Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Tahun Gempa Yogya: Kisah Warga Satu Dusun di Sleman Naik Truk Bantu Korban Gempa di Bantul

Kompas.com - 27/05/2020, 16:56 WIB
Wijaya Kusuma,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - 14 tahun silam, gempa bumi berkekuatan 5,9 skala richter mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya.

Gempa yang terjadi pada pagi hari tersebut, berdampak pada jatuhnya korban jiwa dan bangunan-bangunan seperti rumah warga Bantul rusak.

Posisi episentrum gempa pada 27 Mei 2006 di koordinat 8,26 Lintang Selatan dan 110,33 Bujur Timur, atau pada jarak 38 kilometer selatan Yogyakarta pada kedalaman 33 kilometer.

Kerusakan terparah akibat gempa 27 Mei 2020 terjadi di Kabupaten Bantul.

Baca juga: Mengenang Gempa Yogyakarta 27 Mei 2006: Di Balik Bencana, Gotong Royong Warga Jadi Makin Erat

Kondisi masyarakat Kabupaten Bantul yang menjadi korban gempa, mengetuk hati warga di Kabupaten Sleman untuk membantu.

Salah satunya seperti yang dilakukan oleh para warga Dusun Rejodani, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.

Mereka secara spontan membantu para warga di Kabupaten Bantul sejak hari pertama gempa bumi.

"Jadi, ada saudaranya warga di sini yang tinggal di Bantul. Dari situ, Kami mendapat Informasi kondisi di sana," ujar Kepala Dukuh Rejodani, Aris Margono saat dihubungi, Kompas.com, Rabu (27/05/2020).

Dampak dari gempa menyebabkan rumah-rumah warga rusak. Bahkan, banyak yang tidak bisa ditinggali lagi karena rusak berat.

Melihat situasi tersebut, warga Rejodani langsung menggalang bantuan berupa tenda terpal. Selain terpal, warga juga membawa bambu.

Setelah terpal dan bambu terkumpul, malam harinya warga Rejodani menggunakan truk dan beberapa mobil pikap berangkat dari Sleman menuju ke Bantul.

"Malam hari kami itu berkeliling di sekitaran jalan Parangtritis, kami bawa bambu dan terpal, kami bangunkan tenda untuk tidur warga yang rumahnya roboh," ungkap dia.

Saat itu, kondisi Bantul juga tidak ada lampu penerangan. Sehingga warga Rejodani mengumpulkan botol kaca bekas yang ada di rumah.

Botol tersebut lantas dimodifikasi untuk lampu penerangan.

Baca juga: Warga Peringati 14 Tahun Gempa Yogyakarta dengan Doa Bersama dari Jauh

"Kami bikin lampu dari botol, karena enggak ada peneranganya. Kami berkeliling membagikan lampu," urai dia.

Aris menuturkan, ibu-ibu rumah tangga di Rejodani berinisiatif untuk memasak dan membuat nasi bungkus.

Tugu Prasasti Peringatan Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 yang berada di sekitar pusat gempa di Dusun Potrobayan, Srihardono, Pundong, Bantul  KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Tugu Prasasti Peringatan Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 yang berada di sekitar pusat gempa di Dusun Potrobayan, Srihardono, Pundong, Bantul

 

Kondisi korban gempa saat itu membutuhkan logistik makanan.

Nasi bungkus ini juga dibagikan di beberapa wilayah Kabupaten Bantul untuk warga korban gempa.

"Nasi bungkus ini kami kirimkan ke semua daerah di Bantul," tutur dia.

Tak berhenti disitu, pada saat proses rekonstruksi, warga Rejodani kembali tergerak untuk membantu.

Menggunakan truk dan beberapa mobil, warga Rejodani berangkat kembali ke Bantul untuk kerja bakti membantu membangun rumah.

Waktu itu, lanjut dia, semua warga Rejodani baik tua maupun muda ikut ke Bantul untuk kerja bakti membangun rumah.

Baca juga: Terungkap, Benda Langit Misterius yang Bikin Geger Warga Yogyakarta, Ini Faktanya

 

Kebetulan, ada beberapa warga Rejodani yang berprofesi sebagai tukang bangunan.

"Selanjutnya, kami kerja bakti membantu bersih-bersih, membangun rumah yang roboh. Banyak yang ikut, semua warga ya lima puluhan orang ada, tapi di sana dibagi dua tempat," ungkap dia.

Dia menilai, apa yang dilakukan warga Rejodani saat gempa 2006 lalu sebagai bentuk solidaritas terhadap sesama.

Karena sebagai sesama manusia, haruslah saling peduli dan tolong menolong.

"Solidaritas, sebagai warga kita harus saling tolong menolong," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com