Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patung Loro Blonyo, Legenda Cinta Raden Sadana dan Dewi Sri Sang Dewi Padi

Kompas.com - 22/03/2021, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Loro Blonyo adalah patung sepasang pengantin yang duduk bersila dan sering dijumpai di pesta pernikahan.

Sejarah mencatat, patung Loro Blonyo ada sejak masa kepemimpinan Sultan Agung di Kerajaan Mataram pada tahun 1476.

Patung pengantin perempuan adalah simbol dari Dewi Sri yang dikenal sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan.

Baca juga: Asal-usul Tugu Lilin Solo, Tonggak Sejarah Pergerakan Kemerdekaan

Patung tersebut menggunakan pakaian khas Jawa dengan hiasan paes di dahi serta rambut tergelung dengan mahkota atas menggunakan sunduk mentu;

Untuk posisi kakinya timpuh (sikap hormat) dengan bagian telapak dan jari kanan kiri terlihat.

Sementara patung pengantin lelaki adalah simbol dari Dewa Wisnu. Patung tersebut menggunakan kuluk kanigara, tutup kelapa para raja berwarna hitam denan garis kuning yang melingkar menggunakan stagen dan sabuk.

Posisi tangan ngapurancanang (kedua tangan diletakkan di atas pusar) serta posisi kaki bersila dengan telapak jari kaki diperlihatkan.

Karena serasi, mereka dibuatkan patung dengan nama Loro Bronyo yang menjadi simbol kemakmuran serta keturunan.

Baca juga: Menilik Asal-usul Nama Kampung di Yogyakarta

Cinta Batara Guru yang ditolak Dewi Sri

Penampilan penari Loro Blonyo pada perayaan Tahun Baru di Solo, Jawa Tengah, Senin (31/12/2018). Pemerintah Kota Solo melarang warga untuk menyalakan kembang api saat malam pergantian tahun baru 2019.ANTARA FOTO/MOHAMMAD AYUDHA Penampilan penari Loro Blonyo pada perayaan Tahun Baru di Solo, Jawa Tengah, Senin (31/12/2018). Pemerintah Kota Solo melarang warga untuk menyalakan kembang api saat malam pergantian tahun baru 2019.
Legenda Loro Blonyo berawal dari sang Batara Guru yang kesepian di kahyangan. Ia pun menciptakan seorang perempuan yang diberi nama Retno Dumilah.

Batara Guru pun jatuh cinta pada Terno Dumilah yang disebut sebagai Dewi Sri.

Sang dewi menolak cinta Batara Guru dengan mengajukan tiga syarat yang tak bisa dipenuhi oleh Batara Guru.

Sang Batara Guru pun marah dan ia merasa ada dewa lain yang menghalangi cintanya pada Dewi Sri. Ia pun megutus Kala Gumarang untuk menyelidikinya.

Baca juga: Asal-usul Makassar, Dulu Ujung Pandang dan Cerita Lelaki Beserban Hijau di Pantai Tallo

Seperti Batara Guru, Kala Gumarang pun jatuh cinta pada Dewi Sri dan ia mengejar kemanan pun sang dewei pergi.

Sang dewi yang marah mengutuk Kala Gumarang menjadi babi. Bahkan ia teta mengejar sang dewi ke bumi.

Di tempat Dewi Sri tinggal tumbuhkan tanaman padi dan tumbuhan lain yang memancarkan cahaya kemilau.

Baca juga: Asal-usul Kintamani, Anjing Purba Asli dari Bali, Ada Sejak 3.000 Tahun Silam

Melihat cahaya kemilau, Prabu Mangkukuhan dari Kerajaan Medang pun jatuh cinta pada sang dewi.

Prabu Mangkukuhan adalah jelmaan manunggal Batara Wisnu dan ia pun mengambil Dewi Sri sebagai istri. Batara Wisnu yang mawujud Prabu Mangkukuhan juga dikenal dengan nama Raden Sadana

Sementara itu rakyat memanfaatkan tanaman padi yang ditinggalkan Dewi Sri dan merawatnya dari ancaman babi.

Baca juga: Asal-usul Tasikmalaya Sang Mutiara dari Priangan Timur, Letusan Gunung Galunggung

Mitologi Jawa dan Nusantara menyebut Dewi Sri sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburan.

Sementara pasangannya Raden Sadana adalah pengejawantahan Dewa Wisnu dikenal sebagai pemelihara kelestarian alam semesta.

Keduanya merupakan suami-istri abadi yang menyandang misi ke dunia untuk menolong manusia menggapai kesejahteraan hidup.

Baca juga: Asal-usul Sawahlunto Kota Tambang Batu Bara, Kisah Orang Rantai dan Lubang Mbah Suro

Dewi Sri dikejar Bathara Kala

Ilustrasi padi.Dok. PEXELS/icon0.com Ilustrasi padi.
Versi lain menyebutkan Dewi Sri dan Sadana adalah saudara kembar kedhono-kedhini yang saling mencintai.

Namun cinta mereka tak direstui karena sekandung. Sadana yang putus asa lalu bunuh diri dan berharap ia reinkarnasi menjadi manusia hingga bisa menikah dengan Dewi Sri.

Mengetahui Sadana bunuh diri, Dewi Sri hidup mengembara dan dikejar oleh Bathara Kala.

Dewi Sri kemudian ditolong oleh seorang petani dan sebagai ucapan terima kasih, dengan kesaktiannya Dewi Seri memberi hasil melimpah pada petani.

