Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Erupsi 2010, Warga Lereng Merapi Dirikan Komunitas Siaga

Kompas.com - 26/10/2020, 19:36 WIB
Wijaya Kusuma,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KSM bersama warga Desa Nglagaharjo kemudian bergotong-royong untuk membangun pos pemantauan secara mandiri.

Pembangunan juga dibantu oleh pemerintah Kecamatan Cangringan.

"Dari situ kami bersama-sama di bantu warga Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, sama Srunen, ya ada yang bantu batu, ada yang pasir. Banyak warga yang peduli membangun pos pemantauan secara mandiri, ya Alhamdulilah bisa berdiri," tegasnya.

Baca juga: Hidup Penuh Berkah di Lereng Gunung Merapi

Pos Pemantauan yang dibangun terdiri dari dua lantai. Aktivitas pengamatan dilakukan dari lantai dua.

"Ada warga juga yang membantu WiFi juga. Saya tidak meminta, tetapi mereka membantu memasang WiFi, membayar WiFi, membantu pagar juga, saya sangat berterima kasih dengan warga-warga yang di sana," ungkapnya.

Rambat Wahyudi menuturkan saat ini ada 50 orang yang tergabung dalam Komunitas Siaga Merapi (KSM) Glagaharjo.

Mereka secara bergantian bertugas di pos untuk melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi.

"Kita melakukan pemantauan secara visual selama 24 jam, setiap piket ada lima orang. Kita juga ada sirine, jadi kalau erupsi sirinenya dibunyikan sebagai tanda dan kemarin sudah kita coba juga saat erupsi," bebernya.

Menurutnya, setelah ada pos pemantauan warga merasa lebih tenang. Sebab, selama 24 jam, ada yang memantau aktivitas Gunung Merapi meski hanya secara visual.

"Warga senang, berterima kasih dan support, bahkan sering kali ada yang datang ke pos membawa teh, dan makanan untuk teman begadang. Ya suport mereka seperti itu," bebernya.

Meski memantau secara visual, KSM juga memperhatikan setiap informasi terkait Gunung Merapi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.

"Kami selalu berkoordinasi dan memantau informasi BPPTKG. pemantauan visual kan kalau kelihatan, tapi kalau tertutup kabut ya memantau sinyal seismik di HT," ungkapnya.

Baca juga: Petani Sayur Merapi: Daripada Busuk Sia-sia, Lebih Baik Disedekahkan

Disampaikannya, hampir setiap warga di Glagaharjo memiliki Handy Talkie (HT). Mereka membeli HT dengan menggunakan uang pribadi sebagai alat komunikasi.

"Ya untuk komunikasi dan mendengarkan informasi, termasuk informasi aktivitas Gunung Merapi. Selain tidak perlu pulsa, karena disini sinyal juga bisa dibilang sulit," tuturnya.

Menurutnya dengan segala upaya mitigasi bencana yang dilakukan. Termasuk membangun kesadaran warga tujuanya agar ketika terjadi bencana bisa meninimalisir jumlah korban.

"2010 di sini (korban) hampir 17 an orang lebih. Target kami, memang zero korban jika misalnya ada erupsi lagi, kami terus aktif memberikan sosialisasi," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com