Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita Penyebab Ratusan Santri di Garut Terpapar Covid-19, hingga Dijemput Petugas Pakai APD

Kompas.com - 26/10/2020, 14:45 WIB
Ari Maulana Karang,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Azan maghrib berkumandang saat Kompas.com tiba di lingkungan pondok pesantren yang 114 santrinya terpapar Covid-19 di wilayah Kecamatan Pangatikan.

Gerbang komplek pesantren pun, tampak ditutup portal dan dijaga dua orang pengurus pondok pesantren. Masjid, yang biasanya dipenuhi para santri yang hendak melaksanakan shalat maghrib saat itu tampak sepi.

Sejak diketahui ada santri yang terpapar Covid-19, semua kegiatan di pondok pesantren ini memang dihentikan sementara.

Para santri pun, diisolasi di asrama masing-masing. Isolasi ini, sebenarnya sudah dilakukan para pengurus pondok pesantren begitu mengetahui ada satu orang santrinya yang terpapar Covid-19.

Baca juga: 3 Klaster Pesantren Ditemukan di Kabupaten Bogor, 86 Santri Positif Corona

Kasus Covid-19 di lingkungan pesantren ini, menurut Nasrul Fuad, juru bicara pondok pesantren tersebut, terungkap setelah satu orang santrinya yang sakit pulang ke rumahnya di Bekasi.

Orangtua santri yang juga tenaga kesehatan di Bekasi tersebut, kemudian melakukan test swab kepada anaknya dan hasilnya positif.

“Kita diberi kabar oleh orangtua santrinya, langsung kita lakukan rapat darurat, semua kebijakan langsung diambil oleh yayasan,” jelas Fuad yang ditemui Minggu (25/10/2020) malam.

Baca juga: Pasca-viral Video Para Santri Bersorak Dijemput Petugas Ber-APD, Pengelola: Kalau Imunitas Bagus Pasti Sehat Lagi

114 santri positif Covid-19

Hasil dari rapat darurat tersebut, pihaknya mengambil keputusan untuk melakukan kordinasi dengan tim gugus tugas Covid-19 tingkat kecamatan, apalagi sebelumnya ada cluster Covid dari lingkungan warga di dekat pondok pesantrennya.

Dari koordinasi tersebut, akhirnya diputuskan semua santri putra, untuk di test swab. Saat itu, ada 171 santri putra yang menjalani test swab hingga hasilnya diketahui 114 diantaranya positif.

Karenanya, menurut Fuad, santri dari Bekasi tersebut, bisa disebut pahlawan karena setelah informasi darinya, pihaknya bisa melakukan langkah-langkah antisipasi.

“Kalau kita tidak tahu dia positif, saya tidak bisa membayangkan, besarnya klaster yang akan muncul,” katanya.

Baca juga: Rekor Tertinggi di Garut, Pasien Corona Bertambah 110 Orang

 

Penyebab 

Menurut Nasrul, klaster besar bisa terjadi karena memang lingkungan pesantren rentan akan penyebaran Covid-19 karena adanya interaksi antar santri yang tinggi. Apalagi, pesantrennya juga sangat berdekatan dengan lingkungan warga dan tidak ada pembatas. Santri, bisa berinteraksi dengan warga sekitar tanpa sekat.

Hingga Minggu (25/10/2020) malam, menurut Nasrul masih ada sekitar 14 santri yang terdeteksi positif Covid-19 masih melakukan isolasi mandiri. Sementara, sisanya telah menjalani isolasi di RS Medina.

“Katanya nunggu balai KB yang mau dijadikan tempat isolasi, tapi kita mintanya semua santri isolasinya digabungkan, biar bisa bareng. Kasihan juga mereka kalau dipisahkan,” katanya.

Nasrul menuturkan, meski para santrinya banyak yang terdeteksi Covid-19, namun para guru dan pendamping santri, dari hasil test swab lanjutan, tidak ada yang sampai terpapar Covid-19. Tim gugus tugas pun, telah melakukan test swab pada santri putri, meski tingkat interaksi dengan santri putranya rendah sebagai langkah antisipasi.

“Santri yang positif dan melakukan isolasi, semuanya kondisinya baik-baik saja, tidak ada yang sakit, tapi tetap harus menjalani isolasi sebagai antisipasi,” katanya.

Baca juga: Ganjar Sebut Klaster Pesantren Penyumbang Kasus Covid-19 Tertinggi di Jateng

 

Klaster pesantren

Dihubungi terpisah, Dharma Gunawan perwakilan manajemen RS Medina yang dijadikan tempat isolasi bagi pasien Covid-19 mengungkapkan, sampai saat ini jumlah pasien positif Covid-19 yang menjalani isolasi di rumah sakitnya, mencapai 154 orang.

Sebanyak 114 diantaranya, adalah santri dari Kecamatan Pangatikan.

“Kita sekarang akan menambah bed (ranjang) hingga 300 bed dan merekrut relawan. Karena jumlah pasien terus bertambah,” katanya.

Dharma mengakui, masih ada santri dari Pangatikan yang belum bisa menjalani isolasi mandiri di rumah sakitnya. Karena, memang kapasitas ditempatnya terbatas. Saat ini saja, beberapa ruang perawatan sudah dialih fungsi menjadi ruang isolasi.

Sebelumnya, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dr Leli Yuliani kepada wartawan menghimbau agar para pengelola pesantren bisa tetap menjaga protokol kesehatan dengan ketat. Karena, budaya di pesantren itu, antar santri sudah seperti keluarga dan sangat dekat.

“Jadi, yang menyebabkan kasus (Covid-19) berkembang cepat itu, karena lupa menerapkan protokol kesehatan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com