"Awalnya saya pikir itu bengkak biasa. Tapi jalannya kok pincang. Ternyata baru bilang kalau habis jatuh saat bermain, makanya saya bawa ke tukang pijit tradisional. Tapi setelah dua bulan kemudian bengkaknya makin membesar maka saya periksakan ke RS Bhayangkara Semarang," ujar Okti saat dihubungi, Minggu (16/8/2020).
Saat diperiksa, dokter mengatakan bahwa kaki Nando hanya memar biasa lalu diberikan obat peredam memar.
Sejak saat itu, Okti berjuang agar anaknya sembuh. Namun, kenyataannya, setelah menjalani pengobatan kemoterapi, dokter mengetahui kanker tersebut telah menyerang paru-paru.
Lalu dokter menyarankan agar kaki kiri Nando diamputasi supaya kanker tersebut tidak menyebar.
Baca juga: Sudrajat, Anak PNS yang Terpilih Jadi Paskibraka di Istana Negara, Bercita-cita Masuk Tentara
"Mendengar hal itu, saya dan Nando kaget lalu menangis bersama," ucapnya. Okti pun tak menyangka harus menerima kenyataan pahit tersebut.
"Orangtua mana yang mau melihat anaknya kehilangan kakinya," ungkapnya.
Setahun kemudian, akhirnya Nando merelakan untuk kakinya diamputasi.
"Kaki kiri Nando diamputasi bulan kemarin, tepatnya 14 Juli 2020 pukul 10.00 WIB," ujarnya.
Usai diamputasi, Nando pun enggan bersekolah karena mengaku malu.
(Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Aprillia Ika)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.