Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Haru Bocah 8 Tahun Penderita Kanker, Kaki Diamputasi, Cita-cita Jadi Tentara Pupus

Kompas.com - 17/08/2020, 11:23 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Okti Christiana (45) hanya bisa berdoa agar putranya Joseph Arnando (8), tetap bersemangat meski cita-citanya menjadi tentara pupus.

Kaki kiri bocah laki-laki yang tinggal di Jalan Karanggawang Baru II RT 6 RW 6 Tandang, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, tersebut terpaksa diamputasi setelah terserang kanker tulang.

"Nando memang sempat cita-cita jadi tentara. Untuk kondisi saat ini memang tidak mungkin cita-cita itu akan terwujud," ungkapnya.

Baca juga: Fakta di Balik Mobil Ambulans Tak Diberi Jalan, Pasien Bocah 6 Tahun Meninggal di Garut

Okti menceritakan, setiap hari dirinya tak lelah memberi semangat kepada Nando.

Suatu saat nanti, kata Okti, Nando akan mendapat kaki palsu dan bisa beraktivitas kembali.

Okti pun mengakui tetap menguatkan diri dengan kondisi yang dialami keluarganya tersebut.

"Apapun akan saya lakukan untuk anak saya. Dan semua saya serahkan kepada Tuhan untuk menjaga anak-anak saya," ucap Okti dengan nada haru.
Suami meninggal

Baca juga: Malu Kakinya Diamputasi, Bocah 8 Tahun Ini Tak Mau Sekolah

 

Perjuangan Okti semakin berat setelah menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.

Sang suami, Stefanus Andre Rutyanto, meninggal dunia sejak 8 tahun lalu.

Okti pun harus banting tulang mencukupi kedua anaknya yang lain dengan bekerja sebagai pengelola kantin sekolah di Sedes Sapientiea Semarang.

Kondisi Okti semakin sulit saat pandemi corona membuat sekolah tempatnya bekerja ditutup.

Okti mengaku terpaksa meminjam uang dari saudara untuk memenuhi kebutuhan.

Riwayat penyakit Nando

Okti menjelaskan, Nando divonis dokter telah menderita kanker tulang pada tahun 2019.

Saat itu, Nando masih duduk di Taman Kanak-kanak. Setelah selesai bermain, Nando mengeluh sakit di paha kaki kirinya.

Okti mengira anaknya kecapekan, lalu dipijat secara tradisional.

Namun, selang beberapa lama bengkak di kakinya semakin membesar sehingga Okti memutuskan memeriksakan Nando ke rumah sakit.

Baca juga: 4 Kasus Bullying di Sejumlah Daerah, Dibanting ke Paving, Amputasi hingga Korban Depresi Berat

 

"Awalnya saya pikir itu bengkak biasa. Tapi jalannya kok pincang. Ternyata baru bilang kalau habis jatuh saat bermain, makanya saya bawa ke tukang pijit tradisional. Tapi setelah dua bulan kemudian bengkaknya makin membesar maka saya periksakan ke RS Bhayangkara Semarang," ujar Okti saat dihubungi, Minggu (16/8/2020).

Saat diperiksa, dokter mengatakan bahwa kaki Nando hanya memar biasa lalu diberikan obat peredam memar.

Syok harus amputasi

Sejak saat itu, Okti berjuang agar anaknya sembuh. Namun, kenyataannya, setelah menjalani pengobatan kemoterapi, dokter mengetahui kanker tersebut telah menyerang paru-paru.

Lalu dokter menyarankan agar kaki kiri Nando diamputasi supaya kanker tersebut tidak menyebar.

Baca juga: Sudrajat, Anak PNS yang Terpilih Jadi Paskibraka di Istana Negara, Bercita-cita Masuk Tentara

"Mendengar hal itu, saya dan Nando kaget lalu menangis bersama," ucapnya. Okti pun tak menyangka harus menerima kenyataan pahit tersebut.

"Orangtua mana yang mau melihat anaknya kehilangan kakinya," ungkapnya.

Setahun kemudian, akhirnya Nando merelakan untuk kakinya diamputasi.
"Kaki kiri Nando diamputasi bulan kemarin, tepatnya 14 Juli 2020 pukul 10.00 WIB," ujarnya.

Usai diamputasi, Nando pun enggan bersekolah karena mengaku malu. 

(Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Aprillia Ika)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com