Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anak Berkebutuhan Khusus Itu Istimewa, Mereka Kunci Surga"

Kompas.com - 30/09/2020, 18:58 WIB
Agie Permadi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Bujuk orangtua

Kicau burung bersautan dengan gemerisik dedaunan pagi itu. Setelah membagi waktu dengan keluarganya, Yuli melangkahkan kaki dari rumah, berikhtiar mendatangi orangtua yang memiliki anak ABK.

Yuli membujuk para orangtua untuk menyekolahkan anak mereka sekolah Dreamable. Tentu ajakan itu didasari ketulusan hati untuk mengembangkan potensi anak ABK tanpa mengharapkan imbalan sedikit pun.

Akan tetapi, niat Yuli kerap mendapatkan penolakan dari orangtua siswa karena masih tidak yakin dengan masa depan anak mereka.

"Sempat ada penolakan dari ortu karena ortu ada yang judge anaknya sendiri dengan kondisi ABK. Jadi mereka sudah mempunyai pemikiran sendiri, padahal ABK punya potensi dan bisa diarahkan," ujar Yuli.

Berkali-kali ia yakinkan orangtua ABK untuk mempercayai anaknya itu bersekolah sampai akhirnya orangtua mempercayakan anaknya tersebut untuk mendapatkan pendidikan dan tuntunan dari Yuli.

"Dari tahun 2016 perjuangannya banyak sekali, selain penjaringan, pendekatan ortu yang berkebutuhan khusus karena tidak semua orangtua mengerti. Jadi harus beberapa kali diajak, dengan penjelasan yang maksimal, dan kita kasih pengertian. Orangtua awalnya antar anaknya sampai pulang hingga ortu bisa melepasnya bersekolah," jelas Yuli.

Mengajar di tengah Pandemi

Sampai saat ini sudah ada 53 siswa ABK yang dididik di sekolah Dreamble. Yuli pun kemudian mengajak rekan di tempat kerja sosial dan teman kuliahnya untuk menjadi relawan guru ABK.

"Saat ini sudah ada enam guru yang mengajari mereka, kami berbagi waktu mengajari mereka. Dan, semuanya relawan," kata Yuli.

Memang tak mudah mengajari anak ABK. Perlu perjuangan untuk menghadapi mereka. Namun dengan kesabaran, Yuli mengaku mampu memberikan pelajaran kepada siswanya.

"Kendala mengajar ABK banyak sekali karena mereka susah konsentrasi, IQ di bawah rata-rata, makanya kita harus sabar, telaten dan ingatkan terus dengan kesabaran kita. Insya Allah ada perkembangannya, mulai dari awalnya takut dengan orang banyak, sekarang bisa bergaul," kata wanita kelahiran 1982 ini.

Di tengah pandemi ini pun, proses belajar mengajar tak dilakukan secara daring. Yuli dan guru lain berbagi tugas untuk mengajari siswa dengan mendatanginya ke rumah masing-masing. Pola pengajaran itu dilakukan para guru sejak Maret 2020.

Sejak pagi hingga siang, Yuli tak lelah menjalani niat baiknya untuk memberikan pelajaran kepada siswanya. Berbekal modul, Yuli mendatangi rumah siswanya satu per satu.

"Di masa pandemi ini tak gunakan daring karena ABK mungkin harus dikunjungi langsung karena anaknya ataupun ortunya kurang mengerti bagaimana pembelajarannya," kata wanita lulusan Uninus ini.

"Makanya saya datangi murid dengan membawa modul untuk pembelajarannya dan secara langsung memberikan pelajaran. Kalau didatangi gurunya, anaknya semangat belajar, dalam satu minggu satu kali dikunjungi," tambah Yuli.

Yuli berpesan kepada para orangtua ABK agar tidak berkecil hati untuk mendidik anaknya. Kesabaran merupakan kunci. Baginya, ABK merupakan kunci orangtua menuju surga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com