Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-Usul Kebo Bule, Hewan Milik Keraton Surakarta yang Dianggap Keramat

Kompas.com - 21/02/2021, 11:17 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Jika melintas di kawasan Alun-Alun Selatan Solo, pengendara akan menjumpai kandang kerbau bule.

Warna kulitnya yang putih dan kemerah-merahan membuat kerbau ini dijuluki sebagai “bule”.
Masyarakat Kota Solo mengenal kerbau ini dengan nama Kyai Slamet.

Bagi sebagian warga Solo, kerbau milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini dianggap bukan sembarang kerbau karena memiliki unsur keramat dan bertuah.

Keraton Surakarta pun menjadikan kebo bule sebagai salah satu pusakanya.

Baca juga: Asal Usul Tuban, Legenda Aryo Dandang Wacono hingga Pelantikan Adipati Ranggalawe

Saat peringatan datangnya 1 Sura, kerbau akan dikirab dan menjadi cucuk lampah atau pembuka/pengawal dari pusaka-pusaka keraton lainnya.

Di malam 1 Sura, yang dinilai sakral oleh masyarakat Jawa, kerbau bule diperlakukan istimewa.

Mereka akan dikalungi bunga melati. Sebelum kirab dimulai, mereka “dijamu” dengan ubi.

Konon, kirab tidak akan dimulai bila rombongan kerbau bule itu belum mau keluar dari kandangnya.

Baca juga: Asal Usul Gudeg Yogyakarta, dari Prajurit di Hutan Mentaok hingga Kisah Raden Mas Cebolang

Kirab malam 1 Sura dihadiri oleh banyak orang, tak hanya warga Solo saja.

Beberapa dari mereka ada yang berkeinginan untuk ngalap berkah atau mencari berkah dari kerbau bule.

Maka tak jarang ada pengunjung yang ingin menyentuh kebo bule, bahkan sampai mengambil kotorannya.

Mereka percaya hal-hal tersebut mendatangkan manfaat, baik itu untuk keselamatan, panjang umur, awet muda, menyuburkan tanah, dan lainnya.

Baca juga: Asal-usul Kota Solo, dari Geger Pecinan hingga Perjanjian Giyanti

 

Asal mula kerbau bule

Kerbau sakral Keraton Solo keturunan Kiai Slamet yang masih tersisa, Rabu (11/11/2020). TribunSolo.com/Ilham oktafian Kerbau sakral Keraton Solo keturunan Kiai Slamet yang masih tersisa, Rabu (11/11/2020).

Dilansir dari laman keraton.perpusnas.go.id, yang mengutip dari buku Babad Sala karya Raden Mas (RM) Said, disebutkan bahwa leluhur kerbau bule adalah hewan kesayangan Pakubuwono II.

Saat itu, keraton masih bertempat di Kartasura.

Dalam versi lain, kebo bule ini erat kaitannya dengan Ponorogo, Jawa Timur.

Saat Pakubuwono II mengungsi ke Ponorogo sewaktu terjadinya Geger Pacinan di tahun 1742, dia mendapat kenang-kenangan dari Bupati Ponorogo.

Baca juga: Asal Usul Balikpapan dan Cerita Perahu Papan Terbalik

Lewat penelitiannya, Penelusuran Sejarah Kebo Bule “Kyai Slamet” di Keraton Surakarta dan Kelahiran Kesenian Kebo Bule sebagai Media Dakwah Islam di Ponorogo,
Rudianto (et.al) menuturkan sesampainya di Ponorogo, Pakubuwono II bersemadi.

Dalam semadinya, dia mendapat petunjuk mengenai benda pusaka bernama Kyai Slamet.

Benda itu disebut dapat dijadikan media untuk menyejahterakan kehidupan pada saat itu.

Sebagai syaratnya, Pakubuwono II harus mencari kerbau warna putih yang gunanya untuk mengawal atau mendampingi benda pusaka tersebut.

Geger Pacinan membuat istana Keraton Kartasura luluh lantak. Hal ini membuat Pakubuwono II mencari lokasi baru.

Baca juga: Asal Usul Kota Singkawang, dari Pasukan Tiongkok yang Terdampar Saat Tinggalkan Jawa

Konon, kebo bule memiliki andil dalam menentukan lokasi baru untuk keraton.

Leluhur kebo bule dilepas, mereka diikuti oleh abdi dalem.

Singkat cerita, kebo bule itu berhenti di lokasi yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com