Salin Artikel

Asal-Usul Kebo Bule, Hewan Milik Keraton Surakarta yang Dianggap Keramat

KOMPAS.com - Jika melintas di kawasan Alun-Alun Selatan Solo, pengendara akan menjumpai kandang kerbau bule.

Warna kulitnya yang putih dan kemerah-merahan membuat kerbau ini dijuluki sebagai “bule”.
Masyarakat Kota Solo mengenal kerbau ini dengan nama Kyai Slamet.

Bagi sebagian warga Solo, kerbau milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini dianggap bukan sembarang kerbau karena memiliki unsur keramat dan bertuah.

Keraton Surakarta pun menjadikan kebo bule sebagai salah satu pusakanya.

Saat peringatan datangnya 1 Sura, kerbau akan dikirab dan menjadi cucuk lampah atau pembuka/pengawal dari pusaka-pusaka keraton lainnya.

Di malam 1 Sura, yang dinilai sakral oleh masyarakat Jawa, kerbau bule diperlakukan istimewa.

Mereka akan dikalungi bunga melati. Sebelum kirab dimulai, mereka “dijamu” dengan ubi.

Konon, kirab tidak akan dimulai bila rombongan kerbau bule itu belum mau keluar dari kandangnya.

Kirab malam 1 Sura dihadiri oleh banyak orang, tak hanya warga Solo saja.

Beberapa dari mereka ada yang berkeinginan untuk ngalap berkah atau mencari berkah dari kerbau bule.

Maka tak jarang ada pengunjung yang ingin menyentuh kebo bule, bahkan sampai mengambil kotorannya.

Mereka percaya hal-hal tersebut mendatangkan manfaat, baik itu untuk keselamatan, panjang umur, awet muda, menyuburkan tanah, dan lainnya.

Dilansir dari laman keraton.perpusnas.go.id, yang mengutip dari buku Babad Sala karya Raden Mas (RM) Said, disebutkan bahwa leluhur kerbau bule adalah hewan kesayangan Pakubuwono II.

Saat itu, keraton masih bertempat di Kartasura.

Dalam versi lain, kebo bule ini erat kaitannya dengan Ponorogo, Jawa Timur.

Saat Pakubuwono II mengungsi ke Ponorogo sewaktu terjadinya Geger Pacinan di tahun 1742, dia mendapat kenang-kenangan dari Bupati Ponorogo.

Lewat penelitiannya, Penelusuran Sejarah Kebo Bule “Kyai Slamet” di Keraton Surakarta dan Kelahiran Kesenian Kebo Bule sebagai Media Dakwah Islam di Ponorogo,
Rudianto (et.al) menuturkan sesampainya di Ponorogo, Pakubuwono II bersemadi.

Dalam semadinya, dia mendapat petunjuk mengenai benda pusaka bernama Kyai Slamet.

Benda itu disebut dapat dijadikan media untuk menyejahterakan kehidupan pada saat itu.

Sebagai syaratnya, Pakubuwono II harus mencari kerbau warna putih yang gunanya untuk mengawal atau mendampingi benda pusaka tersebut.

Geger Pacinan membuat istana Keraton Kartasura luluh lantak. Hal ini membuat Pakubuwono II mencari lokasi baru.

Konon, kebo bule memiliki andil dalam menentukan lokasi baru untuk keraton.

Leluhur kebo bule dilepas, mereka diikuti oleh abdi dalem.

Singkat cerita, kebo bule itu berhenti di lokasi yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.

https://regional.kompas.com/read/2021/02/21/11174741/asal-usul-kebo-bule-hewan-milik-keraton-surakarta-yang-dianggap-keramat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke