Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Erupsi 2010, Warga Lereng Merapi Dirikan Komunitas Siaga

Kompas.com - 26/10/2020, 19:36 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Sebab mereka tinggal di lereng gunung yang aktif. Beberapa warga kemudian pada 2011 mendirikan Komunitas Siaga Merapi (KSM) Desa Glagaharjo.

"Berawal dari situ kami bersama warga yang peduli, mendirikan komunitas yang intinya menyadarkan warga masyarakat bahwa mitigasi bencana itu penting," ucapnya.

Dari awal berdiri, Komunitas Siaga Merapi (KSM) bergerak untuk memberi edukasi kepada masyarakat terkait mitigasi bencana.

Wahyudi mengaku, tidak mengalami kesulitan dalam mengedukasi masyarakat.

Baca juga: Belajar Hidup Selaras dengan Alam dari Warga Lereng Gunung Merapi

Sebab, masyarakat Glagaharjo mempunyai pengalaman mengalami peristiwa erupsi Gunung Merapi 2010.

"Alhamdulilah tidak ada kesulitan, karena kami, warga juga kan mengalami sendiri. Warga sangat senang dan support sekali," ungkapnya.

Selain itu KSM juga membuat rambu-rambu jalur evakuasi, termasuk titik-titik kumpul bagi masyarakat.

Alhasil, saat ini warga sudah paham harus berbuat apa ketika harus mengungsi, termasuk apa saja yang dibawa.

"Sembilan tahun ini kami berdiri, alhamdulilah sudah berhasil menyadarkan warga. Jadi warga sudah paham, mereka sudah berkemas-kemas untuk barang-barang berharga, nanti mengungsi harus kemana, titik kumpul sudah kita petakan, warga tinggal kumpul, kita siapkan sarana evakuasi," sebutnya.

Tempat wisata di Boyolali bernama Bukit Sanjaya yang menawarkan pemandangan Gunung Merapi.dok. Bukit Sanjaya Tempat wisata di Boyolali bernama Bukit Sanjaya yang menawarkan pemandangan Gunung Merapi.

Pada 2018, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikan status Gunung Merapi dari normal menjadi waspada (level II).

Sejak itu KSM secara mandiri turut aktif memantau Gunung Merapi di Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman dengan mendirikan tenda.

"Awalnya Kami mendapat bantuan tenda dari BPBD. Kami memantau siang, malam, hujan, panas ya di bawah tenda," urainya.

Baca juga: Cerita Petani Kopi di Lereng Gunung Merapi, Erupsi Jadi Berkah

Seiring berjalannya waktu, ada pemikiran untuk membangun pos pengamatan yang permanen, sebab tenda juga tidak tahan lama. Karena terkena panas dan hujan, tenda banyak yang berlubang.

Hal itu membuat orang yang bertugas berjaga menjadi tidak nyaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com