Zulia Mahendra, putra sulung Amrozi, pelaku Bom Bali 1 becerita bahwa ia akan menjaga keluarga dan anak-anaknya agar tak seperti dirinya yang terbebani dan dikucilkan orang karena kesalahan bapaknya.
Selama bertahun-tahun ia dijauhi masyarakat, sulit mencari kerja, dan merasakan depresi. Namun ada satu momen yang membuatnya menangis yakni saat melihat anaknya tidur.
Anak yang selalu dipeluk ketika pulang dan pergi dari rumah untuk mencari nafkah. Momen yang menimbulkan tekad untuk membesarkan anak dan "berjihad untuk keluarga".
Mahendra baru menginjak usia 16 tahun saat ayahnya ditangkap, tak lama setelah Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002.
Setelah penangkapan dan eksekusi, Mahendra mengatakan, bahkan dia sempat ingin mengikuti dan "melanjutkan apa yang dilakukan bapaknya".
"Satu malam, saya emosional, lagi ingat bapak. Saya lihat anak saya yang pertama tidur. Saat menatap anak saya waktu tidur, saya menangis. Saya harus membahagiakan dia," ceritanya.
"Jangan sampai anak saya bernasib sama seperti saya. Dari apa yang saya jalani, itu sungguh sangat berat. Orang-orang di seputar saya mengucilkan dan saya enggak mau nantinya anak saya bernasib sama seperti saya. Saya berusaha mengembalikan agar bisa diterima lagi."
"Kalau keluar rumah, saya peluk anak. Andaikan saya melakukan hal seperti bapak, anak saya ini peluk siapa?… Itu yang membuat saya sadar. Kuasa Allah," tambahnya lagi.
Baca juga: Cerita Putra Amrozi Pelaku Bom Bali I, Sempat Dikucilkan, Tak Ingin Anak Alami Hal Sama
"Pertama, saya mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada instansi saya, SMP Negeri 1 Turi, karena atas kelalaian kami terjadi hal seperti ini," ucap IYA dalam jumpa pers di Mapolres Sleman, Selasa (25/2/2020).
IYA berharap keluarga korban dapat memaafkan segala kesalahannya.
"Kedua, kami sangat menyesal dan memohon maaf kepada keluarga korban, terutama keluarga korban yang sudah meninggal," tuturnya.
"Semoga keluarga korban bisa memaafkan kesalahan-kesalahan kami," ujar IYA.
IYA akan menerima segala risiko dan konsekuensi dari kelalaiannya, termasuk akan menjalani proses hukum.
Baca juga: Menahan Tangis, Pembina Pramuka Minta Maaf, Akui Lalai hingga 10 Siswa Tewas Saat Susur Sungai