Salin Artikel

14 Tahun Gempa Yogya, Gotong Royong Jadi Modal untuk Bangkit

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Hampir semua rumah di Dusun Gunungan RT 1, Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta, luluh lantak akibat diterjang gempa bumi berkekuatan 5,9 SR, Sabtu (27/5/2006) lalu.

Kejadian itu berlangsung 14 tahun lalu dan seiring berjalannya waktu, dusun yang terletak tepat di belakang Gereja Ganjuran ini bangkit.

"Wilayah saya (Dusun Gunungan) termasuk parah, dan zona merah gempa waktu itu. Hampir seluruh rumah di sini rata dengan tanah," kata salah seorang warga, Heronimus Daru, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (27/5/2020).

Akibat gempa yang terjadi pada pukul 05.55 WIB dan terjadi sekitar 57 detik ini, 8 orang warga RT 1 meninggal dunia saat itu.

Beberapa warga lainnya menyusul meninggal di rumah sakit akibat luka yang diderita.

Daru bercerita, dua rumah peninggalan kakeknya itu luluh lantak, istrinya sedang hamil tua.

Dua hari setelah gempa, anak pertamanya lahir dan harus mengungsi selama 40 hari ke rumah saudara jauh di Wonogiri, Jawa Tengah.

"Setelah 40 hari, anak saya baru diajak pulang ke Bantul, dan tinggal di kandang selama hampir 3 bulan, sampai rumah layak ditempati," kata Daru.

Saat itu, pemerintah memberi bantuan stimulan untuk pembangunan rumah rusak sebesar Rp 15 juta.

Selain itu, bantuan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri terus berdatangan.

Namun, saat itu, untuk membangun rumah yang ditinggalinya sekarang membutuhkan biaya cukup besar. Untuk membangun rumah orang tuanya, Daru harus menjual dua ekor sapi dan harus berhutang. 

Seluruh RT kembali bisa hidup normal sekitar 5 tahun pascagempa. Seluruh rumah sudah mulai terbangun sekitar tahun 2011.

Rumahnya dibangun sesuai bangunan yang ambruk, namun diberi kekuatan tulang dari besi.

Meski lama, dengan gotong royong, guyup rukun di desa cukup tinggi membuat masyarakat cepat beradaptasi dengan situasi yang sulit. 

"Kalau rumah saya mungkin sekitar hampir 10 tahun bisa normal kembali, dan seperti saat ini. Tapi waktu yang lama itu tidak terasa karena di desa gotong royongnya tinggi," ucap Daru.

"Sekarang tidak ada peringatan, karena sekarang sedang terjadi pandemi corona," ucap Daru. 

Wisata bencana

Warga Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Heri Susanto mengatakan, hal serupa. Untuk kembali hidup normal memerlukan waktu beberapa tahun.

Dia mengenang saat itu, beberapa hari pasca gempa banyak sekali warga yang datang ke wilayah Bantul, termasuk ke Desa Pendowoharjo.

Heri yang saat ini bertugas di Gunungkidul ini menceritakan, warga harus menulis imbauan agar masyarakat tidak berkunjung. 

Padahal, beberapa hari pascagempa, masyarakat di sana masih sibuk membersihkan puing rumahnya, dan banyak warga dari luar wilayah datang hanya untuk menonton.

"Waktu itu kami membuat tulisan intinya warga dari luar tidak hanya datang untuk melihat, kami bukan tontonan," ucap Heri. 

Setelah itu, keluarganya tinggal bersama 10 keluarga yang lain dalam satu barak selama beberapa pekan. Setelah gempa, dirinya dan keluarga kembali membangun rumah dengan sruktur bangunan yang lebih kuat dibanding sebelumnya.

"Pengalaman Mas, lebih baik membangun rumah dengan struktur kuat dengan besi yang sesuai standar," ucap Heri. 

Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan, dilihat struktur bangunan rumah, warga di Bantul dipastikan sudah menggunakan tulangan besi.

Namun, tulangan besi juga dimakan usia sehingga perlu dilakukan pengecekan dan perbaikan.  

Dwi mengatakan, ketika gempa bumi 27 Mei 2006 silam, bisa dilihat korban mulai dari warga yang mengalami luka-luka, meninggal dunia hingga bangunan yang rusak ringan hingga berat.

Modal sosial masyarakat dan gotong royong mempercepat penanganan pascagempa. Termasuk diaplikasikan untuk saat ini.

"Modal sosial yang dimiliki masyarakat Bantul ini harus juga bisa dikelola ketika saat ini kita menghadapi bencana Covid-19 yang tidak kelihatan. Siapa yang menularkan dan siapa yang tertular sama sekali tidak kita ketahui,"ucap Dwi.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/27/19310841/14-tahun-gempa-yogya-gotong-royong-jadi-modal-untuk-bangkit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke