Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Bupati Ade Yasin Berang Bogor Kerap Dituding Jadi Penyebab Banjir Jakarta

Kompas.com - 06/03/2020, 23:05 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Bogor kerap menjadi pembahasan ketika terjadi banjir di Jakarta dan sekitarnya.

Memiliki 96 situ (istilah untuk danau di Jawa Barat) yang berfungsi sebagai sumber kehidupan dan potensi pariwisata.

Situ itu membuat Bogor dikenal dengan pesona alamnya yang luar biasa dan begitu indah.

Tak jarang wisatawan dari luar daerah datang untuk liburan di akhir pekan.

Bahkan, banyak pula pendatang yang memilih menetap di Bogor karena lokasinya yang tak jauh dari ibu kota.

Namun, eksistensi Bogor mulai menjadi ancaman bagi warga Jakarta dan sekitarnya akibat banjir.

Baca juga: Bukit Girijaya Bogor Longsor, Akses Jalan Jonggol-Cikalong Terputus

Alih-alih memberi solusi, Bogor justru sering dikambinghitamkan sebagai salah satu penyebab bencana banjir tersebut.

Hal itulah yang membuat Bupati Bogor Ade Yasin geram karena sering sekali dituding jadi biang kerok banjir di kawasan hilir (Jakarta).

Atas tuduhan itu, ia pun tergugah dan terdorong untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya menjaga alam dan lingkungan.

Ade bersama warganya juga tak ingin berlama-lama dengan tuduhan tersebut.

Ia juga mengingatkan bahwa Bogor selalu memberi kontribusi yang baik tidak hanya persoalan banjir saja.

"Bogor selalu disalahkan ketika banjir, rido teu disalahkan (Rela nggak disalahkan)? Embungnya (nggak mau kan) tapi di samping enggak ridho kita juga ada kontribusi juga lho," ucap Ade di hadapan ribuan warganya dalam kegiatan Bebersih Setu Aksi Cegah Banjir, di Desa/Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (06/03/2020).

"Vila di Tamansari yang bikin orang mana? Di Puncak? Pamijahan yang bikin orang mana?," tanya Ade kepada warga yang diiringi dengan jawaban "orang Jakarta".

"Hampura nya (Maaf yah) tinggal di sini, makan di sini, buang air di sini, mandi di sini, jadi ketika musim hujan dikirim lagi ke sana (Jakarta) seimbang kan? Jadi nggak salah Bogor. Kitu mereun (Seperti itu mungkin)," sambung Ade.

Daripada saling menyalahkan, kata Ade, seharusnya kita saling berkontribusi dalam mencegah banjir baik di Jakarta maupun di Bogor.

"Tapi ini bukan persoalan (warga Jakarta) itu ya, tapi bagaimana kita harus bisa bersama-sama menangani banjir, tidak hanya di sini tapi bagaimana penanganannya," kata Ade.

Dalam kesempatan itu, Ade mengungkapkan beberapa hal terkait persoalan banjir di Jabodetabek yang menjadi masalah bersama.

Pemerintah pusat mengambil langkah dengan membangun sejumlah waduk di wilayah Bogor yang kerap menyumbang banjir lintasan.

Waduk itu yakni Sukamahi, Ciawi, Cibeet, Cijurey dan Narogong, itu semua membutuhkan lahan puluhan hektare. Pihaknya mengaku sudah dan sedang melakukan pembebasan tanahnya

"Terus terang, saya kemarin ketika rapat dengan pusat, BNPB, saya agak sedikit mengungkapkan unek-unek. Kenapa sih Bogor selalu diminta untuk menanggulangi banjir di hilir? Sementara ketika hilir diminta kontribusi apa saja yang siap dan sudah diberikan, itu tidak ada sama sekali kontribusinya. Kalau ada apa coba, tidak ada kan?" ungkapnya disambut tepuk tangan warganya.

Menurut Ade, kegiatan bersih situ ini tentu sebagai wujud keprihatinan Pemkab Bogor dalam menanggulangi darurat sampah yang menjadi penyebab banjir.

Kegiatan itu juga untuk membangun kesadaran masyarakat dalam memelihara kebersihan lingkungan dan alamnya.

Baca juga: Longsor di Area Pemakaman Bogor, Belasan Mayat Hilang

Ade berjanji ke depannya Pemkab Bogor akan merawat 96 situ yang ada di Kabupaten Bogor sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pemulihan daerah tangkapan air.

