Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Soeroto Koento, Mahasiswa Kedokteran yang Bobol Radio Jepang, Kawal Soekarno Pidato, hingga Hilang Diculik

Kompas.com - 11/11/2020, 06:37 WIB
Farida Farhan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Bergabung dengan BKR

Soeroto Koento kemudian bergabung dengan Badan Kemanan Rakyak (BKR) Jakarta Raya. BKR kemudian berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pusat Komando TKR Jakarta Raya kemudian pindah ke Cikampek.

Cikampek merupakan ibukota kawedanaan yang masuk Kabupaten Karawang. Kota ini adalah titik silang penting bagi hubungan jalan raya dan kereta api. Lalu lintas baik kereta api maupun jalan darat dari Jakarta, Cirebon, Bandung, dan Cilamaya bertemu di Cikampek.

Markas TKR Resimen Cikampek ditempatkan di rumah bekas hotel di tepi Jalan Raya Cikampek. Saat ini rumah ini letaknya di halaman Kantor BNI 46 Purwakarta. Di tempat ini juga dibangun monumen BKR/TKR Resimen Cikampek.

Sementara rumah tinggal pemimpin Resimen V Cikampek di sebuh rumah dinas milik Jawatan Kereta Api Cikampek. Pemiliknya merelakan kamar depan rumahnya ditempati Moeffreni, Soeroto Koento, Soewarjdono, Soejarningrat, dan Moersjid. Mereka tidur di lantai dengan alas tikar.

Pemindahan kesatuan dilakukan dengan menggunakan kereta api dari stasiun-stasiun yang masih aman dari Sekutu. Di antaranya Stasiun Jatinegara, Senen, Manggarai, dan Tanah Abang.

Resimen V Cikampek bertugas menjaga daerah front timur sebagai gerbang masuk Jakarta agar tidak dikuasai musuh, menjaga keamanan lalu lintasbketera api Jakarta-Yogyakarta dan sebaliknya, menjaga lumbung padi bagi Jawa Barat dan Jakarta, dan turut melaksanakan politik diplomasi yang dilakukan Pemerintah RI.

Karenanya resimen ini menempatkan pertahanan pada garis pararel sepanjang Kali Cakung untuk menjaga garis demarkasi.

Baca juga: Mengenal Prof. Sardjito, Ilmuwan Pencipta Vaksin Typus hingga Biskuit Tentara

Diangkat jadi Kepala Staf Resimen V Cikampek

Soeroto Koento pun diangkat menjadi Kepala Staf Resimen V Cikampek. Ia bertugas mengawasi lalu lintas kereta api Allied Prisoners of War and Interness (APWI).

Pada persetujuan RI-Sekutu dalam operasi Panitija Oeroesan Pemoelangan Jepang dan APWI (POPDA) mengangkut 22.500 wanita dan anak-anak berkebangsaan Belanda melalui daerah tak beruan sekitar Bekasi.

Mereka diboyong dalam 30 kali pengakutan. Dimana dalam sekali pengangkutan terdapat 750 orang untuk diserahkan kepada Sekutu. Tugas Internasional pertama NKRI ini berlangsung pada Desember 1945 sampai Mei 1947.

Atasan Soeroto Koento, Kolonel Moeffreni kemudian dipindahkan menjadi Komandan Resimen XII Cirebon, menyusul dialihtugaskannya Kolonel Sulalit menjadi Panglima Divisi Yogyakarta. Soeroto Koento kemudian diangkat menjadi Komandan Resimen V Cikampek dan pangkatnya menjadi Letnan Kolonel.

Baca juga: Kisah Perjuangan Veteran Perang, Delapan Peluru Bersarang di Badannya

Hilang diculik, diduga dibunuh 

Pada Februari 1946, Resimen Cikampek dan Divisi Siliwangi gempar. Komandan Resimen V Cikempek Letnan Kolonel Soeroto Koento beserta Kepala Staf Mayor Adel Sofjan, seorang pengawal dan sopirnya hilang.

Hanya kendaraannya saja yang ditemukan di sisi jalan di Desa Warungbambu, sekitar 6 kilometer sebelah timur Karawang pada 27 November 1946. Kendaraan itu kosong tanpa penumpang.

Malam itu, Soeroto baru saja menghadiri rapat Komando Pertahanan Jakarta Timur di Kedunggede bersama pimpinan laskar-laskar perjuangan.

Padahal, Soeroto Koento telah ditunjuk mewakili Republik Indonesia dalam perundingan Indonesia-Belanda di Bekasi pada 29 November 1946.

Mayor Sadikin kemudian diangkat menggantikan Soeroto Koento sebagai Komandan Resimen V Cikampek dan Ery Soedewo sebagai stafnya. Ery juga ditunjuk sebagai delegasi Indonesia pada perundingan dengan Belanda.

Sadikin kemudian memerintahkan semua unsur Resimen Cikampek mencari Soeroto Koento dan rombongannya.

Namun hasilnya nihil. Namun beberapa perwira menduga ia diculik Lasykar Rakyat Jakarta Raya yang tak setuju adanya perundingan dengan Belanda dan cenderung bersikap oposisi dengan pemerintah.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com