Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

21 Tahun Konflik Maluku dan Harapan Masyarakat

Kompas.com - 19/01/2020, 18:39 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Dia pun berharap kedamaian yang sudah dirasakan ini dapat terus dipelihara sehingga Maluku dapat lebih maju lagi untuk mengejar ketertingalan.

“Apalagi, kita orang Maluku ini orang bersaudara, jangan lagi kita dibodohi untuk saling bermusuhan,” ujar dia.

Komitmen persaudaraan

Setelah konflik berakhir, warga di Maluku pun perlahan mulai kembali hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lain.

Ketua Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Maluku Pendeta Jhon Ruhulesin mengatakan, sejarah kelam konflik Maluku kini telah menjadi kenangan, dan saat ini upaya menatap masa depan Maluku yang lebih cerah menjadi salah satu tujuan semua elemen masyarakat di daerah berjuluk seribu pulau tersebut.

Baca juga: Penyelesaian Konflik Maluku Bisa Jadi Pembelajaran Bangsa Lain

“Kami pernah punya sejarah yang pahit ya, jadi saya rasa sejarah itu sendiri sudah menjadi  kenangan bagi kita dan yang paling penting adalah kita menatap masa depan,” kata dia.

Mantan Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku ini mengaku konflik Maluku tahun 1999 harus dapat dijadikan pengalaman berharga agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Bagi Jhon, semua warga Maluku harus berpikir kembali untuk menata Maluku yang lebih baik dan yang paling penting adalah mempertegas komitmen persaudaraan, sebab dengan hal itulah Maluku dapat lebih maju.

“Kita harus mempertegas komitmen persaudaraan dan perdamaian sebagai kekuatan untuk membangun masa depan Maluku yang lebih baik, dan saya rasa dalam komitmen itu kita harus ikut memperjuangkan Maluku yang berkeadilan saya rasa itu penting,” ungkap dia.

Menurut Jhon, persoalan keadilan dan kesejahteraan menjadi faktor penting agar Maluku dapat keluar dari keterpurukan.

Kuncinya seluruh masyarakat Maluku harus dapat bahu-membahu untuk membangun Maluku.

Dia juga mengingatkan agar elit politik dapat meninggalkan politik yang berorientasi kekusaaan menjadi politik yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, dengan begitu apa yang menjadi harapan seluruh masyarakat Maluku dapat terwujud.  

“Persoalan keadilan dan kesejahteraan menjadi faktor paling penting, kita tidak mungkin keluar dari kemelut jika kita tidak mampu mewujudkan Maluku yang berkeadilan dan berperadaban. Saya kira itu poinnya bagaimana mau mewujudkan Maluku yang berkeadilan,” ungkap dia.

Di samping itu, dia juga menekankan agar warga Maluku tetap memperkuat kohesi sosial dan memperkuat kearifan lokal sebagai modal soisial masyarakat di Maluku.

“Kemudian menegakan supermasi hukum, kearifan itu kekuatan kita dan dengan itu kita akan memperjuangan Maluku yang berkeadilan,” kata dia.

Rawat perdamaian

Upaya merawat pedamaian pascakonflik Maluku terus dilakukan berbagai pihak dengan berbagai cara agar sejarah kelam yang terjadi di Maluku tidak terulang lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com