuh.
Para orangtua murid yang melihat tangan anaknya melepuh kemudian meminta klarifikasi pihak sekolah.
Guru dan kepala sekolah akhirnya meminta maaf kepada orangtua siswa dengan dimediasi oleh kepala desa setempat. Saat itu, kasus itu dianggap selesai.