Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

40 Pasien Covid-19 di Ambon Sembuh berkat Suplemen Herbal dari Profesor di Surabaya

Kompas.com - 02/07/2020, 17:16 WIB
Rahmat Rahman Patty,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Sebanyak 40 pasien positif Covid-19 yang menjalani perawatan di Rumah Sakit dr FX Suhardjo Lantamal Ambon, Maluku, dinyatakan sembuh dan telah berkumpul dengan keluarganya.

“Banyak yang kita rawat di sini sembuh, ada sekitar 40 pasien dan yang masih dirawat itu ada sekitar 15 pasien,” kata Direktur Rumah Sakit FX Suhardjo Lantamal Ambon Mayor Laut Satrio Sugiharto kepada Kompas.com saat dikonfirmasi via telepon, Kamis (2/7/2020).

Baca juga: Covid-19 di Surabaya dan Zona Merah Membeludak, Warga Sakit Sulit Dapat Pelayanan...

Dia menjelaskan, tingkat kesembuhan pasien corona yang menjalani perawatan di rumah sakit itu terbilang tinggi.

Ini karena, dalam penanganan, pihaknya ikut memadukan pendekatan medis dan juga terapi herbal.

Menurut dia, banyak pasien yang kini telah sembuh setelah menjalani terapi herbal di rumah sakit tersebut.

“Selain medis, kita pendekatannya dengan terapi herbal. Suplementasinya itu suplementasi herbal juga,” ucap Satrio.

Baca juga: Menkes Terawan Tiba-tiba Kunjungi Balai Kota Surabaya, Risma Ajak Keliling Pasar

Suplemen dan terapi herbal yang digunakan di rumah sakit tersebut tidak sama dengan produk yang ditawarkan BNPB dan BIN dalam penanganan pasien Covid-19.

Suplemen herbal yang digunakan didapat langsung dari seorang profesor yang ahli dalam bidang molekuler.

 

“Kita langganan dari Surabaya, kita dapat dari profesor ahli molekuler namanya Prof Sukardi. Beliau ahli molekuler dan itu hanya segelintir orang yang ada di dunia,” katanya.

Terapi herbal dan suplemen yang diberikan pihak rumah sakit sangat membantu para paisen corona.

Bahkan, pasien berusia 84 tahun dengan penyakit bawaan yang dirawat di rumah sakit tersebut dapat sembuh.

“Jadi pendekatan herbal, cuma kita tidak mau memublikasi terlalu besar. Terapi herbal ini kan sudah melewati riset yang dilakukan Profesor Sukardi itu, lalu kita riset lagi di sini. Kita petakan lagi, bandingkan pasien si A, si B,” ungkapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com