Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ratih, Mantan Guru Honorer yang Buka Layanan Jasa Bersihkan Rumah Sepulang dari Malaysia

Kompas.com - 20/10/2020, 08:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Seorang perempuan di Provinsi Aceh mendirikan usaha jasa membersihkan rumah justru ketika banyak pekerja dirumahkan dan mengalami PHK akibat pandemi Covid-19.

Dalam menjalankan bisnisnya, mantan guru honorer ini merekrut sejumlah karyawan berstatus ibu tunggal, seperti dirinya.

Seorang perempuan berbaju gamis hitam dan berkerudung merah muda tengah menyapu lantai sebuah rumah di Desa Jeumpet Ajun, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Pekerjaan itu dia lakoni dengan harapan lantai krem tersebut bersih tak bernoda.

Baca juga: Kisah Penyintas Covid-19 Dikucilkan, Jalan Depan Rumah Diblokade, Jadi Pukulan Telak Saat Isolasi Mandiri

Perempuan itu adalah Ratih Rahayu Putri, pendiri jasa bersih-bersih bernama Ratih Clean.

Usaha ibu dua anak ini, yang baru berjalan sekitar tiga bulan, kini sudah memiliki 10 karyawan dan 100 orang pelanggan tetap.

Untuk satu jam pekerjaan dia mematok tarif Rp 35.000 per jam, dengan pembagian pendapatan 14 persen untuk dirinya, sedangkan sisanya untuk si karyawan.

Ratih mengaku bisa mengantungi duit sekitar Rp 2 juta jika setiap pegawai bekerja 42 jam selama sebulan.

Baca juga: Kisah Perjuangan Riyan Nugroho, Berprofesi Driver Ojol hingga Jadi Dosen UGM

Banyaknya pelanggan tidak lepas dari tawaran yang diberikan kepada mereka, katanya.

"Kami memberikan penawaran untuk mensterilkan rumah-rumah, malah kita mengajari mereka. Jadi mereka tidak perlu lagi manggil saya untuk bulan selanjutnya."

"Saya ajarkan bagaimana caranya membersihkan rumah dengan baik dan benar. Dan saya berikan cairan-cairan untuk mensterilkan ruangan, jadi mereka pun dapat ilmu juga," paparnya kepada BBC News Indonesia.

Gagasan pendirian usaha ini bermula ketika dirinya kehabisan uang setelah dia meninggalkan Malaysia dan pulang kampung ke Lhokseumawe, Aceh.

Baca juga: Di Balik Kisah Heroik Bocah 9 Tahun, Tewas Saat Bela Ibu Lawan Pemerkosa di Aceh

Merantau ke Malaysia

Ratih Rahayu Putri, mendirikan jasa bersih-bersih bernama Ratih Clean ketika banyak orang dirumahkan atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).Hidayatullah/BBC Indonesia Ratih Rahayu Putri, mendirikan jasa bersih-bersih bernama Ratih Clean ketika banyak orang dirumahkan atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
Selama akhir 2019 hingga Juni silam, Ratih merantau ke Malaysia untuk bekerja sebagai tenaga pembersih harian dengan bayaran 10 ringgit Malaysia atau setara dengan Rp 35.000 untuk satu jam.

Pekerjaan ini ditekuninya selama satu bulan lebih. Selanjutnya dia bekerja pada perusahaan event organizer, dengan gaji mencapai 3.000 ringgit Malaysia dalam satu hari.

"Pekerjaan di sana sebenarnya semakin hari semakin meningkat, saya juga sempat di event organizer untuk menghias-hias pada kegiatan baby shower atau tujuh bulanan bayi."

Karena pendapatannya yang tinggi serta telah memiliki tempat tinggal yang bagus, Ratih berencana membawa kedua anaknya ke Malaysia.

Baca juga: Kisah Ibu-ibu Bertahan Hidup Saat Pandemi, Bergantung pada Pembibitan Sawit

Namun, pandemi Covid-19 telanjur melanda.

"Dari Indonesia tidak boleh masuk ke Malaysia, tapi orang yang berada di Malaysia bisa keluar ke Indonesia. Jadi saya memilih lebih baik saya pulang, karena anak," tuturnya.

Pada 22 Juni lalu, dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia melalui Bandara Internasional Kuala Namu.

"Begitu tiba di Lhokseumawe, saya langsung isolasi mandiri dengan menyewa kos selama 14 hari."

"Nah, di dalam tempat kos itu saya berpikir. Ini uang sudah habis, modal enggak ada, tabungan semuanya sudah habis untuk biaya pulang."

Baca juga: Sederet Kisah Warga di Perbatasan, Hidup Terisolasi dan Bergantung dengan Alam

"Bagaimana caranya saya menghasilkan uang dengan tenaga dan tanpa modal uang Rp 1.000 pun," kata Ratih, mengenang pengalamannya beberapa bulan lalu.

Berbekal ilmu selama delapan bulan di perantauan, dia mencoba membuat sebuah brosur yang menawarkan jasa membersihkan rumah.

Informasi tersebut dibagikannya ke berbagai media sosial.

Respons positif langsung muncul dan dia diminta untuk bekerja.

