"Semua pakai mobile system. Jadi tracking-nya pakai mobile. Nanti bentuknya kayak truk membawa container di dalamnya ada komputer-komputer, ada antena," kata Chris.
"Saat ini kita sudah diskusi dengan PUPR, soal sarana dan prasarana infrastruktur, karena nggak mungkin kita mendatangkan roket, tapi tanahnya nggak siap, atau jalannya nggak siap."
Proyek pusat peluncuran untuk roket sonda tingkat dua ini akan dibiayai oleh pemerintah. Peluncuran roket dilakukan 1-2 kali setahun.
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menjajaki Indonesia menjadi tempat investasi dari perusahaan bos perusahaan mobil listrik Tesla, Elon Musk.
Salah satunya adalah penawaran terkait dengan pembuatan pusat peluncuran roket.
Juru bicara LAPAN, Chris Dewanto, tak menampik hal ini.
Akan tetapi, pihak SpaceX belum tertarik untuk membangun pusat peluncuran roket di Indonesia.
"Dia (SpaceX) tidak akan melakukan investasi di bidang peluncuran satelit. (Tapi) mulai membahas soal launch site untuk transportasi manusia dari kota ke kota," katanya.
Baca juga: Karwar, Rumah Nin Leluhur Suku Biak, Papua
Disebut Chris, saat ini Turki dan konsorsium dari sejumlah negara sudah tertarik untuk berinvestasi membuat bandar antariksa internasional yang kemungkinan di Biak.
"Itu sedang kita jajaki. Belum ada hal defitinitf di atas kertas, proposalnya belum ada. Baru intensi saja," katanya.
Koordinator Forum Peduli Kawasa Byak, Maichel Awom, mengklaim rencana pembangunan ini dilakukan secara sepihak.
Menurutnya, masyarakat khawatir pembangunan nantinya akan menggusur masyarakat, mengundang konflik horizontal dan merusak lingkungan.
"Karena belum ada kajian-kajian, sosialisasi mengenai dampak dari pembangunan itu," kata Maichel Awom kepada BBC News Indonesia, Senin (22/3/2021).
Baca juga: Kenapa Hujan Selalu Turun Saat Imlek? Ini Penjelasan Ilmiah dari Lapan
Penolakan ini bukan pertama kali, tapi sudah dilakukan pada 2006.