Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buaya Terjerat Ban Bekas Muncul Lagi Setelah 3 Tahun, Begini Kondisinya...

Kompas.com - 16/01/2020, 12:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Seekor buaya liar dengan kondisi leher terjerat ban bekas kembali muncul di sekitar sungai di bawah Jembatan II, Kota Palu, Rabu (15/1/2020).

Masyarakat menduga, buaya tersebut sama dengan buaya yang pernah sempat muncul pada tahun 2016 lalu.

Tampaknya, buaya tersebut masih belum bisa lepas dari ban bekas yang melilit lehernya. 

Salah satu warga sempat berseloroh, ukuran buaya kali ini tampak bertambah besar dan panjang. 

"Saya pas lewat jembatan ini lihat orang ramai-ramai. Saya kira apa. Saya berhenti dan ternyata ada buaya berkalung ban muncul lagi," kata Yulius (45), salah satu warga yang ikut menonton kemunculan buaya tersebut.

Baca juga: Buaya Berkalung Ban Bekas Kembali Terlihat di Palu

Seperti diketahui, pada tahun 2016, warga di sekitar Sungai Palu mengaku telah melihat buaya berkalung ban bekas.

"Ini air sedang naik, jadi tidak terlalu nampak buayanya. Itu..itu...lihat mbak, kelihatan kepalanya yang ada hitamnya, sudah itu bannya. Biasa dia muncul untuk berjemur. Bagus kalau mau lihat pas air sungai surut," kata Imel (21), salah satu warga yang saat itu datang untuk melihat, Rabu (21/9/2016).

Setelah itu, beredar sejumlah cerita di masyarakat bahwa ban tersebut masuk di leher buaya karena tidak sengaja. Lalu ada pula yang mengatakan jika ban itu sengaja dipasangkan di leher buaya tersebut.

“Saya dengar buaya ini dipancing, tetapi kemudian terlepas,” kata Miswati (40), warga lainnya.

Usaha penyelamatan gagal

Ilustrasi buaya air asin Australia.SHUTTERSTOCK Ilustrasi buaya air asin Australia.

Waktu itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng, Syihabuddin mengatakan, setelah muncul kabar tersebut kawan-kawan pecinta reptil lalu berusaha melakukan penyelamatan, namun gagal.

"Makanya tadi saya suruh berhenti. Sebentar sore ini, kami akan turun lagi dan mencoba menangkap buaya tersebut dengan menggunakan jaring. Jika tidak berhasil, kami coba lagi dengan menggunakan kerangkeng yang kami beri umpan, kemudian kami lepas lagi,” ujarnya, Rabu (21/9/2016).

Sementara itu, pada tahun 2018, upaya penyelamatan buaya juga dilakukan oleh Panji si Petualang, seorang bintang di salah satu program televisi nasional.

Baca juga: Panji si Petualang Bakal Lepas Ban di Leher Buaya Sungai Palu

Saat itu, Panji dan timnya menyusuri Sungai Palu bersama sejumlah personel Polisi Air dan Udara (Polairud), Minggu (21/1/2108).

Namun, sayangnya usaha tersebut juga belum membuahkan hasil. Buaya yang tadinya berjemur di onggokan pasir di tengah Sungai Palu tiba-tiba masuk ke sungai.

“Proses pencarian pada malam hari itu tidak menguntungkan posisi kita. Perhitungan kita untuk menangkap buaya ini bukan malam hari. Karena pada malam hari waktunya dia untuk cari makan. Nah, kenapa dia berjemur, karena buaya itu termasuk hewan berdarah dingin. Dia butuh panas untuk mencerna nutrisi dalam tubuhnya supaya jadi protein buat tenaga untuk buaya ini bergerak mencari mangsa di malam hari,” beber Panji, Minggu (21/1/2018).

Imbauan ahli dari LIPI

Menurut ahli dari Lembaga Ilmu Pengatahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, butuh usaha bersama untuk menyelamatkan buaya yang kondisinya mirip dengan beberapa tahun lalu.

Salah satu cara adalah dengan mengamati titik-titik lokasi kemunculan buaya tersebut. Setelah itu, penyelamatan akan bisa dilakukan agar mencegah konflik dengan manusia.

"Alangkah bijaknya, warga yang kebetulan melihat keberadaan buaya tersebut segera melapor ke pihak terkait," kata Amir saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (16/1/2020).

(Penulis: Kontributor Palu, Erna Dwi Lidiawati | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com