Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Asep, Kilas Balik Gempa dan Tsunami Aceh 2004, Ratusan Ribu Jiwa Jadi Korban

Kompas.com - 21/03/2021, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Publik dikejutkan dengan berita tentang Ajun Brigadir Polisi (Abrib) Bharaka Zainal Abidin alias Asep yang dinyatakan hilang saat gempa bumi dan tsunami di Aceh, 2004 silam.

Setelah 17 tahun berlalu, pria yang diduga Asep ditemukan dirawat di RSJ Zainal Abidin di Banda Aceh.

Saat bencana alam itu terjadi, Asep sedang bertugas di Aceh sebagai pasukan Bantuan Keamanan Operasional (BKO) Brigade Mobil (Brimob) Resimen I Kedung Halang Bogor.

Baca juga: Polisi Korban Tsunami Aceh Punya 2 Ciri Fisik Khas dan Disebut Masih Miliki Jiwa Brimob

Pria yang diduga Asep tersebut diantarkan ke RSJ pada tahun 2009 dalam keadaan linglung dan tanpa identitas yang jelas.

Pada tahun 2016, pihak RSJ akan mengembalikan Asep. Namun karena tak ada keluarga, ia tetep dirawat di RSJ.

Saat ini keluarga masih menunggu kasil tes DNA yang dilakukan RSJ bersama dengan tim Polda Aceh.

Baca juga: 80 Persen Ciri Fisik Polisi Korban Tsunami Aceh Identik

Ratusan ribu jiwa jadi korban

Diorama Tsunami Aceh di Museum Tsunami Aceh.Dok. Kemenparekraf Diorama Tsunami Aceh di Museum Tsunami Aceh.
Gempa dan tsunami Aceh terjadi pada Minggu, 26 Desember 2004.

Kala itu gempa dangkal berkekuatan 9,3 SR terjadi di dasar Samudera Hindia sekitar pukul 07.59 WIB.

Tak menunggu lama, pesisir Aceh disapu gelombang tsunami yang dahsyat dengan ketinggian 30 meter dan kecepatan mencapai 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam.

Minggu itu menjadi sejarah kelam bagi Bangsa Indonesia.

Gelombang besar tersebut menghancurkan pemukiman dan meluluhlantakkan pesisir Aceh dalam waktu sekejap.

Baca juga: 2 Tanda Ini Membuat Keluarga Yakin Pasien RSJ Merupakan Polisi yang Hilang Saat Tsunami Aceh

Bahkan Kapal LLTD Apun terseret hingga lima kilometer ke tengah daratan.

Pada 4 Januari 2005, PBB mengeluarkan taksiran awal bahwa jumlah korban tewas sangat mungkin melebihi angka 200.000 jiwa.

Berdasarkan Kompas.com (26/12/2020), jumlah korban dari peristiwa alam tersebut disebut mencapai 230.000 jiwa.

Jumlah tersebut tak hanya dari Indonesia, tapi juga negara-negara lain yang turut terdampak tsunami.

Baca juga: Cerita Lizar, Sosok Kepala Desa di Balik Penemuan Pria Diduga Polisi yang Hilang dalam Tsunami Aceh 17 Tahun Lalu

Pekerja menempel nama-nama korban gempa dan tsunami di Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh, Sabtu (6/12/2014). Museum tersebut dibangun untuk mengenang peristiwa gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004.SERAMBI/BUDI FATRIA Pekerja menempel nama-nama korban gempa dan tsunami di Museum Tsunami Aceh, Banda Aceh, Sabtu (6/12/2014). Museum tersebut dibangun untuk mengenang peristiwa gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004.
Gempa dan tsunami di Minggu pagi itu tidak hanya menimpa wilayah Aceh dan Sumatera Utara, tapi juga wilayah negara lain yang terletak di kawasan Teluk Bengali, mulai dari India, Sri Lanka, hingga Thailand.

Dahsyatnya getaran gempa tersebut bahkan dirasakan sampai Somalia, Afrika Timur yang berjarak 6.000 kilometer dari Samudra Hindia.

Di Thailand, gelombang setinggi 10 meter menerjang lima provinsi yang terletak di sepanjang pesisir selatan, yaitu Songkhla, Phuket, Krabi, Phang Nga, dan Surat Thani.

Baca juga: 15 Tahun Pasca Tsunami Aceh, Tak Pernah Terhapus dari Ingatan, Bangun Siaga

PBB menyatakan bencana ini sebagai bencana kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi. Bencana besar tersebut membuat jaringan listrik dan komunikasi terputus.

Awalnya ratusan orang sudah ditemukan meninggal. Dan tidak diketahui berapw banyak orang yang hilang akibat tersapu gelombang, tertimpa reruntuhan, dan sebagainya.

Warga yang masih selamat pun kehilangan tempat tinggalnya, jumlahnya bukan hanya ratusan, tapi ratusan ribuan dan mereka harus hidup di lokasi pengungsian.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Aceh 2004

Bencana ini sontak menjadi bencana nasional dan menjadi pemberitaan utama media hingga beberapa bulan setelahnya.

