Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Ayam Masih Berjualan Usai Swab, Setelah Positif Covid-19 Menolak Diisolasi

Kompas.com - 15/07/2020, 11:40 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Dewantara,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com - Seorang pedagang ayam di Pasar Cempaka, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, menolak diisolasi meski telah terkonfirmasi positif Covid-19.

Saat empat tenaga kesehatan dari Puskesmas Kumai yang didampingi ketua RT mendatangi kediamannya, perempuan 52 yang merupakan warga RT 7 Kelurahan Candi itu, mengaku hanya sakit biasa.

Samsul, petugas surveilans yang memimpin rombongan tenaga kesehatan dari Puskesmas Kumai tersebut mengatakan, pada Sabtu (11/7/2020), mereka bermaksud menyampaikan hasil swab sekaligus melacak kontak erat pasien terkonfirmasi positif corona virus disease 2019 (Covid-19).

Baca juga: Bikin Resah, Pasien Covid-19 Tolak Karantina, Malah Santai Keluyuran dan Beli Sayuran

Karena sudah dinyatakan positif, si pasien seharusnya menjalani isolasi di Rumah Sakit Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun agar penyebaran virus mematikan itu tidak meluas.

Namun yang didapati petugas malah penolakan dari pasien dan keluarganya.

Adegan penolakan tampak jelas dalam sebuah video berdurasi 3 menit 49 detik yang direkam Samsul saat bercakap pasien dan keluarganya.

Di detik-detik awal video, pasien mengaku hanya kurang tidur.

"Sudah 20 hari (sejak di-rapid test). Saya enggak sakit apa-apa. Cuma kurang darah saja kata dokter," ujar si pasien dalam salah satu bahasa daerah.

Baca juga: Pedagang di Pasar Jakarta yang Tolak Swab Test Covid-19 Dilarang Berjualan

Pernyataan itu diamini sang suami. Suami pasien positif itu menilai sakit si istri disebabkan setan, bukan karena virus corona.

"Kalau sakit memang sampai sekarang, (tapi) cuma 4 hari saja (yang benar-benar) sakit, cuma setan saja itu," seru sang suami.

Lelaki itu bahkan mengultimatum siapa pun tidak boleh ada yang menjemput istrinya.

"Biar mati enggap apa-apa. Semua manusia itu pasti mati semua. Seperti apa corona itu, saya mau tahu," ujar sang suami dengan nada meninggi.

Menyikapi penolakan itu, petugas dan ketua RT tak mampu berbuat banyak.

Di akhir video, Samsul hanya menyampaikan pesan agar pasien dan keluarga bersedia melakukan isolasi mandiri serta menghindari interaksi langsung dengan orang lain sementara waktu.

Baca juga: Anggota DPRD Makassar Ancam Kerahkan Massa Sebelum Ambil Jenazah Pasien Covid-19

Samsul mengklaim pihaknya dari Puskesmas Kumai sudah berupaya maksimal untuk membujuk pasien dan keluarga agar mau menjalani isolasi.

Menolak Di-swab

Soal riwayat sakit pasien, Samsul menuturkan, pasien sempat memeriksakan diri ke salah satu rumah sakit swasta di Pangkalan Bun dan di-rapid test sekitar akhir Juni lalu.

Dari informasi itulah pihaknya meminta yang bersangkutan untuk menjalani swab.

Meski sempat menolak akhirnya, pasien mengikuti swab massal yang dijadwalkan Dinas Kesehatan Kobar pada 30 Juni.

Hasil swab pasien sebenarnya sudah keluar pada Kamis (9/7/2020) malam.

Celakanya, selama menunggu hasil swab, pasien tetap aktif berjualan di Pasar Cempaka Kumai.

"Kami dapat informasi itu, tapi tidak bisa mengeceknya. Tapi waktu saya tanya apakah istrinya tadi pagi masih berjualan, si suami menjawab iya," ungkap Samsul.

Baca juga: Ditetapkan Tersangka, Anggota DPRD Makassar Penjamin Pengambilan Jenazah Covid-19 Terancam 7 Tahun Penjara

Akan tetapi, sewaktu ditanya soal hasil pelacakan timnya, Samsul menyatakan, hanya mendapati empat orang kontak erat.

Mereka adalah suami, anak dan menantu, serta cucu pasien. Anak pasien adalah seorang bidan yang bertugas sebagai tenaga kesehatan daerah di salah satu fasilitas kesehatan di Kecamatan Kumai.

Menghadapi pasien seperti ini, Samsul mengaku kewalahan.

 

Dia menyebut selama ini Puskesmas Kumai berjuang sendiri menghadapi ulah pasien yang bengal.

Namun, dukungan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, baik di tingkat kecamatan, maupun tingkat kabupaten, tidak kunjung datang.

"Kami minta dukungan dari gugus kabupaten. Kami di Puskesmas saja rasanya sudah kewalahan, karena tingkat penolakan yang kami terima sudah mengkhawatirkan, tidak bisa kami paksakan lagi," bebernya.

Nyatanya, kasus penolakan serupa juga terjadi di RT 16 Kelurahan Kumai Hilir. Itu diakui Kepala Puskesmas Kumai Abimayu.

Baca juga: Hasil Swab Kedua pada 101 Pasien Covid-19 di Pusdikpom Cimahi Negatif Seluruhnya

 

Menurut Abimayu, di tempat ini, seorang bidan di Puskesmas Kumai yang diduga tertular dari pasien yang dirawatnya dinyatakan terkonfirmasi positif.

Setelah isolasi mandiri dan menjalani 3 kali swab, ia dinyatakan sembuh.

Belakangan, diketahui anak bidan ini, yang baru berusia 1,5 tahun, dan ibunya terkonfirmasi positif.

Namun saat petugas dari Puskesmas Kumai hendak menjemput agar mereka menjalani isolasi di RSSI Pangkalan Bun, keluarga pasien ini menolak keras.

"Daripada kita kelahi, terpaksa kita biarkan mereka isolasi mandiri. Yang kita khawatirkan si ibu tertular lagi karena sebelumnya, kan, sudah dinyatakan sembuh," kata Abimayu.

Informasi yang berhasil dihimpun Kompas.com, ketiga pasien satu keluarga ini telah menjalani swab di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) pada Selasa (14/7/2020) sore.

Baca juga: 2 Pasien Covid-19 di Riau Merasa Nyeri di Perut dan Ulu Hati

Hasil swab polymerase chain reaction (PCR) biasanya akan keluar dalam 1 sampai 2 hari setelah sampel diambil.

Gugus Tugas Harus Tegas

Kasus penolakan terhadap petugas Puskesmas Kumai mengundang keprihatinan dari Ketua Relawan Covid-19 Kelurahan Candi, Rahmad.

Menurut dia, hal ini semestinya segera ditindaklanjuti oleh Gugus Tugas kecamatan dan kabupaten.

Rahmad menyarankan Gugus Tugas harus bertindak tegas jika pasien tidak bisa dipersuasi. Terlebih, jika pasien yang telah dinyatakan terkonfirmasi positif masih kedapatan berkeliaran.

Relawan Covid-19 Kelurahan Candi, imbuhnya, telah melakukan berbagai upaya untuk membantu membujuk pasien lewat keluarga.

"Tapi tidak mempan juga. Ini karena sudah positif, kami tidak mungkin langsung ke yang bersangkutan. Harusnya kalau sudah seperti ini, puskesmas minta pendampingan dari TNI/Polri untuk melaksanakan UU Karantina supaya rantai penyebaran virus ini bisa diputus," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com