Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riau Tindak Lanjuti Perintah Presiden untuk Antisipasi Karhutla

Kompas.com - 25/06/2020, 11:03 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan kepada setiap daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) untuk memanfaatkan teknologi dalam melakukan pencegahan.

Presiden mencontohkan, seperti Polda Riau yang menciptakan aplikasi Dashboard Lancang Kuning untuk memonitor dan mengawasi area yang rawan titik panas atau hotspot.

"Saya lihat di Polda Riau sangat bagus, memberikan sebuah contoh dalam mengantisipasi karhutla," ucap Jokowi dalam rapat di Istana Merdeka, Selasa (23/6/2020) lalu.

Baca juga: Empat Arahan Presiden untuk Antisipasi Karhutla

Presiden juga memerintahkan kepada seluruh wilayah untuk menjalin sinergi hingga ke tingkat bawah agar mempermudah penanganan karhutla.

Menindaklanjuti instruksi tersebut, Kapolda Riau Irjen Agung Setia Imam Effendi, Gubernur Riau Syamsuar, bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau dan instansi lainnya mengadakan rapat koordinasi (rakor), Rabu (24/6/2020).

Padamkan titik api di lahan gambut bukan perkara mudah

Pada rapat itu, Kapolda Riau menjelaskan adanya perintah dari Presiden untuk menangani karhutla dengan menggunakan teknologi, dengan sinergi dan kerja sama semua pihak serta penanganan secara dini, bahkan sejak apinya masih kecil.

"Penanganan karhutla tahun Ini dapat kita lakukan dengan baik berkat kerja sama kita semua. Setidaknya ada 5.611 titik api yang telah dipadamkan sampai dengan 23 Juni ini," sebut Agung kepada Kompas.com melalui keterangan tertulis, Kamis (25/6/2020).

Baca juga: Jokowi: Di Tengah Kesibukan Hadapi Pandemi, Jangan Lupa Antisipasi Karhutla

Dia menyebutkan, pemadaman titik api di lahan gambut bukan perkara mudah. Seperti yang terjadi di Kecamatan Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, butuh waktu 30 hari untuk memadamkan api.

Namun, berkat kerja sama tim titik api berhasil dipadamkan. Menurut Agung, sebanyak 13.110 personel gabungan yang sudah bekerja di lapangan dengan menggunakan peralatan yang lengkap, seperti mesin pompa air 5.530 unit, selang air 12.424 set, dan alat transportasi roda dua 795 unit serta 439 unit roda empat.

Agung juga menyampaikan, sepanjang tahun 2020, pihaknya telah menangani 21 kasus karhutla dengan 58 orang tersangka berhasil diamankan. Sebanyak 40 kasus telah dilimpahkan ke kejaksaan.

"Penanganan kasus karhutla tahun ini juga sebagai evaluasi kita bersama guna mencegah apa yang kemungkinan terjadi pada masa yang akan datang. Aplikasi Lancang Kuning sangat-sangat berguna bagi kita semua untuk selalu mengetahui di mana saja titik api yang ada di Provinsi Riau," jelas Agung.

Siagakan helikopter water bombing

Sementara itu, Gubernur Riau Syamsuar menekankan agar pemantauan karhutla terus dilakukan, meski pun berada dalam situasi Covid-19.

Menurutnya, dengan adanya kerjasama yang baik, maka Riau juga akan bisa menangani karhutla denhan baik dari tahun ke tahun.

"Pemerintah Provinsi Riau telah menyediakan peralatan untuk pemadam karhutla, dan juga peralatan untuk petani yang akan didistribusikan ke 12 kabupaten dan kota di Riau. Dimana setiap UPT (unit pelaksana teknis) akan diberikan alat dan juga menyediakan dana guna mencegah kebakaran hutan dan lahan," ucap Syamsuar.

Kepala BPBD Provinsi Riau Edward Sanger mengaku karhutla di Riau tahun ini cukup jauh menurun dibandingkan tahun lalu.

"Tahun 2019 dari Januari sampai Juni luas karhutla di Riau 3.666 hektar. Dibandingkan tahun ini periode yang sama, itu cuma 1.156 hektar. Jadi turunya sekitar 63 persen," sebut Edward saat diwawancarai Kompas.com, Kamis (25/6/2020).

Baca juga: Doni Monardo: Hindari Asap Karhutla agar Selamat dari Bahaya Covid-19

Status siaga darurat karhutla

Menurut dia, karhutla di Riau bisa ditekan berkat upaya kerjasama TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, serta komponen masyarakat.

Edward mengatakan, saat ini ada enam unit helikopter water bombing dan dua unit helikopter patroli yang diperbantukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menanggulangi karhutla di Riau.

Sedangkan satu unit helikopter water bombing digeser ke Sumatera Selatan (Sumsel) untuk membantu tim satgas di sana menanggulangi karhutla.

"Riau sudah menetapkan status siaga darurat karhutla mulai 11 Februari sampai 31 Oktober 2020 mendatang. Dan kita akan terus berupaya melakukan pencegahan-pencegahan agar karhutla tidak terjadi di Riau," pungkas Edward.

Baca juga: Jumlah Kasus Covid-19 di Riau Masih Melonjak

 

Musim kemarau fase dua

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Otto Sukisno mengatakan, saat ini Riau memasuki musim kemarau fase kedua. Sedangkan fase pertama sudah  berlangsung sejak Januari-Maret lalu.

"Musim kemarau fase kedua mulai akhir Mei dan berlangsung sampai September atau Oktober 2020," sebut Otto saat diwawancarai Kompas.com, Kamis.

Dia menjelaskan, beberapa wilayah saat ini masih ada yang musim hujan. Tetapi,

secara umum pada bulan Mei dasarian tiga sampai Juni hampir sebagian besar sudah musim kemarau dan puncaknya akhir sekitar Juni atau Juli.

Berikutnya, bulan September atau Oktober mulai musim hujan.

"Jadi, secara umum memang cuaca di Riau tahun ini sepertinya dalam kondisi normal. Tidak seperti tahun lalu. Kalau tahun lalu itu memang ada La Nina lemah sampai Juli. Kemudian La Nina lemah hilang atau netral dan dipole positif yang kuat

menyebabkan curah hujan sangat kurang di Riau," kata Otto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com