Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Asyiknya Siswa Panen Sayuran, Cara Baru Belajar di Tengah Pandemi

Kompas.com - 13/01/2021, 11:20 WIB
Heru Dahnur ,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Lahan seluas 15x8 meter di SMA Negeri 1 Pemali Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, terlihat rimbun penuh sayuran.

Selama pandemi Covid-19, para siswa memanfaatkan lahan tersebut untuk budidaya tanaman pangan.

Keasikan berkebun di pekarangan sekolah membuat siswa merasa betah.

Baca juga: Kisah Sarjana MIPA yang Jadi Pemulung, Mengecewakan Ibu hingga Raih Kalpataru

Mereka bisa melupakan sejenak keinginan untuk bepergian, yang justru berisiko tertular virus corona.

Kini tanaman tersebut tumbuh dengan subur dan siap untuk dipanen.

Salah satu siswa, Deswi Andini mengatakan, dirinya selama ini belum pernah mencoba langsung untuk bertani menanam sayur.

Namun kemudian ada kebijakan untuk tetap tinggal di asrama sekolah.

Untuk mengisi waktu luang, siswa mulai diberi pelatihan tentang budidaya tanaman.

"Kami diajarkan berkebun, sebelumnya saya enggak tahu bisa menanam sayur. Saya dan teman-teman sudah menanam buncis, jagung, kangkung dan sayuran lainnya. Sekarang saya jadi tahu cara dan triknya, kemampuan saya jadi bertambah," kata Deswi seusai panen di kebun sekolahnya, Selasa (12/1/2021).

Baca juga: Detik-detik Angkot Seruduk Ruang Tunggu Puskesmas, Pasien Syok

Ada dua keranjang penuh berisi sayuran hasil panen hari itu.

Deswi menuturkan, para siswa diberikan keterampilan mengelola kebun di lahan sempit, namun memiliki potensi yang besar secara ekonomi apabila dimaksimalkan dengan baik.

Sejumlah tanaman holtikultura yang dikembangkan seperti kacang, timun dan jagung.

Kegiatan mengelola kebun ini sudah berlangsung sejak tahun lalu saat pandemi mulai masuk ke Babel.

Memanfaatkan lahan yang tidak produktif ini, para siswa tidak hanya sekadar berkebun, namun mereka menerapkan teori yang didapatkan dari para penyuluh.

"Berkebun ini kan salah satu dan ini potensial untuk dikembangkan. Ilmu ini nantinya bisa terapkan di rumah juga. Dengan mengusung konsep pojok tani, para siswa ini dibekali teori dulu oleh pembina pertanian, lalu mereka praktik langsung di situ," ujar Deswi.


Semula para siswa hanya menanami jagung dan cabai yang dilakukan dengan sistem tumpang sari. Lalu berganti dengan tanaman timun dan kacang dan setelah itu hasil panen ini dijual ke bagian dapur asrama.

Program pengelolaan lahan sekolah juga tersambung dengan adanya kantin kejujuran.

Pada kantin tersebut, siswa bisa memasarkan berbagai produk dengan menerapkan prinsip-prinsip kejujuran.

Dalfina siswa kelas XI mengaku dirinya mendapatkan pembelajaran langsung untuk menjadi wirausaha melalui kantin kejujuran yang mereka kembangkan.

Selain memenuhi kebutuhan makanan ringan para siswa, mereka juga belajar manajemen mengelola keuangan.

"Belajar keuangan karena memikirkan modal agar bisa kembali. Dari kantin kejujuran ini siswa dilatih karakternya untuk bisa jujur," ucap Dalfina.

Deswi dan Dalfina merupakan siswa yang tergabung dalam program beasiswa pendidikan BUMN PT Timah Tbk.

Saat ini mereka juga harus mengikuti pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) sesuai protokol Covid-19.

Pengetahuan soft skill terus ditingkatkan, agar siswa tidak hanya memiliki kemampuan intelektual, namun juga dilatih keterampilan dan karakternya. Diharapkan nantinya akan menjadi bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan di universitas.

Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah Anggi Siahaan mengatakan, para siswa tidak dipulangkan, karena kondisi rawan pandemi untuk keluar daerah atau pulang kampung. 

Para siswa diwajibkan tetap belajar di asrama.

Guna mengasah soft skill, para siswa diberikan beberapa pilihan kegiatan seperti merajut, bertani, memasak dan kantin kejujuran.

Kemudian pengolahan limbah menjadi barang layak pakai dan pelatihan kerajinan pewter.

"Beasiswa PT Timah tidak hanya melihat kemampuan intelektual saja, melainkan juga diajarkan untuk mengasah soft skill sehingga nantinya mereka memiliki bekal ilmu dan bisa ditularkan ke masyarakat di lingkungan sekitar," ujar Anggi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com