BANDUNG, KOMPAS.com - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menanggapi soal peredaran telur tetas (hatched egg/HE) yang ditemukan beredar di sejumlah pasar.
Menurut Syahrul, pihaknya akan terus menelusuri peredaran telur HE dari hulu ke hilir.
"Yang ditemukan kita harus tindak tegas. Kedua, penemuan itu harus dilakukan pemusnahan sampai di mana titik ditemukan. Kita nggak boleh setengah-setengah menghadapi," kata Syahrul saat ditemui di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (16/6/2020).
Telur HE sendiri umumnya berasal dari perusahaan-perusahaan pembibitan (breeding) ayam broiler atau ayam pedaging.
Baca juga: Soal Telur Infertil di Pasar Tasikmalaya, Ini Imbauan Polisi untuk Konsumen
Telur HE merupakan telur infertil atau telur yang tidak bisa ditetaskan menjadi anakan ayam atau DOC (day old chicken).
Selain dari telur infertil, telur HE bisa berasal dari telur fertil atau telur tertunas. Telur tersebut sengaja tak ditetaskan perusahaan penetasan. Alasannya antara lain suplai DOC yang sudah terlalu banyak, sehingga biaya menentaskan telur lebih mahal daripada harga DOC.
Ia menyebut, saat ini penyebaran telur itu belum terlalu banyak. Kendati begitu, ia mengaku bekerja sama dengan jajaran kepolisian untuk mencari tahu pola penyebaran telur tersebut.
"Bukan tidak ada, hanya 100 atau 1.000 yang dilepas tapi seakan goncang seluruhnya. Tapi itu tetap jadi pesan bagi kita. Bagi saya kalau salah tetap ditindak. Banyak juga setelah kita teliti laporan itu ternyata adalah modus, bukan yang sebenarnya. Ada terjadi di satu tempat saya nggak bisa sebut, kami kejar terus dengan kepolisian ternyata bukan (telur infertil), bukan sesuatu. Ada target tertentu untuk menyampaikan sesuatu di situ," tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil belum mendapat laporan soal peredaran telur infertil di Jawa Barat. Meski begitu, ia akan tetap meminta jajarannya untuk mengawasi dengan memeriksa kualitas bahan pangan lewat laboratorium mini di sejumlah pasar.
"Kita mengerjasamakan dengan kepolisian dan TNI terkait keamanan pangan. Karena di Jabar ini penduduknya paling banyak, 50 juta penduduk yang makan dengan pangan yang harus kita jaga keamanannya. Kita ada mini laboratorium di pasar untuk mengecek kualitas pangan membedakan daging celeng dengan daging sapi termasuk telur infertil kita kondisikan," jelasnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.