Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Kematian Gajah Yanti di Taman Rimba Jambi, Diduga Tetanus atau Keracunan

Kompas.com - 11/10/2020, 08:35 WIB
Rachmawati

Editor

Dugaan kedua matinya Yanti adalah racun kimia. Dugaan tersebut dibuktikan dengan spesimen organ dan isi lambung.

Baca juga: Polisi Ungkap Penjualan Gading Gajah di Lampung

"Dari nekropsi akan dibuktikan dari spesimen organ seluruh tubuhnya dan isi lambung," katanya.

Wisnu bercerita ia langsung terbang dari Jakarta ke Jambi sehari sebelum kematian Yanti. Tujuh tahun memantau kondisi Gajah Yanti, membuat Winsu memiliki ikatan emosional dengan gajah berusia 32 tahun itu.

Saat datang, Wisnu membawa obat-obatan lengkap untuk Yanti.

"Setelah sampai di sini ternyata gejalanya tidak seperti mengidap penyakit,” kata dia. “Gajah Yanti mengalami perakut. Dari kondisi sehat langsung bleg (jatuh lemas),” tambah dia.

Baca juga: Cyanobacteria, Penyebab Ratusan Gajah di Botswana Mati Misterius

Wisnu menuturkan, perakut biasanya disebabkan oleh racun.

“Pertanyaannya racunnya apa? Kami menduga racunnya bisa dari kuman atau bahan kimia,” kata dia.

Ia mengatakan ditemukan beberapa kelainan antara lain terjadi pendarahan otot jantung, pembengkakan pada hati, ginjal,limpa dan jantung. Serta ada sedikit pembengkakan pada patu-paru.

Diketahui pula pada Agustus 2020 lalu Yanti sempat mengeluarkan busa dari mulutnya.

Baca juga: Gajah Betina yang Terluka Parah akibat Jerat Akhirnya Melahirkan

Wisnu mengatakan yanti saat itu mengalami dehidrasi. Pengaruhnya bisa karena cuaca yang sangat panas dan makanan.

Meski pun begitu kejadian Agustus itu tidak berhubungan dengan apa yang menyebabkan kematian Yanti saat ini.

Namun kepastian penyebab kematian Yanti masih harus menunggu hasil lab di Bukkittingi.

"Kita masih menunggu hasilnya dari lab di Bukittinggi dan hari ini harusnya sudah sampai tapi sepertinya agak terhambat di jalan mungkin malam baru sampai," katanya.

Namun saat ditanyakan ke Kepala UPTD Taman Rimba Jambi, Endang, hasil lab Gajah Yanti baru keluar seminggu lagi.

“Iya kita periksa beberapa sampel kemarin itu yan diantar langsung ke Bukittinggi. Sampel itu ada yang makan waktu periksanya supaya akurat,” kata Endang, pada Sabtu (10/10/2020).

Baca juga: Kamasutra Satwa: Musim Kawin Singkat, Gajah Betina Tak Akan Menjauh

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com