Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Tahun Gempa Yogya, Gotong Royong Jadi Modal untuk Bangkit

Kompas.com - 27/05/2020, 19:31 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Hampir semua rumah di Dusun Gunungan RT 1, Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta, luluh lantak akibat diterjang gempa bumi berkekuatan 5,9 SR, Sabtu (27/5/2006) lalu.

Kejadian itu berlangsung 14 tahun lalu dan seiring berjalannya waktu, dusun yang terletak tepat di belakang Gereja Ganjuran ini bangkit.

"Wilayah saya (Dusun Gunungan) termasuk parah, dan zona merah gempa waktu itu. Hampir seluruh rumah di sini rata dengan tanah," kata salah seorang warga, Heronimus Daru, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (27/5/2020).

Baca juga: 14 Tahun Gempa Yogya: Kisah Warga Satu Dusun di Sleman Naik Truk Bantu Korban Gempa di Bantul

Akibat gempa yang terjadi pada pukul 05.55 WIB dan terjadi sekitar 57 detik ini, 8 orang warga RT 1 meninggal dunia saat itu.

Beberapa warga lainnya menyusul meninggal di rumah sakit akibat luka yang diderita.

Daru bercerita, dua rumah peninggalan kakeknya itu luluh lantak, istrinya sedang hamil tua.

Dua hari setelah gempa, anak pertamanya lahir dan harus mengungsi selama 40 hari ke rumah saudara jauh di Wonogiri, Jawa Tengah.

"Setelah 40 hari, anak saya baru diajak pulang ke Bantul, dan tinggal di kandang selama hampir 3 bulan, sampai rumah layak ditempati," kata Daru.

Saat itu, pemerintah memberi bantuan stimulan untuk pembangunan rumah rusak sebesar Rp 15 juta.

Selain itu, bantuan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri terus berdatangan.

Namun, saat itu, untuk membangun rumah yang ditinggalinya sekarang membutuhkan biaya cukup besar. Untuk membangun rumah orang tuanya, Daru harus menjual dua ekor sapi dan harus berhutang. 

Seluruh RT kembali bisa hidup normal sekitar 5 tahun pascagempa. Seluruh rumah sudah mulai terbangun sekitar tahun 2011.

Rumahnya dibangun sesuai bangunan yang ambruk, namun diberi kekuatan tulang dari besi.

Meski lama, dengan gotong royong, guyup rukun di desa cukup tinggi membuat masyarakat cepat beradaptasi dengan situasi yang sulit. 

"Kalau rumah saya mungkin sekitar hampir 10 tahun bisa normal kembali, dan seperti saat ini. Tapi waktu yang lama itu tidak terasa karena di desa gotong royongnya tinggi," ucap Daru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com