Pada waktu itu, omzet Susi di kisaran Rp 300 juta hingga Rp 400 juta per bulan.
"Tapi, marjinnya tipis. Buyer dari China terus menekan harga," ujar dia.
Kini, Susi mantab beralih ke produk perabot dapur berbahan kayu. Ragam produk Susi sudah lebih dari 100 item dengan pasar utama Kota Batu, Surabaya, dan Yogyakarta.
Terakhir, perabot dapur Susi juga dikirim ke pasar sejumlah kota di Pulau Sumatera, bahkan juga Malaysia.
Industri kendang jimbe Blitar sebenarnya sudah tumbuh sejak lama. Kelurahan Sentul dan Kelurahan Tanggung di Kecamatan Kepanjenkidul adalah cikal bakalnya.
Sejumlah perajin kayu di dua kelurahan ini memasok bahan setengah jadi kendang jimbe ke Bali sejak puluhan tahun lalu.
Sekitar tahun 2015, belasan pembeli asal China datang ke Blitar untuk membeli kendang jimbe.
Mereka membangun kemitraan dengan para perajin, memberikan pinjaman uang sebagai uang muka, menunjuk sejumlah koordinator pengepulan barang, dan membangun sejumlah gudang.
Baca juga: Personel Paskhas TNI AU Ditembaki di Bandara Amenggaru Papua, 1 KKB Tewas
Di masa puncaknya, puluhan kontainer berisi kendang jimbe berangkat ke China tiap bulannya.
Dari puluhan perajin di Kelurahan Sentul dan sekitarnya, jumlah perajin berkembang menjadi ratusan dan meluas hingga di sejumlah desa di Kabupaten Blitar.
Industri kendang jembe menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Bukan hanya karena kendang harus diproduksi hingga tahap finishing tapi juga karena teknik produksi yang minim penggunaan mesin.
Di sentra-sentra industri kendang jimbe dua atau tiga tahun lalu, warga mengerjakan beragam tahapan pembuatan kendang di teras rumah-rumah mereka, laki-laki maupun perempuan.
Tidak butuh waktu lama sejak kabar ditemukannya kasus infeksi virus SARS-CoV-2 di Kota Wuhan, China, pada awal Desember 2019, pada minggu ketiga bulan itu, seluruh pengiriman kendang dihentikan.
"Bulan-bulan pertama 2020 sudah banyak perajin kendang yang terpaksa menjual aset-asetnya guna menutup utang. Ada yang jual mobil, truk, bahkan sepeda motor," ujar Martono, pemuda Kelurahan Sentul yang biasa ikut bekerja serabutan di industri kendang.
Perajin kendang jimbe banyak yang bangkrut bukan hanya karena beban tagihan pinjaman bank.
Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan pembayaran atas sejumlah kendang yang telanjur dikirim ke China menjelang meletusnya pandemi Covid-19.