Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bahaya kalau Merasa Normal-normal Saja"

Kompas.com - 27/06/2020, 06:36 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Jawa Timur kini mencatatkan tambahan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia. Meski mengaku semua pihak sudah 'bekerja keras', Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, hingga kini masih banyak warganya yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

Pada Rabu (24/6/2020), tercatat tambahan 183 kasus baru positif virus corona di Jawa Timur, jumlah kasus baru positif tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Secara keseluruhan, ada 10.298 kasus Covid-19 di Jawa Timur.

"Kita harapkan dalam dua minggu ini betul-betul ada penurunan signifikan, baik R0-nya, baik Rt-nya, semuanya harapan bisa turun sehingga kita bisa masuk tatanan normal baru sehingga masyarakat bisa beraktivitas seperti biasa," ujar Presiden Joko Widodo ketika memberikan pengarahan terkait penanganan Covid-19 di Jawa Timur, Kamis (25/6/2020).

Baca juga: Jokowi Minta Jatim Turunkan Kasus Covid-19 dalam Dua Minggu, Bisakah? Ini Kata Epidemiolog

Dalam kunjungan kerja pertama Presiden sejak pandemi berlangsung ini, ia menegaskan pentingnya integrasi semua pihak terkait, baik gugus tugas, pemerintah daerah, maupun rumah sakit untuk melakukan manajemen krisis sehingga pandemi di Jawa Timur teratasi dan angka kasus positif turun.

"Oleh sebab itu, saya minta dalam waktu dua minggu pengendaliannya betul-betul kita lakukan bersama dan terintegrasi dari semua unit organisasi yang kita miliki di sini," tegasnya.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan bahwa semua pihak telah "bekerja keras" menangani pandemi, tetapi dirinya berharap "target yang lebih signifikan" akan tercapai dalam dua pekan mendatang.

"Mudah-mudahan kerja keras kita bisa memberikan penurunan yang lebih signifikan dari kasus yang muncul dan dari penurunan angka kematian, dan sebaliknya, adalah bagaimana meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19 di Jawa Timur," jelas Khofifah.

Baca juga: Diminta Jokowi Tekan Covid-19 dalam 2 Minggu, Ini Kata Khofifah dan Risma

Angka kesembuhan tertinggi

Gubernur Jawa Timur saat meninjau kesiapan normal baru di Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang pada Selasa (16/06) SYAIFUL ARIF/ANTARA Gubernur Jawa Timur saat meninjau kesiapan normal baru di Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang pada Selasa (16/06)
Lebih jauh Khofifah menjelaskan meski pada Rabu (24/6/2020) provinsinya mencatatkan tambahan kasus positif terbanyak di indonesia, dia mengatakan bahwa pada hari yang sama tercatat 241 pasien positif virus corona sembuh.

"Secara persentase 31,47%, ini adalah persentase tertinggi kesembuhan,"

Akan tetapi, Khofifah menyadari bahwa penularan Covid-19 ini luar biasa cepat. Di dunia saja, penyebaran kasus Covid-19 dari 4 juta menjadi 8 juta hanya dalam waktu 17 hari.

Sementara di Indonesia, 20.000 menjadi 40.000 kasus dalam waktu 28 hari. Sedangkan, di Jawa Timur, 4.000 menjadi 8.000 kasus dalam waktu 14 hari.

Baca juga: Jokowi Minta Covid-19 di Jatim Turun dalam 2 Pekan, Khofifah: Tugas Ini Ringan jika...

"Ini yang juga kita lakukan kewaspadaan di semua lini," kata dia.

Dia kemudian menjelaskan dari 10.298 kasus Covid-19 di Jawa Timur, 48,3% terjadi di Surabaya, diikuti oleh Sidoarjo dan Gresik.

Adapun, per 24 Juni transmision rate atau Rt di Jawa Timur sebesar 1,08%, padahal pada 9 Juni silam, jumlahnya sempat turun menjadi 0,86%.

Dia menjelaskan Rt di Surabaya Raya sempat berada di bawah angka 1 selama enam hari. Sementara Rt di Sidoarjo selama delapan hari sempat berada di bawah angka 1. Demikian halnya Rt di Gresik yang sempat enam hari berada di bawah 1.

"Hari itu kita sudah merasa bahwa sebentar lagi kalau terus dibawah 1 kita sudah siap masuk new normal, tapi kemudian tidak mudah," kata Khofifah.

Baca juga: Ultimatum Jokowi dan Harapan Pengendalian Kasus Virus Corona di Jatim...

Personel TNI-Polri dikerahkan untuk memastikan masyarakat menerapkan protokol Covid-19 selama masa transisi menuju normal baru di Jawa Timur Zabur Karuru/ANTARA Personel TNI-Polri dikerahkan untuk memastikan masyarakat menerapkan protokol Covid-19 selama masa transisi menuju normal baru di Jawa Timur
Dalam catatan BBC Indonesia, pada Selasa (09/06), Kota Surabaya, Kab. Gresik dan Kab. Sidoarjo resmi menghentikan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan menyatakan hanya menerapkan protokol Covid-19 secara ketat.

