Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Gara-gara Tulisan Dokter di Resep, 2 Pegawai Apotek Diseret ke Pengadilan | Tantangan Perang Terbuka KKB untuk TNI-Polri

Kompas.com - 03/02/2021, 07:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Di Medan, dua orang pegawai apotek diseret ke pengadilan gara-gara tulisan dokter di resep yang tak jelas.

Kasus ini terkait dengan kondisi salah satu pasien usai meminum obat Amaryl M2.

Sedangkan di Kabupaten Intan Jaya Papua, KKB menantang TNI-Polri untuk berperang secara terbuka.

Tantangan tersebut disampaikan melalui sebuah selebaran yang beredar.

Berikut lima berita populer nusantara yang menjadi fokus perhatian pembaca Kompas.com:

Baca juga: Satu Keluarga di Surabaya Ditetapkan Jadi Tersangka dan Terancam 9 Tahun Penjara, Ini Ceritanya

1. Gara-gara tulisan dokter di resep tak jelas, dua pegawai apotek diseret ke pengadilan

Sukma dan Okta bersama penasihat hukumnya usai divonis bebas di PN MedanHandout Sukma dan Okta bersama penasihat hukumnya usai divonis bebas di PN Medan
Dua orang pegawai apotek di Medan, Okta Rina Sari (21) dan Sukma Rizkiyanti Hasibuan (23) harus menjalani proses peradilan atas dugaan kesalahan pemberian obat.

Kesalahan terjadi lantaran tulisan dokter tidak terbaca jelas oleh petugas apotek.

Karena obat yang salah, korban bernama Yusmaniar jatuh sakit dan dirawat di RS Materna, bahkan sampai tidak saarkan diri.

Setelah diperiksa, ternyata penyebabnya ialah korban meminum Amaryl M2

"Obat Amaryl M2 adalah obat yang diragukan karyawan apotek makanya dia menghubungi dokter untuk memastikan. Karena teleponnya enggak diangkat, dia tak berani, dipulangkannya resep. Waktu ditebus lagi dan diterima Endang Batubara, obat ini diberikan. Pada 21 Desember 2018, anak korban membuat laporan polisi atas kesalahan pemberian obat dan kedua terdakwa menjadi tersangkanya," kata kuasa hukum terdakwa Maswan.

Okta Rina dan Sukma kini divonis bebas.

Baca juga: Gara-gara Tulisan Dokter di Resep Tak Jelas, Dua Pegawai Apotek Diseret ke Pengadilan

2. Sosok perempuan pembeli Pulau Lantigiang seharga Rp 900 juta, suaminya WN Italia

Dugaan jual beli Pulau Lantigiang seharga Rp 900 juta tengah diusut kepolisian.

Pembelinya adalah Asdianti, asal Desa Laiyolo, Kecamatan Bontosikuyu, Selayar.

Asdianti lahir dan tumbuh di Selayar, namun sejak kuliah dia menetap di Bali.

Dia menikah dengan warga negara Italia yang merupakan bosnya di perusahaan tempatnya bekerja dahulu.

Kini Asdianti adalah seorang direktur dan ingin membeli tanah di Pulau Lantigiang kepada seseorang bernama Syamsul Alam.

Penjual mengaku bahwa pulau tersebut adalah milik kakek neneknya yang sudah tinggal di sana sejak puluhan tahun.

Baca juga: Sosok Perempuan Pembeli Pulau Lantigiang Seharga Rp 900 Juta, Suaminya WN Italia

3. KKB tantang TNI dan Polri perang terbuka, ini tanggapan Wakapolda Papua

Wakapolda Papua, Brigjen Matius D. FakhiriDok Humas Polda Papua Wakapolda Papua, Brigjen Matius D. Fakhiri
Melalui selebaran yang beredar di Intan Jaya, Papua, kelompok kriminal bersenjata (KKB) menantang TNI dan Polri untuk berperang secara terbuka.

Wakapolda Papua Brigjen Matius Fakhiri mengatakan, aparat tidak akan terpancing dengan tantangan itu.

Bahkan menurutnya, provokasi semacam itu sudah sering dilakukan KKB.

"Ini biasanya terjadi saat eskalasi sedang tinggi," kata dia di Jayapura, Selasa (2/2/2021).

Namun Wakapolda menegaskan TNI Polri tidak takut melawan KKB.

"Saya pastikan kalau ajak perang TNI-Polri tidak takut, kita akan hadapi. Cuma kan kita tidak mau ada dampak lain yang akan timbul bila kita mengambil langkah tegas dan terukur yang nantinya bisa dipolitisasi dipelintir oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang ingin suasana di Papua ini selalu kisruh," kata Matius.

Baca juga: KKB Tantang TNI dan Polri Perang Terbuka, Ini Tanggapan Wakapolda Papua

4 kawanan copet di Surabaya ditangkap polisi dan sudah ditetapkan tersangka.Dokumentasi Humas Polrestabes Surabaya 4 kawanan copet di Surabaya ditangkap polisi dan sudah ditetapkan tersangka.

4. Satu keluarga di Surabaya ditetapkan sebagai tersangka, terancam 9 tahun penjara

Tiga orang sekeluarga di Surabaya, Jawa Timur, ditetapkan sebagai tersangka kasus pencurian.

Mereka adalah sang ayah RDA (50), sang ibu AY (41) serta anak mereka yang bernama ORT (27).

"Mereka semua ditetapkan sebagai tersangka," kata Kanit Resmob Polrestabes Surabaya Iptu Arief Rizky Wicaksana.

Keluarga tersebut adalah komplotan copet yang biasa beraksi di sekitar pusat perbelanjaan.

Peran mereka dibagi menjadi pengawas situasi, pengalih perhatian dan eksekutor.

Kini satu keluarga itu terancam hukuman 9 tahun penjara.

Baca juga: Satu Keluarga di Surabaya Ditetapkan Jadi Tersangka dan Terancam 9 Tahun Penjara, Ini Ceritanya

5. Batu meteorit hendak dijual, ahli: sebaiknya diberikan ke negara

Batu meteorit yang menghantam rumah warga di Lampung Tengah. Peneliti Itera Lampung memastikan batu itu adalah pecahan meteor yang masuk atmosfer bumi. Dok. Humas Itera Lampung Batu meteorit yang menghantam rumah warga di Lampung Tengah. Peneliti Itera Lampung memastikan batu itu adalah pecahan meteor yang masuk atmosfer bumi.

Batu meteorit yang jatuh di Lampung beberapa waktu lalu kini hendak dijual oleh penemunya, Munjilah.

Munjilah akan melepas batu itu jika bertemu dengan pembeli yang berani membayar dengan harga yang cocok.

"Kalau harganya cocok mau dijual kata Bu Munjilah," ujar Edi, Kepala Dusun 5 Astomulyo, Edi Kurniawan.

Namun Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung Robiatul Muztaba meminta agar Munjilah menyerahkan meteorit itu kepada negara.

"Sebaiknya tidak diperjualbelikan, tapi diberikan ke negara untuk penelitian, untuk kemajuan ilmu pengetahuan," ujar Robiatul.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Mei Leandha, Nurwahidah; Editor : Aprillia Ika, Setyo Puji, Dony Aprian, Pythag Kurniati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com