Presiden ke-6, Soesilo Bambang Yudhoyono bahkan menetapkan 3 hari berkabung sebagai bentuk simpati negara dan bangsa Indonesia pada bencana yang melanda.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Peristiwa Tsunami Aceh 2004

Cerita Nazariah melihat ibu terseret ombak

Wisatawan di Museum Tsunami Aceh, Rabu (21/10/2015).KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Wisatawan di Museum Tsunami Aceh, Rabu (21/10/2015).
Nazariah warga Desa Jamboe Timur, Kemukiman Meuraksa, Kecamatan Blang Mangat, kota Lhok Seumawe menceritakan kejadian di hari itu.

Saat tsunami, Nazariah berusia 23 tahun. Pagi itu ia merasakan gempa mengguncang rumahnya dan mendengar seruan orang jika air laut naik ke darat.

Sambil menggendong anaknya yang berusia 3 tahun, ia dan ibunya berlari menyelamatkan diri.

Setelah 200 meter berlari, gelombang setinggi rumah mengejar dan menyapu kakinya hingga ia terjatuh.

Baca juga: Sayup-sayup Doa untuk Syuhada di Samudera, Warnai Peringatan Tsunami Aceh 16 Tahun Lalu...

Ia berhasil menyelamatkan diri dan anaknya yang ada dalam gendongan. Namun tidak sang ibu.

Nazariah hanya bisa melihat ibunya terseret air beberapa meter di belakangnya dan menghilang di dalam air.

Nazariah merupakan satu dari ratusan ribu korban gempa bumi dan tsunami Aceh 2004.

Tercatat, sekitar 170.000 orang meninggal dunia dan puluhan ribu bangunan hancur setelah terhempas gelombang tsunami.

Hal yang sama juga dialami Maisara (48). Ia bercerita saat tsunami terjadi, ia terjebak dalam air laut berwarna hitam menggulung.

Baca juga: 10 Gempa Terbesar di Dunia sejak 1900, Termasuk Tsunami Aceh

Peziarah mendoakan keluarga mereka yang menjadi korban gempa dan tsunami di pemakaman massal korban tsunami di Desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Sabtu (26/12/2020). Setiap 26 Desember, memperingati tragedi gempa dan tsunami yang terjadi pada 2004 lalu, pemakaman tersebut selalu ramai didatangi warga untuk melakukan doa dan zikir. Di lokasi kuburan massal ini tercatat 46. 718 jiwa lebih dikebumikan korban tsunami.KOMPAS.com/RAJA UMAR Peziarah mendoakan keluarga mereka yang menjadi korban gempa dan tsunami di pemakaman massal korban tsunami di Desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Sabtu (26/12/2020). Setiap 26 Desember, memperingati tragedi gempa dan tsunami yang terjadi pada 2004 lalu, pemakaman tersebut selalu ramai didatangi warga untuk melakukan doa dan zikir. Di lokasi kuburan massal ini tercatat 46. 718 jiwa lebih dikebumikan korban tsunami.
Ia kemudian terjepit plafon rumahnya. Air menyisakan kepalanya yang mendesak di plafon.

Maisara selamat tapi tidak suaminya, Muharam dan tiga anak perempuannya.

Setiap tanggal 26 Desember, ia selalu berziarah ke makam massal di kawasan Blang Kureng, Aceh Besar.

“Mana mungkin bisa lupa, sebagai orang Aceh, kejadian itu tak mungkin terhapus dari ingatan,” ujar Maisara, Kamis (26/12/2019).

"Mungkin sampai saya menghembuskan napas terakhir nanti tidak akan lupa," ujar Maisara.

Baca juga: 15 Tahun Pasca Tsunami Aceh, Tak Pernah Terhapus dari Ingatan, Bangun Siaga

"Kini saya menjalani hidup seiring takdir Tuhan saja. Ajaran agama mengajarkan kalau kita harus semangat dan ikhlas, kini saya menjalani aktivitas dengan keluarga yang baru bersama suami. Saya ikhlas, tapi saya tidak pernah lupa,” ucap Maisara yang menikah lagi dengan pria yang bernama Samsuir.

Saat tsunami terjadi, pemerintah menaksir kerugian akibat bencana tersebut mencapai puluhan triliun.

Hal itu lantaran porak-porandanya ratusan ribu rumah serta fasilitas umum dan sosial masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah akhirnya melakukan pinjaman ke Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB).

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Raja Umar, Tri Purna Jaya, Luthfia Ayu Azanella, Ahmad Naufal Dzulfaroh, Daspriani Y Zamzami, Dani Prabowo | Editor : Farid Assifa, Abba Gabrilin, Rizal Setyo Nugroho, Inggried Dwi Wedhaswary, David Oliver Purba, Bayu Galih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN

Regional
Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Jadi Bandara Domestik, SMB II Palembang Tetap Layani Penerbangan ke Jeddah dan Mekkah

Regional
Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Mahasiswa di Ambon Tewas Gantung Diri, Diduga karena Masalah Asmara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com