Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Bilang ke Dokter Mau Melahirkan, Sakit Keluar Darah, Dia Bilang Tunggu Rapid Test"

Kompas.com - 21/08/2020, 16:53 WIB
David Oliver Purba

Penulis

Namun, Arianti dan keluarganya tak bisa menerima keterangan dokter.

"Kalau memang meninggal tujuh hari lalu, kan akan berbahaya bagi ibunya, anak saya, akan ada pembusukan. Tapi ini tidak demikian, bayi itu sama sekali tak berbau busuk, masih segar seperti layaknya bayi baru lahir. Diagnosis dokter inilah yang kami pertanyakan," kata Ketut Mahajaya, ayah kandung Arianti.

 

Kepala RSAD Wira Bhakti Kota Mataram, Yudi Akbar Manurung mengatakan, pihaknya tidak bisa memberi penjelasan secara detail, karena harus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

"Dinas Kesehatan NTB sebenarnya yang paling tepat menjelaskan terkait masalah ini. Memang awalnya pasien ini ke RSAD, kemudian ke puskesmas kemudian penatalaksanaannya atau persalinannya di Rumah Sakit Permata Hati. Pasien sempat menjelaskan ada cairan yang keluar, masih pada tahap konsultasi belum melakukan pemeriksaan," kata Manurung yang dikonfirmasi Kompas.com melalui telepon, Kamis (20/8/2020).

Terkait rapid test yang dipersoalkan Arianti, dikatakannya bahwa tes tersebut dilakukan untuk mereka yang akan rawat inap, bukan pasien yang hanya diperiksa.

"Petugas kami menjelaskan, karena yang bersangkutan pasien umum, rapid testnya berbayar. Tapi kalau yang gratis di puskesmas dan RSUD Kota Mataram, kita sampaikan begitu dan tidak ada masalah. Akhirnya dia ke puskesmas, dari puskesmas kemudian memilih ke Rumah Sakit Permata Hati," jelasnya.

Kepala Dinas Kesehatan NTB, Eka Nurhandini di ruang kerjanya mengatakan, rapid test  bagi ibu yang akan melahirkan memang harus dilakukan sebagai upaya antisipasi penyebaran dan penularan Covid-19.

Hal itu juga diperlukan guna menentukan ruangan untuk ibu melahirkan serta agar petugas menggunakan APD.

Jika hasil rapid test ibu yang akan melahirkan reaktif, maka harus masuk ke ruang isolasi.

"Kenapa diminta periksa di awal, karena persiapan dan kesiapan untuk proses kelahiran itu lebih prepare. Jika reaktif, ibu dan anak akan masuk ruang isolasi. Petugas juga begitu akan mengunakan APD dengan level yang tinggi untuk perlindungan bagi petugas," kata Eka.

Hal tersebut berdasarkan kebijakan dalam surat edaran yang dikeluarkan Satgas Covid. (Kontributor Kompas TV Mataram, Fitri Rachmawati | Editor Dheri Agriesta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com