Mengenai pernyataan KKB menjadikan Intan Jaya sebagai wilayah perang terbuka dengan TNI-Polri, Paulus menilai itu dikarenakan faktor kondisi geografis.
Menurut dia, kondisi geografis di Intan Jaya umumnya sangat pipih di mana kawasan pemukiman, perkantoran dan jalan seluruhnya diapit oleh pegunungan. Kondisi tersebut juga berlaku di Sugapa.
"Mereka pilih Intan Jaya karena arealnya cukup sulit untuk kita hadir dalam jumlah yang signifikan. Di situ daerah yang pipih, tebing-tebing, gunung-gunung, jadi sulit," kata Paulus.
Dengan kondisi geografis seperti itu, KKB dengan mudahnya berulah dan melarikan diri.
Ditambah dengan minimnya infrastruktur jaringan telekomunikasi di Intan Jaya yang menbuat koordinasi antar aparat keamanan sulit dilakukan.
Baca juga: Tak Mau Karantina, Seorang Pasien Tularkan Corona ke 20 Orang di Papua
Paulus menyebut selama 2020, KKB sudah cukup sering berulah di Intan Jaya.
"Di 2020 cukup banyak kejadian di Intan Jaya, ada 17 kejadian, mulai dari 14 Januari sampai 23 September 2020," kata dia.
Dari 17 aksi KKB jumlah korban sebanyak enam orang luka-luka dan 6 orang tewas.
Terdapat juga kerugian meteril akibat ulah KKB di Intan Jaya. Setidaknya KKB pernah melakukan pembakaran terhadap 2 eskavator dan 1 warung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.