Kegiatan seperti ini juga harus sering dilakukan dengan melibatkan masyarakat.

"Situ Jagaraksa ini merupakan satu dari 96 situ yang ada di Kabupaten Bogor, bayangkan kalau seluruhnya kita rawat semua. Insya Allah meminimalisir banjir. Bahkan banjir bisa kita kendalikan," katanya.

Pembersihkan Situ Jagaraksa ini dilakukan dengan menggunakan empat perahu karet untuk membersihkan situ dari sampah dan Pembersihan badan sungai dibagi menjadi empat tim. Salah satunya Bupati Ade Yasin.

Penyebab banjir

Selain itu, Ade memaparkan sejumlah penyebab terjadinya banjir. Pertama, kata dia, banjir air itu lebih disebabkan kurangnya perawatan situ-situ yang ada di Bogor ini.

"Sebagian besar situ-situ yang ada di Bogor itu, sebagai hulunya sungai banyak yang dangkal. Seperti situ di sini adalah hulu atau titik nolnya Sungai Ciapus yang mengalir ke Cisadane, kalau airnya mampet, situnya meluap kemudian drainase buruk akhirnya banjir. Jadi seharusnya kita ini harus mau merawatnya tak hanya di hilir saja, tapi dari hulu ke hilir," katanya.

Kemudian, lanjut dia, yaitu banjir manusia. Alasannya, karena di Bogor ini sebagai daerah penyangga ibu kota kerap dijadikan sebagai daerah "pelarian" bagi warga Jakarta yang pemukimannya digusur.

"Sehingga jumlah penduduk Kabupaten Bogor terus bertambah. Karena ketika ada penggusuran di Jakarta, satu lokasi permukiman digusur dijadikan taman, kemudian orang Jakarta itu pindahnya ke Bogor. Ini tak bisa dipungkiri, masa kita melarang," ujarnya.

Sebab, kata dia, Pemkab Bogor tak bisa melarang warga Jakarta tinggal atau membeli tanah dan rumah di Bogor.

"Makanya saya bilang tolong dong kalau kita diminta menangani banjir, di hulu (Bogor) juga dipikirin," ujarnya.

Tak sampai di situ, ia juga menyinggung masalah sampah.

Menurutnya, dengan jumlah penduduk Kabupaten Bogor hampir 6 juta jiwa, maka volume sampah juga meningkat dan sulit dikendalikan.

"Bayangkan jika satu orang menghasilkan sampah satu ons dikalikan jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang berjumlah hampir 6 juta jiwa. Berapa ribu ton sehari coba? Perlu diketahui saat ini sampah di Kabupaten Bogor tiap harinya menghasilkan 2.800 ton. Bayangkan juga kalau 6 juta penduduk membeli dan membuang sampah permen satu buah. Sehingga membutuhkan berapa truk untuk mengangkutnya," ujarnya.

Maka dari itu, kata dia, darurat sampah ini penting dan harus menjadi perhatian bersama dalam mengendalikannya.

Tak hanya itu, pihaknya juga membutuhkan penanganan yang integral.

"Ini harus terintegrasi, tak bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Makanya ketika hari ini bebersih setu, mengangkut sampah, kemudian sampahnya dikemanakan? Kalau ditumpuk kemudian terjadi hujan sampah terbawa air ke sungai, akan banjir lagi. Kalau seperti itu hanya memindahkan sampah, ini harus ada solusi," tegasnya.

Maka dari itu, ia menyampaikan jika memang Bogor diminta menangani banjir, hulu juga diperhatikan dengan serius.

Baca juga: Mengenang Restoran Rindu Alam, 40 Tahun Bertahan di Puncak Bogor, Kini Tutup Tak Beroperasi

 

Sebab, banyak persoalan yang dihadapi di hulu juga terkait penanganan banjir di hilir ini.

"Dengan adanya kegiatan ini insya Allah semuanya guyub, punya kesadaran untuk merawat alam, dan bencana apa pun kita dapat kurangi. Minimal kita menguranginya dengan membentuk kebiasaan memelihara alam, lingkungan, menjaga kebersihan," terangnya.

"Kita jaga alam, alam jaga kita," kata Ade mengakhiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com