KOMPAS.com- Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, rupanya memiliki ritual mengusir bala atau bahaya, termasuk penyakit menular seperti corona.
Di Kerinci Jambi misalnya, canang akan dibunyikan bila ada bencana atau wabah penyakit.
Setelahnya, masyarakat Kerinci mengumandangkan azan di depan rumah masing-masing selama tiga hari.
Sedangkan di Solo, Wali Kota dan jajarannya melakukan ritual cukur gundul.
Wali Kota Solo FX. Hadi Rudyatmo mengatakan, bagi masyarakat Jawa, ritual ini diyakini mampu menolak bala, apalagi setelah Solo berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) corona.
Berikut sederet ritual menolak bala yang dilakukan warga di sejumlah daerah untuk mengusir corona:
Baca juga: Sederet Kisah Perjuangan Mereka yang Berhasil Sembuh dari Covid-19..
Oleh Suku Rejang, ritual itu disebut dengan Kedurei.
Ketua Adat Suku Rejang, M Adinsyah mengatakan, ritual diwarnai pemanjatan doa pada Tuhan dan penghormatan pada leluhur dalam bahasa Rejang.
Ritual itu dilakukan di tengah sawah yang belum tertanami.
Orang-orang duduk melingkar serta memanjatkan doa.
"Pada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan doa. Pada para leluhur juga kami sampaikan saat ini kampung kita dalam ancaman, terdapat semacam wabah mengerikan menyerang Indonesia yakni Covid-19, peyakit ini menular serta mematikan," ujar Adinsyah.
Selain ancaman wabah corona yang membuat warga cemas, Kedurei juga digelar lantaran warga merasa khawatir dengan ancaman aktivitas tambang di desa mereka.
Baca juga: Fakta Sembuhnya Pasien Corona di Solo, Gejala Selalu Kehausan dan Rutin Konsumsi Empon-empon
Warga Kampung Yumame, Distrik Aitinyo, Kabupaten Maybrat, Papua Barat menggelar ritual adat Tah Was, Kamis (26/3/2020).
Ritual Tah Was ini diyakini bisa mengusir segala penyakit termasuk corona (Covid-19).
Melansir Antara, tetua adat setempat Markus Bortall mengatakan, ritual ini sudah dilakukan oleh orang-orang Maybrat sejak zaman dahulu.
Mereka meyakini, alam bisa mengusir segala penyakit.
Usai ritual, Bupati Bernard Sagrim dan Ketua DPRD Maybrat, Fernando Solossa menyampaikan penyuluhan mengenai Covid-19 pada warga.
Penyuluhan utamanya menyasar warga di daerah perbatasan seperti Kampung Konja. Aiwasi, Yumame, Welek dan Athabu.
Ia mengimbau warga tidak melakukan perjalanan ke luar daerah dan menjaga jarak.
Baca juga: Berjuang Lawan Covid-19 Sampai Sembuh, Christina: Ini Bukan Virus Biasa, Saya Sudah Mengalami
Ritual dilakukan menyusul adanya satu warga Kerinci yang dinyatakan positif corona.
Bertepatan dengan azan Magrib, masyarakat Kerinci keluar dan mengumandangkan azan di depan rumah masing-masing.
Hal ini dilakukan sejak Senin (30/3/2020) selama tiga hari berturut-turut.
Syeh Masjid Keramat Pulau Tengah Zainal Muktip mengatakan, sejak zaman nenek moyang warga di Pulau Tengah selalu menggelar ritual tolak bala.
Mereka yakin segala bahaya seperti penyakit menular hingga bencana alam dapat diusir dengan ritual tersebut.
Zainal mengungkakan, orang cerdik pandai atau ninik mamak terlebih dahulu membunyikan canang.
"Canang dibunyikan agar warga melakukan azan di setiap rumah selama tiga hari berturut-turut," kata dia, dilansir dari Tribun Jambi.
Suku Dayak Iban dan Melayu di Kecamatan Badau menggelar ritual adat dan doa tolak bala.
Ritual ini dilakukan agar mereka terhindar dari wabah corona.
Kegiatan tersebut digelar di kawasan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau, Sabtu (21/3/2020).
Dalam ritual, mereka minta agar masyarakat Kapuas Hulu dijauhkan dari Covid-19.
"Masyarakat berupaya melawan corona. Suku Dayak Iban menggelar ritual dan melayu menggelar doa tolak bala di pintu perbatasan," kata Camat Badau Adenan, dilansir dari Antara.
Ia pun mengimbau masyarakat senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan.
"Semoga upaya kita mulai dari pemerintah dan masyarakat dapat mencegah penyebaran Covid-19 dan wabah penyakit tersebut segera berakhir," kata dia.
Baca juga: Kisah Perawat Positif Covid-19, Sering Ditanya Anak Balitanya Kapan Pulang hingga Berjuang Sembuh
Mereka secara bersama-sama mencukur habis rambut mereka dengan keyakinan Covid-19 bisa segera hilang.
Cukur gundul dilakukan di rumah dinas Wali Kota Solo Lodji Gandrung, Rabu (25/3/2020).
Selain Rudy, Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo, Sekda Solo Ahyani, para kepala dinas hingga anggota DPRD Solo juga mengikuti aksi tersebut.
"Kalau orang Jawa bilang untuk tolak bala, boleh percaya, boleh tidak," kata Rudy seperti dilansir dari Tribun Solo.
Menurutnya, aksi tersebut adalah bagian dari usaha di samping juga melakukan tindakan nyata.
"Namanya ikhtiar, berbagai hal yang kita lakukan, sepanjang itu tidak merugikan orang lain," tandasnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Bengkulu, Firmansyah | Editor : Abba Gabrillin) Antara, Tribun Jambi, Tribun Solo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.