LUWU, KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur wilayah hulu Sungai Lamasi, membuat sungai tersebut meluap.
Meluapnya Sungai Lamasi dipicu tanggul jebol di Desa Kendekan, Kecamatan Walenrang Timur, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, sejak Rabu (3/7/2024) pagi.
Sebayak tiga desa terdampak akibat luapan Sungai Lamasi.
Warga Kendekan, Petrus (42) menuturkan, tanggul yang jebol sudah terjadi sejak 2 pekan lalu dan saat ini tanggul tersebut semakin lebar tergerus air.
Baca juga: Wanita di Luwu Tewas Ditelan Ular Piton 6 Meter Saat Hendak Beli Obat Anak
“Waktu pertama jebol hanya sekitar 3 meter, sekarang sudah 10 meter, kalau tidak segera dibenahi maka akan melebar bisa sampai puluhan bahkan ratusan meter,” kata Petrus, saat dikonfirmasi, Jumat (5/7/2024) siang.
Petrus menuturkan, meluapnya Sungai Lamasi akibat tanggul jebol membuat tiga desa terendam, yakni Desa Kendekan, Seba-seba dan Desa Taba.
“Ketinggian banjir mencapai 80 sentimeter yang merendam perkebunan Kakao, lahan persawahan, permukiman warga dan ruas jalan,” ucap Petrus.
Akibat banjir, aktivitas warga untuk bertani dan berkebun lumpuh hingga hari ini.
Warga berharap pemerintah segera menangani tanggul jebol agar aktivitas mereka dapat berjalan.
“Kami kalau sudah banjir begini sulit ke kebun atau sawah paling tinggal di rumah menunggu surutnya air, kalau sudah surut baru kami langsung benahi kebun karena kalau tidak dibenahi tanaman kakao bisa mati, atau bunganya layu,” ujar Petrus.
Sementara petani sawah, Rasmidin (42) mengatakan, ada ratusan hektar lahan persawahan yang baru saja ditanami padi terendam di 3 desa.
Baca juga: Mengaku Bisa Sembuhkan Penyakit, Dukun Cabul di Luwu Timur Setubuhi Anak di Bawah Umur
“Kami ini baru saja menanam, ada yang 3 minggu, 2 minggu ada juga yang baru saja menghambur benih jadi biasanya kalau banjir seperti ini sukar untuk tumbuh karena mati membusuk,” tutur Rasmidin.
“Kalau sudah begini kami merugi, apalagi sekarang harga benih atau bibit padi mahal. Bantuan benih dari pemerintah ada, tapi tidak cukup karena terbatas, kadang dikasi 20 kilogram untuk setengah hektare, kadang 50 kilogram satu hektare. Kalau bisa mohon kami ini petani diperhatikan dan dibantu,” tambah Rasmidin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.