Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Guru Mengajar di Ruang Siaran agar Semua Muridnya Bisa Belajar

Kompas.com - 21/07/2020, 05:53 WIB
Ari Himawan Sarono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

PEKALONGAN, KOMPAS.com - "Anggota gerak atas itu ada tangan, 10 ruas jari. Sementara gerak bawah ada tulang selangka, tempurung, lutut...,"

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas 5 tadi dibacakan oleh Kusnaini guru SD Negeri 01 Tegalontar, Sragi, Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.

Bukan dalam kelas disaksikan para murid, tapi Kusnaini mengajar di ruang siaran dalam program Kejar Rakom yaitu kelas mengajar di radio komunitas.

Baca juga: Terlanjur Mengajar Tatap Muka, Guru di Pariaman Ternyata Positif Covid-19, Ini Dampaknya

Pada Senin (20/7/2020), Kusnaini mengajar giliran pertama yaitu mulai 10.00 WIB untuk mata pelajaran IPA.

Mulutnya mulai cekatan mengajar di depan mikrofon dibantu seorang operator radio komunitas tersebut bernama Narto.

"Awalnya ya gugup, basic kami bukan penyiar radio. Tapi sudah berjalan tiga minggu Alhamdulillah lancar," kata Kusnaini saat jeda mengajar.

Kusnaini senang karena hampir seluruh murid dan orangtua setuju karena pembelajaran lewat radio komunitas yang bisa didengarkan ke beberapa kecamatan di Pekalongan.

Baca juga: Kisah Yohana Mengajar Anak Rimba di Masa Pandemi, Tengah Malam Siswa Bangun dan Minta Belajar (1)

Materi pelajaran tidak hanya didengarkan murid SD Negeri 01 Tegalontar saja, melainkan siswa-siswi lain yang butuh materi pembelajaran.

"Saya harus serius kadang murid SD lain juga mendengarkan siaran kami. Memang ini ide kepala sekolah tapi sangat bermanfaat," lanjut dia.

 

Setelah 30 menit mengajar, pembelajaran IPA kelas V disudahi dengan pekerjaan rumah yang diberikan ke para murid.

"Anak-anak tetap jaga kesehatan ya... pakai masker kalau belajar bersama teman, cuci tangan jangan lupa agar terhindar dari virus korona. Terima kasih..." tutup Kusnaini mengakhiri siaran.

Tidak lantas selesai begitu saja usai bersiaran, Kusnaini mendekati operator untuk mengecek rekaman siaran langsung materi pelajaran yang diberikan.

"Saya cek lagi, soalnya disiarkan ulang nanti sore. Jadi yang tidak sempat mendengarkan bisa mengulang sore harinya," tambah Kusnaini.

Baca juga: Dalam Bayang-bayang Fobia Corona, Kisah Perjuangan Edelweis Melahirkan Sesar

Usai Kusnaini mengajar, hanya selang sekitar dua menit saja satu guru langsung menggantikan.

Saat itu Uchi, guru kelas 6 yang akan memberikan materi pelajarannya kepada para murid.

Kompas.com menemui sang penemu ide mengajar lewat radio komunitas.

Dia adalah Kepala Sekolah SD Negeri 01 Tegalontar, Yoso. Saat ditemui Yoso tampak serius sedang memperhatikan guru mengajar.

Sambil sesekali melihat ruang siaran, Yoso awalnya ingin sekolahnya melakukan pembelajaran daring.

Namun dari 289 murid, hanya 144 yang merespons, sisanya tidak bisa belajar secara daring karena berbagai kondisi.

"Ada yang punya handphone, tidak punya kuota. Ada yang yang punya handphone tidak ada aplikasinya. Ada juga orang tuanya tidak mampu. Pokoknya macam-macam," kata Yoso.

Baca juga: Cerita Sekda Grobogan Sembuh dari Corona: Rajin Ibadah, Olahraga, dan Hibur Diri

Dari berbagai macam alasan, Yoso berfikir keras untuk bisa melakukan pembelajaran yang murah dan bisa diterima seluruh murid.

Akhirnya dia bertemu dengan Narto, yang juga pengurus radio komunitas yang berjarak satu kilometer dari gedung sekolah.

"Mas Narto baik, kami bersiaran ini masih gratis bisa didengarkan di beberapa kecamatan juga," tambahnya.

 

Menurut Yoso pembelajaran lewat udara via frekuensi FM sudah sangat bisa diterima oleh orang tua murid dan para siswa.

Hampir setiap rumah punya radio, mereka yang tidak memiliki radio bisa ke rumah temannya untuk ikut mendengarkan guru memberikan materi.

"Saya ingin siswa terus belajar, belajar dan belajar biar pintar," ungkap Yoso.

Tidak jauh dari tempat bersiaran, enam orang siswa dan siswi kelas 6 sedang serius mendengarkan Uchi bersiaran.

Baca juga: Perjuangan Siswa di Selayar Belajar Online, Naik Turun Gunung untuk Cari Sinyal

Mereka mencatat materi apa yang diberikan guru kelasnya yang saat itu mengajar Bahasa Indonesia.

Salah seorang siswa Risqi Pasha (11) mengaku teman-temannya datang ke rumah karena tidak mempunyai radio.

Pembelajaran dengan radio tersebut diakuinya hampir saja di kelas tetapi tidak bisa melihat wujud asli seorang guru yang sedang mengajar.

"Paling tidak mengobati rasa kangen bertemu ibu guru," ujar Risqi.

Risqi selama tiga minggu juga mengerjakan PR yang diberikan oleh guru kelas mereka bersama murid lain.

Baca juga: Kisah Bang Labing, Mendekati Bencana demi Membantu Sesama

Tentunya tetap jaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan tiap kali akan mengawali dan mengakhiri kegiatan.

"Guru selalu berpesan agar kita tetap hidup sehat. Kalau kesusahan enggak ada paling kalau suara radio agak tidak jelas. Tapi masalah antena saja sih," sebut Risqi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com