Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepsek SMK yang Siswanya Rampok Toko Emas: Ini Konsekuensi Belajar Online

Kompas.com - 04/08/2020, 16:35 WIB
Zakarias Demon Daton,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Kepala SMK Farmasi Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim, Syamsuddin Mallala menilai anak didiknya yang nekat merampok toko emas di Pasar Tangga Arung Tenggarong merupakan konsekuensi belajar online.

Menurut dia, sejak diberlakukan belajar daring empat bulan terakhir, pergaulan anak-anak didiknya tak bisa dikontrol.

“Apalagi anak-anak yang keluarganya broken home seperti anak didik saya ini (salah satu dari tiga pelaku perampok),” ungkap Syamsuddin saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Samarinda, Senin (3/8/2020).

Baca juga: 3 Pelajar SMA yang Rampok Toko Emas Tetap Terima Pelajaran dari Dalam Penjara

Selama itu guru tidak bisa memastikan anak tersebut sungguh-sungguh belajar dari rumah atau sebaliknya.

“Ini konsekuensi dari belajar daring. Kebetulan anak didik saya itu, orangtuanya juga bermasalah hukum. Mereka juga ekonomi lemah, butuh uang,” terang dia.

Dalam kondisi itu, ketika ada tawaran uang dalam jumlah banyak maka siapa pun bisa tergoda, apalagi anak tersebut masih usia 16 tahun.

“Sangat labil. Mudah tergoda. Anak itu di sekolah perilakunya baik. Saya pastikan itu pengaruh lingkungan dan pergaulan dia selama empat bulan terakhir,” tuturnya.

Baca juga: Cerita Anak SMA Rampok Toko Emas untuk Lunasi Utang Rp 100 Juta Sang Ayah yang Dipenjara karena Narkoba

Sebab, saat masih belajar tatap muka di sekolah, setiap 15 menit sebelum masuk kelas dan jelang pulang sekolah, anak-anak selalu diberi nasihat oleh wali kelas.

“Tatap muka guru dan anak didik sangatlah penting. Kita guru ini bukan hanya mengajar, tapi juga mendidik. Mengajak anak didik bicara, mengajak curhat dan lainnya telah tiada sejak pandemi Covid-19,” terang dia.

Karena hal ini juga, Syamsuddin menduga anak didiknya nekat merampok saat dijanjikan uang Rp 50 juta oleh otak dari aksi tersebut.

“Saya sangat yakin, mereka kurang wejangan. Kejadian ini jadi evaluasi bagi kami (sekolah) untuk lebih intensif koordinasi dengan orangtua murid,” jelas dia.

Selajutnya, kata Syamsuddin, sekolah tetap memberlakukan belajar tatap muka, tapi kapasitas setiap ruang kelas dibatasi sesuai protokol Covid-19.

“Terlebih mata pelajaran matematika, fisika dan kimia. Ini enggak bisa daring, harus tatap muka. Jadi kami identifikasi siswa yang belum terlalu paham diminta untuk hadiri kelas tatap muka,” terang dia.

Baca juga: Mengaku Dijanjikan Rp 50 Juta, Tiga Siswa SMA Nekat Jadi Perampok Toko Emas

Sedang, untuk siswa yang dianggap mampu baik pengetahuan maupun perilaku disarankan melalui daring.

Hal tersebut dimaksud agar kembali mendekatkan guru dan anak didik, agar bisa saling mengontrol dan menasihati.

“Kami pakai dua pola belajar, daring dan tatap muka,” tutup dia.

Khusus untuk anak didiknya yang terlibat merampok, kata Syamsuddin, sekolah menggratiskan seluruh biaya sekolah sampai tamat dan tetap diberi pelajaran meski dalam tahanan.

Baca juga: Perampokan Toko Emas oleh 3 Pelajar SMA Diduga Terkait Persaingan Bisnis

Diketahui, tiga pelajar kelas II SMA di Tenggarong, Kukar, nekat merampok toko emas karena dijanjikan uang oleh Muhammad Rizki Yahya (22).

Otak dari aksi perampokan itu menjanjikan akan memberi masing-masing uang Rp 50 juta jika berhasil.

Usut punya usut, Rizki ternyata punya dendam pribadi dengan pemilik toko emas yang dirampok.

Lewat tiga bocah usia 16 tahun, Rizki ingin balas dendam dengan merencanakan dan menyiapkan senjata airsoft gun serta sejumlah pisau untuk ketiga bocah tersebut, pada Kamis (30/7/2020) pagi.

Namun aksi tersebut berhasil digagalkan warga. Tiga bocah yang hendak mengambil emas ketakutan dan kabur saat warga berdatangan mendengar teriak pemilik toko.

Satu dari tiga bocah itu ditangkap warga. Dua rekannya lolos menuju mobil yang sudah ditunggui Rizki.

Ketiganya lalu kabur menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam perjalanan, Rizki menurunkan dua bocah di Penajam Paser Utara dan ditangkap polisi. Sementara, Rizki saat ini masih dalam pengejaran polisi.

Baca juga: Siswa SMA Perampok Toko Emas Ngaku Butuh Uang Beli Ponsel untuk Belajar Online

Saat ini tiga anak dibawa umur dalam tahanan di Mapolresta Kutai Kertanegara.

Meski dalam tahanan, Kapolres Kutai Kertanegara, AKBP Andrias Susanto Nugroho memastikan ketiga tetap mendapat hak pendidikan.

“Sel mereka kan khusus anak. Di situ kita siapkan laptop atau fasilitas pendukung belajar online,” ungkap Andrias saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/8/2020).

Andrias mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak sekolah dari ketiga bocah tersebut untuk kegiatan belajar mengajarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com