Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iseng Olah Limbah Sabut Kelapa Jadi Media Tanam, Juru Parkir Ini Raup Rp 4 Juta Sebulan

Kompas.com - 14/09/2020, 17:52 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Berawal dari iseng memanfaatkan sabut kelapa sebagai media tanam, seorang juru parkir berhasil meraih untung di atas Rp 4 juta per bulan.

Agus Winarno (51) warga Dusun Kedung Bentul, Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, meraup untung setelah menggeluti hobinya.

Sehari-hari, bapak satu anak itu bekerja sebagai juru parkir dan penjaga tempat praktik seorang ahli terapi yang berada di depan rumahnya.

Di sela aktivitasnya, Agus meluangkan waktu menanam aneka bunga dan beberapa jenis tanaman dalam pot atau polibag.

Ia juga gemar merawat bonsai dan beberapa tanaman di pekarangan rumahnya.

Baca juga: Menteri KKP Dikabarkan Positif Covid-19, 10 Pejabat Pemprov NTT Rapid Test, Ini Hasilnya

Pada Januari 2020, Agus mencoba memanfaatkan sabut kelapa sebagai media tanam beberapa tanaman di rumahnya.

Hal itu berawal saat Agus mendengar keluhan temannya yang kesulitan membuatng limbah kelapa, seperti kulit, sabut, dan tempurung.

Lalu, Agus meminta temannya mengumpulkan limbah-limbah tersebut. Limbah itu dibawa pulang.

"Awalnya ada teman yang mengeluh kesulitan membuang limbah kelapa. Dari situ saya berpikir, kenapa tidak saya coba sebagai media tanam," kata Agus saat ditemui Kompas.com, di kediamannya, Senin (14/9/2020).

Meski belum punya referensi yang banyak mengenai manfaat sabut kelapa, Agus yakin limbah itu bisa bermanfaat untuk tanaman.

Di rumahnya, Agus memilah bagian-bagian limbah kelapa. Kemudian, bagian sabut kelapa dicoba sebagai media tanam beberapa tanaman.

Agus Winarno memanfaatkan sabut kelapa media tanam. Di rumahnya, di Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo, Jombang, Jawa Timur, bapak 1 anak itu juga membuat cocopeat dan cocofiber sebagai media tanam.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Agus Winarno memanfaatkan sabut kelapa media tanam. Di rumahnya, di Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo, Jombang, Jawa Timur, bapak 1 anak itu juga membuat cocopeat dan cocofiber sebagai media tanam.
Untuk percobaan sebagai media tanam, bapak satu anak itu mengaplikasikannya dalam dua bentuk, cocopeat dan cocofiber.

Cocopeat, bagian sabut kelapa dalam bentuk serbuk, diaplikasikan sebagai campuran tanah, pupuk kompos, dan arang sekam.

Sedangkan cocofiber, bagian sabut kelapa dalam bentuk serabut, dijadikan sebagai media tanam tanpa campuran sama sekali.

Menurut Agus, eksperimen pemanfaatan sabut kelapa dalam bentuk cocopeat dan cocofiber, menunjukkan hasil baik.

Baca juga: Selisih 2 Tahun Mendaftar, Slamet Tetap Bisa Berangkat Haji Bersama Ibunya

"Ternyata hasilnya baik untuk tanaman. Karena melihat tanaman saya baik, banyak yang penasaran dan ingin beli, akhirnya saya teruskan membuat sampai sekarang," ungkap Agus.

Februari 2020, Agus mulai menjual cocopeat dan cocofiber dengan jumlah terbatas.

Namun, usaha ini sempat meredup saat penerapan pembatasan sosial karena pandemi Covid-19.

"Mulai ramai lagi habis hari raya (idul fitri). Sebelumnya sepi karena ada pembatasan sosial akibat corona," ujar Agus.

Sebagian besar peminat produk olahan sabut kelapa sebagai media tanam merupakan warga luar Jombang yang tinggal di wilayah perkotaan.

Agus Winarno memanfaatkan sabut kelapa media tanam. Di rumahnya, di Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo, Jombang, Jawa Timur, bapak 1 anak itu juga membuat cocopeat dan cocofiber sebagai media tanam.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Agus Winarno memanfaatkan sabut kelapa media tanam. Di rumahnya, di Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo, Jombang, Jawa Timur, bapak 1 anak itu juga membuat cocopeat dan cocofiber sebagai media tanam.
Sebagian dari mereka, ujar Agus, datang setelah memperoleh informasi dari pembeli sebelumnya.

"Banyak yang bilang untuk menanam di sekitar rumah. Ada yang dari Surabaya, Sidoarjo. Rata-rata wilayah perkotaan," sebut dia.

Dalam tiga bulan terakhir, lanjut Agus, keuntungan menjual media tanam dari sabut kelapa meningkat drastis.

Baca juga: Sepekan Setelah Dibuka Gubernur, Desa Adat Wae Rebo Kembali Ditutup

Bahkan, pendapatan usaha sampingannya itu lebih besar dibandingkan penghasilan sebagai tukang parkir dan petugas keamanan di tempat praktik fisioterapi.

"Pendapatan sekarang lumayan, minimal bisa Rp 4 juta sebulan. Tapi pekerjaan utama di sana, juru parkir sama keamanan. Kalau yang ini usaha sampingan," kata Agus.

Agus tidak mengerjakan pengolahan sabut kelapa pada jam kerja. Ia biasanya mengolah pada pagi hari atau sore hingga tengah malam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com