Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Angkatan 2020, Pilih Jualan Kaktus hingga Rawon Daripada Nonton Drakor

Kompas.com - 12/07/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

Debora, lulusan jurusan bisnis di sebuah universitas di Manado, Sulawesi Utara, kini berjualan tato temporer sambil menunggu situasi cukup aman untuk mencari pekerjaan.

Selain bekerja, Debora mengatakan, ia menjaga mentalnya dengan menari, kegiatan yang menjadi hobinya sejak lama.

"Di saat kita bosan-bosannya di rumah, cobalah cari aktivitas yang mungkin bisa bikin mood kalian bagus dan tetap produktif di rumah," katanya.
Debora

Baca juga: Pesan Pasien Sembuh Covid-19: Anak Muda, Tak Perlu Nongkrong, Dengarkan Pemerintah

'Anak muda cepat beradaptasi'

Anggi Afriansyah, Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan upaya sejumlah lulusan 2020 untuk berbisnis merupakan langkah mereka beradaptasi.

"Ini menggambarkan situasi di mana sebagian anak muda dengan cepat melakukan adaptasi terhadap berbagai situasi sulit saat ini," ujar Anggi.

Hal itu, menurut Anggi mencerminkan pentingnya seseorang memiliki softskilldan bagaimana lembaga pendidikan harus berperan mengasah keahlian itu.

"Penting bagi seseorang untuk memiliki softskill memadai, seperti berkomunikasi, berkolaborasi, dan menggunakan teknologi terbaru. Juga kemampuan menjual produk atau mempromosikan dirinya sehingga orang lain bisa terkesan terhadap kerja-kerja yang dilakukan," ujar Anggi.

Baca juga: Data Membuktikan, Anak Muda Tidak Kebal Virus Corona

Ia mengatakan lembaga pendidikan perlu bergerak ke arah itu, termasuk mempertajam kemampuan mahasiswa berpikir kritis.

"Sehingga mereka mempunya daya tahan memadai ketika menghadapi ketidakstabilan saat ini atau masa depan," kata Anggi.

Sayangnya, menurut Anggi, belum semua lembaga pendidikan fokus mengembangkan softskill siswa karena kurangnya tenaga pengajar dan faktor lainnya.

Baca juga: Satu Dekade Najwa Shihab Menggerakkan Anak Muda

Ke depannya, Anggi mengatakan, lembaga pendidikan perlu terus mengasah keahlihan yang selaras dengan jurusan pendidikan mahasiswa, salah satunya dengan mengadakan webinar-webinar.

"Sehingga mereka bisa cari cara atau celah yang memungkinkan mereka tetap bisa bertahan atau membuat pekerjaan-pekerjaan baru yang tidak tergantung investasi global."

Baca juga: Dokter Tirta: Anak Muda Enggak Usah Nongkrong Ngopi-ngopi Dulu!

'Stimulus bagi pengusaha'

Sejumlah korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mendirikan tenda dan bermalam sebagai bentuk protes di depan kantornya, Makassar, Sulawesi Selatan (09/07).ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/nz Sejumlah korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mendirikan tenda dan bermalam sebagai bentuk protes di depan kantornya, Makassar, Sulawesi Selatan (09/07).
Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah, mengatakan meski dampak pandemi tak bisa diselesaikan tahun ini, pihaknya tetap menargetkan 800.000-900.000 orang tetap terserap ke dunia kerja hingga akhir 2020.

Ida mengatakan pemerintah tengah menyiapkan stimulus ekonomi bagi pelaku usaha agar bisa bertahan di masa pandemi sehingga dapat tetap mempekerjakan pekerja.
PHK

Upaya lainnya, kata Ida, adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan di Balai Latihan Kerja (BLK) yang dikelola pemerintah.

Baca juga: Bupati Tangerang: 14.910 Karyawan Kena PHK, Juli Nanti Tambah Lagi 8.000

"Jadi yang sekarang dilakukan Kemenaker, disamping melakukan pelatihan vokasi, memberikan skilling (pelatihan keterampilan), upskiling (pendalaman keterampilan), reskilling (pelatihan keterampilan baru), kami juga memperluas kesempatan kerja melalui pelatihan kewirausahaan.

"Jadi kalau misalnya pasar kerjanya masih terbatas maka kita dorong mereka mengembangkan usaha secara mandiri," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com