Untuk membalas kebaikan Dewi Sri, para petani pun membuat patung Dewi Sri dan Raden Sadana dalam bentuk patung pengantin yang berdampingan.

Baca juga: Asal-usul Baturraden, dari Legenda Suta Pejaga Kuda Raja hingga Kebun Raya yang Diinisiasi oleh Megawati

Simbol harap dan memiliki keluarga

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.
Pada masa lalu hanya kaum priyayi etnis Jawa yang memilikinya.

Dalam rumah joglo milik kaum priyayi tersebut, patung Loro Blonyo diletakkan di sentong atau bagian rumah tengah. Bagian ini dianggap sebagai wilayah pribadi suami dan istri.

Dalam perkembangan zaman, patung Loro Blonyo yang berasal dari zaman Jawa kuno, ternyata masih hadir di rumah-rumah masyarakat Jawa di zaman modern saat ini.

Patung Loro Blonyo menjadi representasi pemilik rumah yang biasanya ditempatkan di luar kamar pribadi misalnya di ruang tamu atau ruang keluarga sebagai aksesoris interior ruangan.

Baca juga: Asal-usul Manggarai, Pusat Perbudakan Perempuan di Batavia

Djoko Diyanto, dosen arkeologi UGM, menuturkan bahwa patung Loro Blonyo merupakan sebuah simbol harapan.

Patung tersebut tak lagi menjadi penanda wilayah pribadi suami istri, namun menjadi simbol bahwa sang pemilik rumah sudah memiliki keluarga.

Loro Blonyo juga dipercaya dapat menimbulkan aura positif didalam rumah sehingga keharmonisan kehidupan rumah tangga tetap terjaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Khawatir Lawan Koalisi Besar di Pilkada Solo, FX Rudy: Kami Sudah Biasa Tercabik-cabik

Tak Khawatir Lawan Koalisi Besar di Pilkada Solo, FX Rudy: Kami Sudah Biasa Tercabik-cabik

Regional
Kepala Sekolah Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, DPRD Panggil Kepala Dinas Pendidikan Purworejo

Kepala Sekolah Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, DPRD Panggil Kepala Dinas Pendidikan Purworejo

Regional
Polisi Beberkan Cara Bedakan Oli Asli dan Palsu Merek AHM MPX 1

Polisi Beberkan Cara Bedakan Oli Asli dan Palsu Merek AHM MPX 1

Regional
Belum Umumkan Paslon untuk Pilkada, PDI-P Semarang Tunggu Rekomendasi DPP

Belum Umumkan Paslon untuk Pilkada, PDI-P Semarang Tunggu Rekomendasi DPP

Regional
PPDB Usai, Sederet SMP di Kota Bengkulu Masih Kekurangan Siswa

PPDB Usai, Sederet SMP di Kota Bengkulu Masih Kekurangan Siswa

Regional
Daya Tampung SMP Negeri Terbatas, Pemkot Semarang Bakal Tambah Sekolah Swasta Gratis di 2025

Daya Tampung SMP Negeri Terbatas, Pemkot Semarang Bakal Tambah Sekolah Swasta Gratis di 2025

Regional
Selewengkan Dana Rp 428 Juta, Mantan Kepala BPBD OKU Ditahan

Selewengkan Dana Rp 428 Juta, Mantan Kepala BPBD OKU Ditahan

Regional
Ketua Koperasi di Sumbar Tewas Dibakar, Pelaku Pasangan Suami Istri Ditangkap

Ketua Koperasi di Sumbar Tewas Dibakar, Pelaku Pasangan Suami Istri Ditangkap

Regional
Sempat Dihentikan, Festival Kuliner Non-halal di Solo Kembali Dibuka dengan Pembatasan

Sempat Dihentikan, Festival Kuliner Non-halal di Solo Kembali Dibuka dengan Pembatasan

Regional
Manfaatkan Lahan Tidur Bekas Rob, Pemkot Semarang dan BRIN Tanam Padi Biosalin

Manfaatkan Lahan Tidur Bekas Rob, Pemkot Semarang dan BRIN Tanam Padi Biosalin

Regional
Tanggul Sungai Lamasi di Desa Kendekan Luwu Jebol, 3 Desa Terdampak, Petani Terancam Merugi

Tanggul Sungai Lamasi di Desa Kendekan Luwu Jebol, 3 Desa Terdampak, Petani Terancam Merugi

Regional
Lantik 3.551 PPPK, Bupati Semarang: Jangan Gadaikan SK untuk Judi 'Online'

Lantik 3.551 PPPK, Bupati Semarang: Jangan Gadaikan SK untuk Judi "Online"

Regional
Baru 1 Bulan Produksi, 7.200 Botol Oli Palsu Dibuat secara Profesional

Baru 1 Bulan Produksi, 7.200 Botol Oli Palsu Dibuat secara Profesional

Regional
ASN Kota Magelang Diimbau 'Bike to Work' Hari Ini, Berikut Ketentuannya

ASN Kota Magelang Diimbau "Bike to Work" Hari Ini, Berikut Ketentuannya

Regional
Ki Pinter Bedas, Inovasi Pemkab Bandung Kendalikan Inflasi dan Referensi Harga

Ki Pinter Bedas, Inovasi Pemkab Bandung Kendalikan Inflasi dan Referensi Harga

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com