Khofifah dalam pertemuan dengan Presiden mengatakan hingga kini masih banyak warganya yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

Pernyataan Khofifah merujuk pada temuan dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga, 81,7% tempat ibadah masih aktif, sebanyak 70.6% warga tidak mengenakan masker dan 64,6% tidak melakukan jaga jarak sosial.

"Pasar tradisional sudah kami minta menggunakan faceshield tapi masih 84,1 tidak menggunakan masker, 89% belum melakukan physical distancing," jelas Khofifah.

"Pada posisi inilah yang kemudian memunculkan klaster-klaster baru, terutama di titik-titik yang terkait potensi kerumunan massa itu berasal," imbuhnya.

Baca juga: 4 Fakta Kunjungan Jokowi ke Jatim, Puji Madiun hingga Blusukan ke Pasar Banyuwangi

Kunjungan kerja perdana Presiden ke zona merah

Kunjungan Jokowi ke vila yang berlatar belakang Selatan Bali tersebut untuk mengencek kesiapan tatana baru di sektor paiwisata.= di wilayah paling timur Pulau Jawa.Humas Pemkab Banyuwangi Kunjungan Jokowi ke vila yang berlatar belakang Selatan Bali tersebut untuk mengencek kesiapan tatana baru di sektor paiwisata.= di wilayah paling timur Pulau Jawa.
Terkait klaster-klaster baru muncul di kerumunan massa, Presiden Jokowi diagendakan meninjau pasar tradisional dan Pasar Pelayanan Publik Rogojampi di Banyuwangi.

Setelahnya, Presiden dijadwalkan ke Pantai So Long untuk meninjau kesiapan adaptasi kebiasaan baru di destinasi wisata tersebut. Demikian rilis tertulis Biro Pers, Media, Dan Informasi Sekretariat Presiden,

"Harapan Presiden di sana masyarakat bisa produktif untuk mengeksploitasi wisata yang ada di Banyuwangi sehingga kita tidak terbelenggu dengan kondisi PSBB, tidak terbelenggu dengan kondisi Covid-19," kata Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono.

Kunjungan Presiden ke zona merah pandemi Covid-19 ini merupakan kunjungan perdana di tengah pandemi.

Baca juga: Soal Jokowi Minta 2 Pekan Kasus Covid-19 di Jatim Turun, Pemkab Madiun Gencar Rapid Test

Namun Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan rombongan yang ikut terbatas, hanya 25 penumpang dari total 55 penumpang kapasitas pesawat kepresidenan yang digunakan dalam kunjungan.

Selain itu semua orang dalam rombongan termasuk Presiden Jokowi 'mengikuti protokol Covid-19 termasuk rapid test'.

"Mudah-mudahan kunjungan Presiden pertama dalam kondisi new normal ini bisa diikuti dengan kegiatan ekonomi lain yang tidak lepas dari pengetatan protokol kesehatan," kata Heru.

Baca juga: Ini Kata Risma soal Jokowi Minta 2 Pekan Kasus Covid-19 di Jatim Turun

'Bahaya kalau merasa normal-normal saja'

Tes PCR keliling di Tulungagung, Jawa Timur digelar pada 29 Mei Destyan Sujarwoko/ANTARA Tes PCR keliling di Tulungagung, Jawa Timur digelar pada 29 Mei
Dalam pertemuan dengan Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur, Presiden memperingatkan akan dua ancaman krisis selama pandemi, yakni krisis kesehatan dan krisis ekonomi.

International Monetary Fund (IMF) memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi semua negara akan anjlok pada 2020, dengan Amerika Serikat diperkirakan tumbuh -8%, Jepang -5,8%, Prancis -12,5%, Inggris -10.2%, Italia -12,8%, dan Jerman -7,5%.

Sedangkan Indonesia untuk kuartal II, yang tengah berjalan sampai akhir Juni 2020, pemerintah Indonesia memproyeksi ekonomi akan menyusut sampai minus 3,8%

Baca juga: Kunjungan Jokowi ke Zona Merah Covid-19...

Kondisi pandemi, lanjut Jokowi, akan mempengaruhi permintaan luar negeri sehingga pasokan dan produksi sudah pasti akan terganggu.

"Artinya demand, supply dan produksi rusak dan gagal. Ini yang harus kita ketahui bersama dalam proses mengendalikan Covid-19, yang merupakan urusan kesehatan, tapi kita juga ada masalah lain urusan ekonomi," kata Presiden.

Untuk itu, dia mengingatkan semua pihak agar memiliki "perasaan yang sama" bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi krisis kesehatan, sekaligus krisis ekonomi.

Baca juga: Jokowi: Banyuwangi Paling Siap Menuju Normal Baru

"Jangan sampai kita masih merasa normal-normal saja, berbahaya sekali," tegasnya.

"Jangan sampai masyarakat yang memiiki perasaan yang masih normal-normal saja, sehingga ke mana-mana tidak pakai masker, lupa cuci tangan, masih berkerumun di dalam kerumunan yang tidak perlu, ini yang harus kita ingatkan," ujar Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com