Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswanya Tak Punya HP, Guru Ini Rela Lalui Jalanan Rusak Saban Hari untuk Mengajar di Rumah

Kompas.com - 01/08/2020, 12:00 WIB
Kontributor Bulukumba, Nurwahidah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANTAENG, KOMPAS.com -  Suardi (29), seorang guru mendatangi rumah anak didiknya satu per satu karena sebagian siswa tidak memiliki smartphone untuk mengikuti, belajar daring (online).

Saat menyambangi rumah siswa, Suardi tetap mengutamakan protokol demi pencegahan Covid-19, seperti memakai masker dan menjaga jarak.

Setiap pagi ia berkeliling mendatangi satu per satu anak didiknya.

Meski jalanan rusak parah jadi rute sehari-hari. Suardi harus menggunakan mobil angkutan umum menemui siswanya.

"Jadi kalau berangkat saya naik mobil angkutan umum.

Baca juga: Datang ke Bogor, Menteri Nadiem Dengar Curhat Guru-guru soal Kuota Internet

Dalam sehari mendatangi tiga rumah siswa.

Setelah selesai mengajar di rumah siswa yang satu, selanjutnya jalan kaki sekitar satu kilometer ke rumah siswa lainnya," kata

Suardi, saat dikonfirmasi, Kompas.com, Jumat (31/7/2020).

Suardi, mengungkapkan, ada siswa memiliki smartphone, dan ada tidak memiliki smartphone. Siswa yang tak punya HP itulah didatangi rumahnya untuk diajar.

Lelaki asal Banyorang Bantaeng ini mendatangi siswa belajar di rumah sejak bulan Maret sampai sekarang. Namun ia tak sendiri melakukan hal itu, ada beberapa guru lainnya.

Baca juga: Cerita Hayati, Rela Jadi Guru Bahasa Inggris Demi Siswa SD di Pedalaman Pulau Buru

 

Tetap semangat walau gaji minim

Meskipun sebagai guru honorer gajinya hanya Rp 430.000 per tiga bulan, hal itu bukan menjadi alasan bagi Suardi untuk berhenti mengajar.

"Dulu saya terima gaji 430.000 per tiga bulan. Dan alhamdulillah sudah naik Rp 720.000 per empat bulan," tuturnya.

Untuk menghemat biaya pegeluaran. Suardi tinggal di rumah pemegang kunci sekolah. Jarak rumah itu ke sekolah dua jam perjalanan.

"Saya tinggal di rumah pemegang kunci sekolah bersama dengan siswa dan orang tuanya. Tinggal di sana tidak bayar," jelasnya.

Jalanan rusak, listrik minim, internet lambat

Suardi menjadi guru honorer sudah lima tahun di SD Negeri Lanyying, Kecamatan Uluere Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Alasan ia semangat mengajar di daerah terpencil. Sebab merasa kasihan melihat siswa kalau bukan dirinya siapa lagi. Ia berjuang hanya untuk mencerdaskan anak bangsa.

Menurutnya, sudah puluhan tahun Indonesia merdeka tapi siswanya belum merasakan kemerdekaan adanya jalanan rusak.

Apalagi lampu listrik PLN baru masuk tahun ini dan jaringan internet masih lambat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com