Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Warga Tolak Pemakaman Jenazah perawat | 2 Anggota KKB Tewas Disergap Aparat

Kompas.com - 11/04/2020, 05:45 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Warga menolak pemakaman jenazah seorang perawat yang meningggal karena corona di TPU Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

Penyebab penolakan tersebut salah satunya karena provokasi ketua RT di sekitar TPU di Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

Sementara itu di Timika, Papua, dua orang KKB dalang penembakana karyawan PT Freeport Indonesia tewas dalam penyergapan yang dilakukan aparat gabungan TNI-Polri.

Penyergapan itu berawal dari penangkapan enam warga yang diduga sebagai pemasok bahan makanan dan amunisi untuk KKB pimpinan Hengky Wamang.

Dua berita tersebut mendapatkan perhatian para pembaca Kompas.com. Berikut lima berita populer nusantara selengkapnya:

1. Ketua RT yang tolak pemakaman perawatan minta maaf

Penolak pemakaman perawat terpapar Covid-19 menyampaikan permintaan maaf. KOMPAS.com/DIAN ADE PERMANA Penolak pemakaman perawat terpapar Covid-19 menyampaikan permintaan maaf.
Purbo, Ketua RT 6 Dusun Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang meminta maaf karena telah menolak pemakamaman perawat RSUp Dr Karaidi yang meninggal karena positif corona.

"Atas nama pribadi dan warga saya minta maaf adanya kejadian kemarin itu. Saya minta maaf kepada perawat, warga Ungaran, dan pada seluruh masyarakat Indonesia," ungkapnya, Jumat (10/4/2020) di kantor DPW PPNI Jawa Tengah.

Purbo mengatakan, penolakan pemakaman di TPU Sewakul tersebut adalah aspirasi masyarakat yang berada di lokasi, termasuk beberapa ketua RT lain.

Baca juga: Duduk Perkara Pemakaman Perawat di Semarang Ditolak Warga, PPNI Turun Tangan hingga Ketua RT Minta Maaf

"Mereka mengatakan, Pak jangan di sini, jangan dimakamkan di Sewakul," ujarnya menirukan warga.

Karena desakan warga, akhirnya aspirasi tersebut diteruskan ke petugas pemakaman.

Dia menyatakan tidak mungkin mengabaikan aspirasi warga karena tanggung jawab sebagai Ketua RT.

Baca juga: Jenazah Perawat RSUP dr Kariadi Semarang Ditolak Warga, Perawat Kenakan Pita Hitam

Purbo mengakui, dalam hati dia menangis karena adanya penolakan pemakaman jenazah tersebut.

"Sungguh, saya juga menangis dengan kejadian tersebut. Apalagi istri saya juga perawat, tapi saya harus meneruskan aspirasi warga," ungkapnya.

Baca juga: Ketua RT yang Tolak Pemakaman Perawat di Semarang: Saya Menangis, Istri Saya Juga Perawat, tapi...

2. Jenazah perawat di tolak, PPNI bawa ke ranah hukum

Perawat kenakan pita hitamInstagram @DPW PPNI Jateng Perawat kenakan pita hitam
DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah membawa kejadian penolakan pemakaman perawat di Kabupaten Semarang ke ranah hukum.

Ia mengharapkan dengan adanya payung hukum yang jelas, kejadian tersebut tidak terulang kembali.

Ketua DPW PPNI Jateng, Edy Wuryanto mengatakan saat ini sedang mengumpulkan bukti dan dokumentasi terkait kejadian pada Kamis (9/4/2020) petang tersebut.

"Harus ada pembelajaran terkait kejadian ini. Kami sudah mengumpulkan ahli-ahli hukum yang tergabung di PPNI untuk memberi masukan dan kajian," jelasnya, Jumat (10/4/2020).

Menurut Edy, kejadian penolakan tersebut tidak akan terjadi kalau tidak ada provokator.

"Itu nanti mau masuk delik aduan atau gimana, biar ahli hukum yang menentukan. Kami hanya mengumpulkan bukti dan segala yang diperlukan, lalu kami ambil langkah selanjutnya," ungkapnya.

Baca juga: Jenazah Perawat di Semarang Ditolak, PPNI Jateng Bawa ke Ranah Hukum

3. Dua anggota KKB tewas setelah disergap aparat

Rumah yang dijadikan tempat persembunyian KKB di Jalan Trans Nabire, Kampung Jayanti, Distrik Iwaka, Mimika, Papua, Kamis (9/4/2020).HUMAS POLRES MIMIKA Rumah yang dijadikan tempat persembunyian KKB di Jalan Trans Nabire, Kampung Jayanti, Distrik Iwaka, Mimika, Papua, Kamis (9/4/2020).
Dua anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) dalang penembakan karyawan PT Freeport Indonesia tewas dalam penyergapan yang dilakukan aparat gabungan TNI-Polri.

Penyergapan itu berawal dari penangkapan enam warga yang diduga sebagai pemasok bahan makanan dan amunisi untuk KKB pimpinan Hengky Wamang.

