Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Underpass di Kulon Progo Tergenang Jadi Kolam Renang dan Tempat Wisata

Kompas.com - 22/01/2020, 20:17 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com-Fenomena musiman terjadi di underpass atau jalan di bawah jalur ganda kereta api yang masuk wilayah Pedukuhan Pulodadi, Desa Kulur, Kapanewon Temon, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Kendaraan umum ramai melintas di underpass ketika musim kemarau. Memasuki musim hujan, underpass malah berubah jadi kolam penuh air. 

Truk, mobil dan motor kerap memilih melintas di underpass ketimbang perlintasan KA tak jauh dari sana. Suasana normal jalan umum memang demikian. 

Baca juga: Underpass Cisumdawu Ditargetkan Bisa Dipakai Sebelum Idul Fitri

Tapi, ketika irigasi mulai penuh air di musim hujan, underpass ini jadi kolam dan malah jadi 'tempat wisata' dadakan.

"Underpass ini sebenarnya jalan yang hanya bisa berfungsi sebagai jalan normal pada 1 musim saja. Musim kemarau," kata Kepala Desa Kulur, Adi Nugraha, Rabu (22/1/2020).

Underpass Kulur, begitu orang menyebutnya. Lokasinya tidak jauh di belakang Pasar Cikli.

Jalan itu dibangun pada tahun 2012 untuk memisahkan pengguna kereta api di atas dan pengguna  jalan umum di bawahnya.

Adapun tujuannya adalah untuk mengurangi risiko pengguna jalan di perlintasan sebidang dengan KA.

Underpass lebar sekitar 6 meter cukup untuk dilewati 2 kendaraan besar. 

Ramai orang lewat underpass ini ketika jalanan ini kering. 

"Karena menghubungkan warga yang hendak pergi atau pulang antara Wates dengan Kokap," kata Adi. 

Keramaian lalu lalang tidak terjadi pada musim hujan. Jalan cekungan itu menjadi kolam yang sangat dalam karena penuh air hingga 3 meter. Genangan ini bisa berlangsung lama, apalagi di musim hujan. 

Karena tergenang, kendaraan kini dialihkan melewati perlintasan yang padat perjalanan kereta.

“Karena musim penghujan menjadi kolam, tidak dapat dilewati kendaraan,” kata Firman, seorang petugas di Pos PJL Kulur.

Belakangan, Underpass Kulur malah menjadi tempat wisata dan mandi anak anak.

"Terowongannya tertutup dan tidak bisa dilewati. Jadilah dipakai bermain anak-anak," kata Suyadi, warga Wates yang sekadar mampir ke kolam ini. 

Bahaya tapi dianggap biasa

Kades Kulur Adi menceritakan, warga pernah menebar benih ikan di kolam underpass ini di 2019 lalu. Setelah beberapa lama, orang-orang memancing beramai-ramai. 

"Malah datang dari mana-mana, dari Yogyakarta juga ada," kata Adi.

Warga sudah menganggap biasa. Bahkan, warga ada yang memanfaatkannya untuk berenang dan mandi. Mereka tertarik karena airnya jernih.

Baca juga: Ini Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Senen Selama Underpass Dibangun

Menurut Adi, kondisi biasa ini sebenarnya tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Pasalnya, underpass memiliki fungsi vital di Kulur.

Dengan underpass, maka arus lalu lintas di perlintasan kereta jadi tidak padat. Underpass banyak digunakan anak-anak yang pulang sekolah.

Bahkan, truk-truk tambang lebih suka lewat underpass

"Tapi sekarang karena penuh air, otomatis semua lewat rel," kata Adi. 

Belum lagi ketika penuh air, kolam sebenarnya berisiko besar. Ia mencontohkan, seorang warga pernah ditemukan tewas tenggelam di kolam ini pada 2016. 

Karenanya Adi mengharapkan ada perhatian serius pemerintah pada underpass ini. 

"Sedangkan kami tidak bosan-bosan mengingatkan kepala dukuh agar warganya hati-hati ke kolam itu," katanya.

Menguras air biasanya dilakukan sebagai jalan keluar. Namun, menguras pada musim hujan dirasa sia-sia. 

Adi menceritakan bahwa lokasi underpass dulunya adalah telaga atau daerah resapan, juga area persawahan.

Ia heran mengapa daerah seperti itu dipilih untuk dibangun jalan bawah tanah. Ia berpendapat, ada kesalahan dalam pembangunan itu. 

"Ada mata air di sana yang debitnya besar kalau musim hujan," katanya.

Itulah mengapa air selalu memenuhi underpass. Air sulit untuk dipompa ketika masa musim hujan, terus memenuhi cekungan, lantas dibiarkan.

Warga pun memanfaatkan untuk berwisata dadakan meski berisiko berada di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com