Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia Seabad, Gedung Sate Simpan Jalur Rahasia hingga Makna 6 Tusuk Sate

Kompas.com - 26/07/2020, 18:14 WIB
Dendi Ramdhani,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Salah satu bangunan cagar budaya paling ikonik di Jawa Barat, Gedung Sate, akan genap berusia 100 tahun pada Senin (27/7/2020) besok.

Merujuk pada catatan di museum Gedung Sate, pembangunan gedung kokoh itu bermula ketika Gubernur Jenderal van Limburg Stirum menetapkan Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda menggantikan Batavia pada tahun 1918.

"Alasan pemindahan itu disebabkan kondisi lingkungan di Batavia yang sudah mulai tercemar," kata Ridwan Hutagalung, kurator museum Gedung Sate, saat dihubungi via telepon seluler, Jumat (25/7/2020).

Pembangunan pertama adalah dengan mendirikan kantor pusat Departemen Instansi Pemerintahan atau Departement van Gouvernements Bedrijven oleh tim arsitek yang dipimpin oleh Johann Gerber.

Baca juga: Jabar Siaga 1 Virus Corona, Gedung Sate Pasang Hand Sanitizer

Ridwan mengatakan, proyek kompleks pusat pemerintahan itu sebetulnya akan dibangun dari lokasi Gedung Sate Saat ini di Jalan Diponegoro, hingga Monumen perjuangan. Namun, krisis ekonomi (malaise) kala itu membuat proyek tersebut tak sesuai rencana. Sejumlah bangunan yang semestinya dibangun, urung terbentuk.

Dari seluruh rencana yang sudah disiapkan, hanya gedung Gouvernements Bedrijven dan Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (sekarang Museum Pos Indonesia) saja yang berhasil didirikan.

"Waktu dibangun rencana itu satu kompleks besar. Gedung paling selatan jadi Gedung Sate. Sementara gedung paling utara itu tak jadi dibangun yang kemudian ditempati Monumen Perjuangan. Jadi Gedung Sate itu komplek perkantoran yang tak selesai dibangun," tuturnya.

Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan kompleks Gouvernements Bedrijven dilakukan pada tanggal 27 Juli 1920 oleh Johanna Catherina Coops (puteri walikota Bandung) dan Petronella Roelofsen (mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda) dan dapat rampung seluruhnya pada bulan September 1924.

Pada saat usai dibangun, gedung Gouvernements Bedrijven memiliki fungsi rangkap, yaitu sebagai Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (sekarang Museum Pos Indonesia, Kantor Departement Verkeer en Waterstaat (Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan), Centrale Bibliotheek (Perpustakaan Pusat) yang merupakan gabungan koleksi buku dari tujuh buah jawatan, dan Laboratorium Geologi (sampai memiliki gedung sendiri di Wilhelmina Boulevard atau Jalan Diponegoro pada tahun 1928).

Kemudian, pada tahun 1930 gedung Gouvernements Bedrijven diresmikan sebagai Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan yang memulai sejarah panjang Departemen Pekerjaan Umum Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, Gedung Sate dijadikan Pusat Pemerintahan (Shucho) Wilayah Jawa Barat dan kedudukan Komandan Militer Daerah.

Setelah Kemerdekaan RI, gedung itu kembali digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum hingga pada tahun 1980 dimanfaatkan sebagai kantor pemerintahan Jawa Barat yang masih berlangsung sampai sekarang.

Paduan budaya timur dan barat

Petugas Museum Gedung Sate saat memperlihatkan bagian fondasi Gedung Sate yang terbuat dari batu andesit.KOMPAS.COM/DENDI RAMDHANI Petugas Museum Gedung Sate saat memperlihatkan bagian fondasi Gedung Sate yang terbuat dari batu andesit.

Gedung Sate mendapat predikat bangunan maha karya karena berhasil menggabungkan berbagai element arsitek nilai kebudayaan timur dan barat dengan serasi.

HP Berlage, seorang maestro arsitektur Belanda pernah menyatakan bahwa Gedung Sate adalah sebuah karya besar yang memadukan gaya arsitektur timur dan barat secara harmonis. Gedung ini memang menampilkan keragaman budaya dari berbagai daerah.

Fondasi gedung menggunakan batuan andesit seperti yang biasa digunakan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Baca juga: Wajah Baru Gedung Sate Bandung Menjelang Usia Seabad

 

Ornamen pilar dan relung-relung bergaya eropa terdapat di seluruh bagian gedung.

Pada bagian atap digunakan sirap khas nusantara yang dipadukan dengan konstruksi berangka baja yang menjadikannya sebagai bangunan besar pertama di Hindia Belanda yang menggunakan teknologi ini.

Pencahayaan lantai dasar disiasati agar alami dengan menggunakan kaca prisma yang dipasang pada langit-langit ruangan agar bias sinar matahari dapat masuk dalam bentuk berkas cahaya yang indah.

Pembangunan itu menelan biaya hingga 6 juta gulden. Nilai itu pun diabadikan pada ikon tusuk sate dengan enam ornamen sate di bagian puncak gedung.

"Dari konstruksi mereka pakai batu andesit seperti di candi. Karena gedung itu jadi bagian departemen sipil, dengan begitu bangunan ini harus menunjukan role modelnya, harus kokoh megah, karena dia contohnya simbolinya," tutur Ridwan.

Teka-teki jalur rahasia di Gedung Sate

Bangunan Gedung Sate di bagian selatan berposisi sejajar dengan monumen perjuangan di bagian utara.KOMPAS.COM/DENDI RAMDHANI Bangunan Gedung Sate di bagian selatan berposisi sejajar dengan monumen perjuangan di bagian utara.

Di balik kemegahan Gedung Sate tersimpan beragam mitos yang masih dipercaya masyarakat hingga sekarang.

Salah satunya soal jalur rahasia bawah tanah yang tersambung hingga Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika.

Ridwan membenarkan bahwa ada jalur bawah tanah di Gedung Sate. Namun, jalur itu hanya sebagai akses dari Gedung Sate ke museum Pos.

Ia mengaku tak menemukan adanya jalur yang tersambung ke Gedung Merdeka seperti yang sering dibicarakan banyak orang.

"Lorong bawah tanah ada dua jalur, itu pendek. Itu berulang diomongin masyarakat," ungkapnya.

Baca juga: Setelah Direnovasi, Gedung Sate Akan Jadi Destinasi Wisata Sejarah

Posisi jalur bawah tanah itu, kata Ridwan, ada di lantai paling bawah bagian timur Gedung Sate yang kini sudah digunakan sebagai Museum Gedung Sate. Saat ini, pintu itu telah ditutup.

"Ada dua jalur, satu dari dalam ruang museum gedung sate ke mulut pintu museum pos. Sudah ditutup. Satu lagi, kemungkinan dari salah satu ruangan di sekitar selatan gedung keduanya mengarah ke museum pos. Alasan ditutup, jawatannya berbeda. Jadi itu dibangun hanya untuk mempermudah akses," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com