Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan karena Mistis, Ini Penyebab Satu Kampung di Ponorogo Ditinggalkan Semua Warganya

Kompas.com - 05/03/2021, 14:56 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Suasana sepi terasa menggelayuti Kampung Sumbulan. Tak ada siapa pun di sana.

Di areal seluas tiga hektar itu tampak empat bangunan rumah permanen yang masih layak huni. Namun, tiada aktivitas di tempat itu.

Kampung yang berada di Dusun Krajan I, Dukuh Sumbulan, Desa Plalang, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, ini ditinggalkan oleh para warganya.

Kondisi ini sangat kontras jika dibandingkan bertahun-tahun lalu sewaktu masih dihuni oleh sekitar 30 kepala keluarga.

Dulu, kampung itu ramai didatangi warga Desa Plalang yang ingin menimba ilmu agama.

Perlahan-lahan, kampung itu mulai ditinggalkan penghuninya.

Mereka memilih pindah ke lokasi lain.

Baca juga: Cerita Kampung Mati di Ponorogo, Bukan Tempat Mistis, Begini Kondisinya

Bukan karena hal mistis

ilustrasi hantu mistisNitaYuko ilustrasi hantu mistis

Sejak lima tahun lalu, Sumbulan benar-benar menjadi kampung mati.

Kepala Desa Plalangan Ipin Herdianto mengatakan, di tahun-tahun terakhirnya, kampung itu ditempati dua kepala keluarga.

“Dahulu masih ada dua kepala keluarga. Tetapi, empat atau lima tahun lalu sudah tidak lagi yang tinggal di lingkungan tersebut,” jelas Ipin saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/3/2021).

Ipin menerangkan, para warga meninggalkan Sumbulan karena kampung itu sepi.

Dia membantah jika kepindahan warga dikaitkan dengan faktor mistis.

"Dulunya banyak penghuninya. Karena tempatnya tidak ramai, ada yang sudah nikah ikut pasangannya. Kemudian, yang punya anak ikut anaknya," ucap Ipin.

Baca juga: Tengkorak Manusia Ditemukan di Mobil yang Terbenam dalam Lumpur, Ini Kata Polisi

 

Pernah ada pondok pesantren

Ilustrasi pondok pesantrenKOMPAS.Com Ilustrasi pondok pesantren

Hal tersebut dibenarkan oleh Sumarno. Dia adalah mantan penghuni kampung itu.

Sumarno menyebutkan, penyebab terbanyak pindahnya warga Kampung Sumbulan karena sulitnya akses jalan.

Ia bercerita, di kampung tersebut dulunya pernah berdiri sebuah pondok pensantren.

"Pondok itu didirikan sekitar tahun 1850-an oleh Nyai Murtadho," paparnya.

Nyai Murtadho adalah anak seorang ulama dari Demak.

Pondok pesantren itu dikunjungi oleh banyak warga untuk belajar agama. Tak hanya masyarakat sekitar, warga dari luar daerah pun menuntut ilmu agama di situ.

Akan tetapi, selepas Nyai Murtadho dan keluarganya wafat, pondok pesantren itu kian sepi pengunjung.

Baca juga: Menikah dengan Pria Lombok, Wanita Asal Perancis Ini Diajari Bikin Sambal dan Pakai Sarung

Mushala masih aktif

Inilah musala yang berada di Sumbulan masih digunakan petani untuk salat di, Desa Plalangan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten PonorogoKOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI Inilah musala yang berada di Sumbulan masih digunakan petani untuk salat di, Desa Plalangan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo

Selain menyisakan beberapa bangunan rumah, kampung mati tersebut juga terdapat mushala.

Berbeda dari rumah-rumah warga, mushala itu masih aktif.

Mushala itu kerap dipakai warga untuk menunaikan salat dzuhur dan ashar.

Warga yang memanfaatkan mushala itu rata-rata adalah para petani yang memiliki sawah di sekitar lingkungan itu.

“Mushala masih sering dipakai untuk beribadah, dan selalu dibersihkan setiap hari,” ujar Ipin.

Baca juga: Presiden Jokowi Naik KRL dari Yogyakarta ke Klaten, Ini Kesannya

 

Tolak dijadikan kompleks perumahan

Ilustrasi perumahan.Dok. Kementerian PUPR Ilustrasi perumahan.

Kepala Desa Plalangan Ipin Herdianto mengungkapkan, belum ada satu keluarga pun yang ingin kembali ke Kampung Sumbulan.

Penyebabnya adalah para mantan warga sudah mempunyai rumah sendiri di lokasi lain.

Namun, meski ditinggalkan, keluarga yang mempunyai aset tanah dan rumah sesekali datang ke kampung mati.

Mereka biasanya mengadakan acara peringatan hari wafatnya para pendahulu warga.

Baca juga: Sandiwaranya Terungkap, Nenek 85 Tahun Itu Dibunuh si Pembantu

Meski telah menjadi kampung mati, tetapi para ahli waris pemilik tanah dan rumah menolak tawaran pengembang untuk menjadikan tempat tersebut sebagai kompleks perumahan.

"Namun, bila dibeli untuk pembangunan pesantren, ahli waris menerimanya," kata Ipin.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor: Robertus Belarminus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Regional
Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Regional
Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Regional
PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

Regional
Timnas Menang Atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi sambil Bunyikan Klakson

Timnas Menang Atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi sambil Bunyikan Klakson

Regional
Cerita Nelayan Berhari-hari Bantu Cari Dokter Wisnu di Laut, Keluarganya Pernah Jadi Pasien Sang Dokter

Cerita Nelayan Berhari-hari Bantu Cari Dokter Wisnu di Laut, Keluarganya Pernah Jadi Pasien Sang Dokter

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
[POPULER REGIONAL] Gibran Tak Terima Satyalancana | Kisah Inspiratif Adi, Petani Hidroponik Asal Blora

[POPULER REGIONAL] Gibran Tak Terima Satyalancana | Kisah Inspiratif Adi, Petani Hidroponik Asal Blora

Regional
Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Regional
4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Regional
Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com