KOMPAS.com - Klaster Covid-19 muncul di sebuah pondok pesantren (ponpes) di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.
Sebanyak 37 santriwati terpapar Covid-19 hingga harus melakukan isolasi di Asrama Haji Donohudan.
Kasus pertama kali diketahui ketika seorang ustazah memeriksakan diri dan dinyatakan positif Covid-19.
Baca juga: 37 Santriwati Ponpes Solo Jalani Karantina di Asrama Haji Donohudan, 9 Sudah Negatif
Dia mengalami gejala tidak bisa mencium bau atau anosmia dan sedikit panas.
"Awalnya kami tidak tahu, tetapi pada tanggal 24 (Maret) kami diinformasikan oleh Ketua RW bahwa ada satu orang (warga pondok pesantren) yang dinyatakan positif, yaitu ustazahnya," kata Nur Salim, dilansir dari Antara, Rabu (31/3/2021).
Setelah dinyatakan positif, ustazah tersebut kemudian dirawat di sebuah rumah sakit rujukan Covid-19 di Solo.
Baca juga: Klaster Rombongan Senam di Tegal Bertambah Jadi 53 Orang
Dari kasus tersebut, petugas Dinas Kesehatan kemudian melakukan penelusuran (tracing).
Melansir Tribun Solo, pada tes usap pertama, ada 18 orang yang dinyatakan positif Covid-19.
Kemudian pada tes usap kedua, ditemukan lagi 18 santri positif Covid-19.
Lalu ditambah satu orang positif yang hasilnya baru keluar belakangan.
"Sebanyak 37 orang tersebut itu orang tanpa gejala. Mereka tidak mengalami gejala apa-apa," ujarnya Nur Salim dikutip dari Tribun Solo.
Mereka menjalani isolasi di Asrama Haji Donohudan, Boyolali.
Kondisi terbaru, delapan orang telah dinyatakan negatif Covid-19 dan tinggal 28 orang yang menjalani karantina.
Kantor Kemenag Solo turun tangan mengevaluasi temuan klaster Covid-19 di ponpes.
"Kok sampai bisa, apakah ada wali santri yang masuk? Karena itu ada tata tertibnya sendiri," kata Kepala Kantor Kemenag Solo Hidayat Maskur kepada TribunSolo.com, Rabu (31/3/2021).
Menurutnya, baik santri maupun ustaz dan ustazahnya tidak boleh keluar masuk dari pondok.
"Santri yang sudah ada di asrama, setiap santri tidak boleh keluar pondok atau berinteraksi dengan siapapun. Begitu juga ustaz atau ustazahnya," jelas Hidayat.
"Kalau tidak kemana - mana, harusnya tidak apa-apa," imbuhnya.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, kasus klaster ponpes ini menjadi bahan evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) untuk SMP di Solo.
"Tetap diobservasi, kami tidak akan buru-buru, semuanya simulasi, uji coba kita monitor semua. Yang penting guru sudah divaksinasi dua kali, itu yang penting," katanya.
Gibran pun sempat menyoroti adanya guru-guru yang tidak menggunakan masker di sekolah.
"(Beberapa waktu yang lalu) saya sama pak Ganjar (Gubernur Jateng) ketemu guru yang tidak pakai masker langsung saya tegur. Kemarin pagi juga saya mendadak datang ke SMP dan SMA. Banyak yang tidak pakai masker saat di ruang guru. Bahkan ada satu guru yang saat mengajar tidak pakai masker, langsung saya tegur, guru harus disiplin karena guru itu yang ditiru," katanya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: Dony Aprian), Antara, Tribun Solo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.