Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Tahun Gempa Yogya, Gotong Royong Jadi Modal untuk Bangkit

Kompas.com - 27/05/2020, 19:31 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

"Sekarang tidak ada peringatan, karena sekarang sedang terjadi pandemi corona," ucap Daru. 

 

Wisata bencana

Warga Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Heri Susanto mengatakan, hal serupa. Untuk kembali hidup normal memerlukan waktu beberapa tahun.

Dia mengenang saat itu, beberapa hari pasca gempa banyak sekali warga yang datang ke wilayah Bantul, termasuk ke Desa Pendowoharjo.

Heri yang saat ini bertugas di Gunungkidul ini menceritakan, warga harus menulis imbauan agar masyarakat tidak berkunjung. 

Padahal, beberapa hari pascagempa, masyarakat di sana masih sibuk membersihkan puing rumahnya, dan banyak warga dari luar wilayah datang hanya untuk menonton.

"Waktu itu kami membuat tulisan intinya warga dari luar tidak hanya datang untuk melihat, kami bukan tontonan," ucap Heri. 

Baca juga: 11 Tahun Gempa Yogya, Kampus Itu Kini Jadi Lahan Kosong

Setelah itu, keluarganya tinggal bersama 10 keluarga yang lain dalam satu barak selama beberapa pekan. Setelah gempa, dirinya dan keluarga kembali membangun rumah dengan sruktur bangunan yang lebih kuat dibanding sebelumnya.

"Pengalaman Mas, lebih baik membangun rumah dengan struktur kuat dengan besi yang sesuai standar," ucap Heri. 

Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan, dilihat struktur bangunan rumah, warga di Bantul dipastikan sudah menggunakan tulangan besi.

Namun, tulangan besi juga dimakan usia sehingga perlu dilakukan pengecekan dan perbaikan.  

Dwi mengatakan, ketika gempa bumi 27 Mei 2006 silam, bisa dilihat korban mulai dari warga yang mengalami luka-luka, meninggal dunia hingga bangunan yang rusak ringan hingga berat.

Modal sosial masyarakat dan gotong royong mempercepat penanganan pascagempa. Termasuk diaplikasikan untuk saat ini.

"Modal sosial yang dimiliki masyarakat Bantul ini harus juga bisa dikelola ketika saat ini kita menghadapi bencana Covid-19 yang tidak kelihatan. Siapa yang menularkan dan siapa yang tertular sama sekali tidak kita ketahui,"ucap Dwi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com