Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Ular Weling dan King Kobra Berjatuhan, Jawa Barat Kekurangan Antibisa Ular

Kompas.com - 18/02/2020, 11:30 WIB
Dendi Ramdhani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mengakui kekurangan antibisa ular. Saat ini, Dinkes Jabar telah mengajukan penambahan antibisa ular kepada Kementrian Kesehatan.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani mengatakan, kurangnya stok antibisa ular disebabkan masih minimnya ketersediaan serum antibisa ular di Indonesia.

"Masalahnya bukan dari kita, dari sisi penganggaran dan sebagainya tapi dari suplier-nya. Kita biasanya dapat dari Kemenkes dan dari pihak lain karena kebetulan produknya masih dari luar (impor). Namanya Serum Antibisa Ular (Sabu) itu generiknya. Biasanya didrop dari Kemenkes" ucap Berli saat ditemui di Kantor Bapenda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Senin (17/2/2020).

Baca juga: Nasib Tragis Balita 4 Tahun Digigit Ular Weling Saat Tidur, Sempat Koma, Akhirnya Meninggal Dunia

Berli belum bisa memastikan berapa kekurangan stok antibisa ular untuk Jawa Barat.

Namun, ketersediaan antibisa di sejumlah rumah sakit tak bisa mengimbangi jumlah kasus gigitan ular yang cenderung meningkat.

Ia pun mengimbau kepada pemerintah daerah untuk segera mengajukan permintaan antibisa ular kepada Pemprov Jabar.

"Di beberapa kabupaten tersedia tapi tidak mencukupi. Memang kejadiannya lebih banyak dari pada serum antibisa ular. Harusnya setiap daerah mengajukan kebutuhan (serum) tersebut. Karena satu pasien itu mungkin memerlukan lima sampai enam (serum) sampai kondisi pulih atau sampai lewat masa kritis. Tergantung berat badan, seseorang yang makin besar (badannya) maka kebutuhan serumnya lebih banyak," paparnya.

Baca juga: Iseng Pamer Ular Weling Tangkapan, Bocah Ini Tewas Digigit

 

Kasus gigitan ular meningkat

Berli mengakui jika jumlah kasus gigitan ular mulai meningkat.

Bahkan, beberapa kasus terjadi di wilayah perkotaan. Seperti di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, hingga Bekasi.

"(Kekurangan antibisa) tepatnya kurang ingat, yang jelas kita coba penuhi khususnya di kabupaten atau kota yang masih banyak ular. Karena saat ini di perkotaan pun risiko digigit ular sama. Sebetulnya kita sudah mengajukan permintaan tersebut tapi belum diberikan sesuai permintaan," jelasnya.

Baca juga: 5 Kasus Digigit Ular Weling, Bocah 11 Tahun Tewas hingga Siswa Kelas 1 SD Lumpuh

Diberitakan sebelumnya, Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan (Pusdikomling) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Herlina Agustin mengatakan, Jawa Barat darurat gigitan ular.

Hal ini disebabkan karena banyaknya korban tewas akibat gigitan ular di Jabar.

Dari 1-25 Januari 2020 saja, sebanyak 4 orang di Indonesia meninggal karena gigitan ular.

Petugas Kebun Binatang Bandung tengah menangkap ular king kobra.KOMPAS.COM/AGIE PERMADI Petugas Kebun Binatang Bandung tengah menangkap ular king kobra.

Bahkan kemarin, ia mengunjungi seorang pasien remaja 17 tahun yang kritis di RSUD Soreang, Kabupaten Bandung.

Baca juga: Peneliti Unpad: Jawa Barat Darurat Gigitan Ular, dari King Kobra hingga Ular Weling

Pasien tersebut kini krisis karena gigitan king kobra.

“Dia berumur 17 tahun. Baru punya king kobra satu bulanan. Saat main-main jam 14, dipatuk ularnya. Langsung dibawa ke RSUD Soreang dalam kondisi gagal napas,” kata Herlina.

Ia berharap, remaja tersebut bisa melewati masa kritisnya dan selamat.

Mengenai penyebab banyaknya korban di Jabar, relawan Sioux ini mengungkapkan, penduduk Jabar paling banyak di Indonesia. 

Baca juga: 2 Ular King Kobra Jatuh dari Pohon Setelah Hujan, Berukuran 3 Meter dan Jadi Tontonan Warga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com