Setelah terpal dan bambu terkumpul, malam harinya warga Rejodani menggunakan truk dan beberapa mobil pikap berangkat dari Sleman menuju ke Bantul.
"Malam hari kami itu berkeliling di sekitaran jalan Parangtritis, kami bawa bambu dan terpal, kami bangunkan tenda untuk tidur warga yang rumahnya roboh," ungkap dia.
Saat itu, kondisi Bantul juga tidak ada lampu penerangan. Sehingga warga Rejodani mengumpulkan botol kaca bekas yang ada di rumah.
Botol tersebut lantas dimodifikasi untuk lampu penerangan.
Baca juga: Warga Peringati 14 Tahun Gempa Yogyakarta dengan Doa Bersama dari Jauh
"Kami bikin lampu dari botol, karena enggak ada peneranganya. Kami berkeliling membagikan lampu," urai dia.
Aris menuturkan, ibu-ibu rumah tangga di Rejodani berinisiatif untuk memasak dan membuat nasi bungkus.
Kondisi korban gempa saat itu membutuhkan logistik makanan.
Nasi bungkus ini juga dibagikan di beberapa wilayah Kabupaten Bantul untuk warga korban gempa.
"Nasi bungkus ini kami kirimkan ke semua daerah di Bantul," tutur dia.
Tak berhenti disitu, pada saat proses rekonstruksi, warga Rejodani kembali tergerak untuk membantu.