"Saya keluar karantina baru saya bisa mulai bekerja. Pertama bekerja berdua dengan kawan yang dari Lhokseumawe. Tarif pertama itu Rp 35.000 dalam satu jam untuk satu orang pekerja."

Baca juga: Kisah Hamsir Kuliahkan Anak di Polman Babel dalam Keterbatasan

Utamakan merekrut ibu tunggal

Dalam merekrut karyawan, Ratih sengaja memilih sejumlah pekerja berstatus janda karena latar belakang ekonomi mereka menengah ke bawah, dan relatif berpengalaman membersihkan rumah.Hidayatullah/BBC Indonesia Dalam merekrut karyawan, Ratih sengaja memilih sejumlah pekerja berstatus janda karena latar belakang ekonomi mereka menengah ke bawah, dan relatif berpengalaman membersihkan rumah.
Dalam merekrut karyawan, Ratih sengaja memilih sejumlah pekerja berstatus ibu tunggal karena latar belakang ekonomi mereka menengah ke bawah, dan relatif berpengalaman membersihkan rumah.

Dari 10 orang karyawannya, lima orang di antara mereka berstatus ibu tunggal dengan lima anak.

Salah satunya Gusniarti, yang sebelumnya telah bekerja selama enam bulan di Malaysia sebagai cleaning service.

"Karena di sana sudah pandemi, kami pun istilahnya lockdown, tidak ada pekerjaan. Jadi kami kembali ke Tanah Air," kata Gusniarti.

Strategi Ratih dalam merekrut pegawai yang berpengalaman bekerja sebagai pembersih membuahkan reputasi baik.

Baca juga: Kisah Pilu Jamal dan Lani, Suami Istri yang Tewas Tersengat Jebakan Tikus, Telapak Tangan Mengelupas

Dia mendapatkan tanggapan positif dari pelanggan yang awalnya penasaran dengan tawaran jasa yang baru pertama ada di Lhokseumawe.

Salah seorang pengguna jasa Ratih Clean, Fauzan, mengaku puas dengan hasil kerja para tenaga pembersih.

"Saya coba untuk membersihkan rumah, hasilnya puas. Mereka ada team work-nya saat bekerja. Saya lalu memanggil mereka kedua kalinya untuk membersihkan taman," kata Fauzan.

Fauzan melanjutkan, dalam bekerja mereka mengikuti protokol kesehatan dan tetap menggunakan masker.

Baca juga: Ditemukan Tewas Berpelukan Saat Kebakaran, Ini Kisah Haru 2 Sahabat di Pematangsiantar

Mantan guru honorer

Ilustrasi perempuan dengan kemampuan multitasking yang makin bertambah saja saat ada situasi seperti pandemi corona saat ini.SHUTTERSTOCK/KIT8.net Ilustrasi perempuan dengan kemampuan multitasking yang makin bertambah saja saat ada situasi seperti pandemi corona saat ini.
Perempuan kelahiran 1987 ini sejatinya bergelar strata satu Matematika dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

Dia mengawali kariernya sebagai seorang guru honorer pada 2008, tetapi kemudian memutuskan untuk berhenti pada 2019.

"Saya digaji Rp 350.000 per bulan," katanya.

Pada 2014, nasib malang menimpa Ratih. Suaminya yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia.

Sebagai ibu tunggal dengan dua orang anak, pendapatannya dari mengajar semakin tidak mencukupi karena harga kebutuhan pokok semakin meningkat.

Baca juga: Kisah Sebuah Desa yang Larang Warganya Merokok, 2 Sanksi Menanti Jika Melanggar

Akhirnya pada pengujung tahun 2019 dia memutuskan untuk berhenti menjadi seorang pengajar dan merantau ke Malaysia.

"2019 sudah lamar pekerjaan dengan ijazah S1 dan hasilnya nihil, berat kali cari kerja di Lhokseumawe saat itu. Bagaimana caranya saya berangkat ke Malaysia untuk bekerja."

PHK pada masa Covid-19

Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Mobilitas Penduduk Aceh, Iskandar Syukri, mengatakan bahwa berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan pada akhir April lalu, ada 8.642 orang yang tidak aktif lagi membayar iuran, atau dianggap sudah dirumahkan atau di-PHK.

Baca juga: Kisah-kisah Mereka yang Berhasil Bangkit di Tengah Pandemi, Ternak Cacing hingga Jual Ikan Cupang

Sementara data terakhir yang dilaporkan oleh dinas pada September lalu, untuk Banda Aceh terdapat 627 orang yang dirumahkan dan PHK.

"Memang yang pertama paling rentan itu sektor pariwisata, biro jasa, biro tenaga kerja, dan industri menengah yang belum stabil produksinya. Sementara industri besar seperti perusahaan sawit masih bisa bertahan," kata Iskandar Syukri.

Ratih menjelaskan, keinginannya untuk kembali ke Malaysia jika pandemi Covid-19 sudah berlalu.

Baca juga: Kisah Barista Tuli, dari Belajar Kopi hingga Ngobrol dengan Pembeli

"Ada rencana sih ingin kembali ke Malaysia, tapi kalau saya sudah bisa memajukan pemuda-pemuda Aceh, sudah bisa membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan tetap."

"Saya mungkin akan balik ke Malaysia untuk jalan-jalan saja dan bawa anak-anak," tutup Ratih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com