Sampai di sana, Hasan dan Nining bergerak ke Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, hingga akhirnya tiba di Sumatera Barat.
Selama perjalanan panjang itu, Hasan merasa banyak orang yang membantunya. Bahkan beberapa kali rumah makan yang disinggahinya menolak untuk dibayar.
"Waktu kami singgah di warung mereka lihat pelat motor kita dari Sulawesi Tengah. Mereka tanya-tanya. Mereka lihat di motor kami ada bendera merah putih dan tulisan kafilah dari Kalimantan Utara. Pas kita mau bayar mereka menolak," ujar Hasan yang berprofesi sebagai guru di MTs Alkhairaat Palapi Taopa.
Baca juga: Buka MTQ Nasional, Jokowi Harapkan Kerja Sama dalam Ketakwaan dan Kebaikan
Selain itu, pernah ada penjual bensin eceran yang juga menolak dibayar Hasan. Malahan pedagang itu memberi mereka uang.
"Katanya buat makan. Alhamdulillah semoga kebaikan mereka Allah yang balas," kata Hasan.
Meski demikian, ada pula beberapa kendala yang harus dihadapi pasangan suami istri ini. Beberapa kali kedua tersesat karena mengikuti arahan Google Maps.
"Nyasar ke kebun sawit sampai lima jam, pertama kami berangkat subuh, hujan pula. kami tak lihat lagi jalan utama pas di persimpangan. Kami ikuti jalan aspal baru, ternyata jalan aspal baru itu menuju perkebunan kelapa sawit di dalam," cerita Hasan.
"Muter-muter di dalam sampai dua setengah jam, keluar lagi dua setengah jam. Terus kami dapat jalan utamanya lagi," sambungnya sembari terkekeh.
Baca juga: MTQ Nasional XVIII Tetap Digelar di Daerah Zona Merah Covid-19
Hasan dan istri juga menyimpan rasa cemas selama perjalanan. Pasalnya ban sepeda motor mereka sudah agak botak sejak memulai perjalanan.
Beruntung kendaraan roda dua itu tidak sekali pun rusak saat diajak melaju selama 16 hari.