Dari hasil interograsi, aparat gabungan menyergap sebuah rumah kayu di Jalan Trans Nabire, Kampung Jayanti, Distrik Iwaka, Mimika, Papua, Kamis (9/4/2020).

Dalam penyergapan itu, dua anggota KKB tewas setelah baku tembak dengan pasukan gabungan. Selain itu, pasukan gabungan menangkap satu anggota KKB berinisial IS.

Menurut Kapolres Mimika AKBP I Gusti Gde Era Adhinata beberapa anggota KKB kabur ke hutan dan membawa empat pucuk senjata api.

"Ada beberapa anggota KKB lari masuk ke hutan," kata Era.

Baca juga: Kronologi Tewasnya 2 Anggota KKB Penembak Karyawan Freeport, Disergap Aparat Saat Bersembunyi di Rumah Kayu

4. Driver ojol Muyono rapid test

Mulyono sudah sampai di rumahnya di Desa Srowot, Kalibagor, Banyumas saat bersama istrinya, Senin (6/4/2020). (Tribun Jateng/Permata Putra Sejati) Mulyono sudah sampai di rumahnya di Desa Srowot, Kalibagor, Banyumas saat bersama istrinya, Senin (6/4/2020). (Tribun Jateng/Permata Putra Sejati)
Mulyono pengemudi (driver) ojek online (ojol) asal Desa Srowot, Kecamatan Kalibagor, Banyumas menjalani rapid test virus corona.

Tes ini dilakukan setelah seorang penumpang berinisial SA yang menipu Mulyono mengalami demam dan batuk di Solo, Jawa Tengah, sepulangnya SA dari Jakarta.

Berdasarkan hasil rapid test tersebut, Mulyono dinyatakan non-reaktif.

"Sudah di-rapid test, hasilnya negatif," ujar Bupati Banyumas Achmad Husein, Kamis (9/4/2020).

Tak hanya itu, driver ojol yang memiliki tiga orang anak tersebut juga menjalani karantina mandiri di rumahnya usai mengantar SA dari Purwokerto ke Solo menempuh 230 kilometer.

SA menipu Mulyono yang saat itu tengah menunggu penumpang di sekitar Terminal Bulupitu Purwokerto.

Rupanya, SA merupakan seorang pemudik dari Jakarta dan hendak kembali ke Solo, Jawa Tengah.

Setelah kabur meninggalkan Mulyono tanpa bayaran, SA malah ditolak keluarganya ketika Baca juga: Driver Ojol Mulyono yang Ditipu Antar Penumpang Purwokerto-Solo Jalani Rapid Test, Hasilnya Non-Reaktif

5. Babby sitter dengan status PDP meningggal

Ilustrasi pasien terinfeksi virus coronaShutterstock Ilustrasi pasien terinfeksi virus corona
Baby sitter berinisial L (23), warga Kabupaten Madiun meninggal dengan status pasien dalam pengawasa (PDP). L meninggal setelah dua hari dirawat di RSUD dr Soedono, Madiun.

Sudah delapan tahun L merantau menjadi pengasuh di Jakarta. Setelah mudik dia berencana akan menikah.

“Sebenarnya almarhumah setelah mudik tahun ini akan menikah dengan kekasihnya. Namun, Allah berkehendak lain, ia meninggal setelah dua hari dirawat di RSUD dr Soedono Madiun,” ujar Camat Kare Tarnu Ashidiq yang dihubungi Kompas.com, Jumat (10/4/2020).

Baca juga: Mudik Dari Jakarta, Seorang Baby Sitter Meninggal, Statusnya PDP Covid-19

Sebelum dipulangkan ke kampung halamannya, L sudah sakit selama sepekan di Jakarta.

Oleh majikannya, L sempat dibawa ke rumah sakit dan diopname dengan diagnosis demam berdarah.

Selanjutnya korban dipulangkan dan diantar langsung oleh majikannya menggunakan mobil pribadi ke kampung halaman L, Sabtu (4/4/2020).

Baca juga: Sebelum Meninggal, Baby Sitter PDP Covid-19 Dibawa ke Orang Pintar, Disebut Sakit karena Disantet

Setiba di rumah, korban tidak langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Selama tiga hari di rumah, L merasakan badannya lemas, tidak mau makan, dan sulit diajak berkomunikasi.

L kemudian dirujuk ke RSUD dr Soedono karena riwayat korban yang pulang bekerja dari zona merah corona. Di rumah sakit, korban kembali mengalami muntah-muntah lalu diopname.

Kondisi kesehatan korban makin menurun dan akhirnya meninggal dunia, Kamis (9/4/2020) pukul 16.00 WIB.

Baca juga: Sebelum Meninggal, Baby Sitter Berstatus PDP Covid-19 Berencana Menikahi Kekasihnya

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dian Ade Permana, Muhlis Al Alawi | Editor: Khairina, Dheri Agriesta, David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com